Share

CHAPTER 7 : masa lalu

Ia lalu menarik nafas dalam-dalam beralih menatap mata Kiana dengan serius, membuat gadis itu tambah penasaran.

"Iya, waktu kamu umur 10 tahun papa sempat lari dengan selingkuhannya ke Singapura,"jelas Dania membuat Kiana semakin mendekatkan diri pada wanita paruh baya itu.

"Lalu? Bagaimana dengan kita?"tanya Kiana menatap Dania dengan serius juga.

"Mama sempat pulang kerumah orang tua mama, tapi kakek kamu itu kekeh tidak mau mama pulang tanpa bawa hak mama dan hak kamu," Dania lalu mengambil segelas air, meneguknya perlahan-lahan.

"Hak? Hak apa?" Tanya Kiana, ia masih belum mengerti semuanya.

"Ya harta, kakek tidak mau mama cerai sama papa dengan ninggalin papa tetap bahagia tanpa rasa bersalah,"Dania kini duduk termenung untuk sejenak.

"Jadi mama nuntut?"tanya Kiana.

"Iya, mama nuntut agar saham perusahaan sebagian besar jatuh ke tangan kamu sebagai pewaris tunggal kelak. Mama gak mau papa nikah lagi terus punya anak dan anak pelakor itu yang akan warisin saham perusahaan," Dania menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi.

"Tapi bukannya pihak papa bisa nolak?" Ujar Kiana sekali lagi melontarkan pertanyaan pada Dania.

"Gak bisa, karena mama sama papa sudah buat surat perjanjian pra nikah. Yang salah satu isinya, apabila salah satu dari kedua belah pihak ada yang berselingkuh maka harta sepenuhnya akan jatuh pada anak tanpa pembagian,"tegas Dania.

"Bisa gitu, ya? Kiana baru tahu,"Kiana memijat-mijat pelipisnya mencerna semua hal yang baru saja di katakan Dania.

"Tunggu, dari kalimat yang tadi mama lontarkan, berarti mama tau siapa pelakor itu?"celetuk Kiana membuat Dania menatapnya dalam.

"Sahabat mama …,"ujar Dania dengan raut wajah datar namun tatapan wanita paruh baya itu kembali sayu.

"What? OMG, crazy. gak punya malu banget, yang mana orangnya itu? Enak aja masuk-masuk keluarga orang lain, gak punya hati!" Pekik Kiana dengan nada ketus.

"Sudah meninggal na, beliau kena leukimia beberapa bulan setelah mama pergok papa kamu sama dia di hotel," Dania kembali berucap, membuat Kiana bungkam.

"Jujur Kiana gak tau mau sedih atau senang, kayaknya azab,"ujar Kiana dengan senyum tipis terukir di bibirnya, gadis itu ingin tertawa namun ia tahan. Seperti psikopat saja gadis satu ini.

"Ih mulutnya gak boleh gitu, orangnya udah gak ada di dunia,"celetuk Dania memukul bahu Kiana cukup keras.

"Menggunjing orang itu sarang dosa, menghina orang itu sarang dosa," nyayian Kiana membuat Dania tertawa terbahak-bahak.

"Oke, kita balik ke topik awal. Mama bisa gak ngasih tips-tips agar suatu pernikahan aman dari pelakor- pelakor titisan iblis,"jelas Kiana.

"Karena menikah sekali seumur hidup adalah impian mama, jadi semuanya sudah mama pelajari sebelum menerima lamaran dari papa. Yang paling utama harus ada perjanjian pra nikah, komitmen dan tanggung jawab dari kedua belah pihak,"tegas Dania lalu mengambil sepotong kue.

"Kalo biar aman dari pelakor itu dari diri kamu sendiri aja. Mama aja sempat kalah sama pelakor,"ujar Dania.

" Nanti Kiana juga mau buat gitu sebelum nikah,"ujar Kiana dengan pendirian teguh. Kata-kata gadis itu seperti seorang wanita yang baru saja di lamar.

"Memangnya sudah ada calonnya? Sejauh ini, ini kata-kata kamu yang paling jauh,"Dania tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi anaknya yang tiba-tiba berubah kusut.

"Ih mama, kan di rencanakan memang," Kiana menatap Dania dengan wajah cemberut.

"Iya, iya. Kalo bisa cari calon yang baik-baik," Dania lalu mengelus lembut kepala Kiana.

"Pastilah! Itu ada di angka 1 list syarat jadi suami Kiana, udah ya. Kiana mau mandi, gerah banget"Kiana berdiri dari posisi duduknya, berjalan menuju kamarnya.

Di rumah itu hanya ada 2 orang pekerja, ada tukang kebun dan supir. Sudah 3 tahun Dania tidak menerima lowongan kerja sebagai pembantu di rumahnya, pakaian mereka semuanya memakai jasa laundry. Kadang-kadang Dania juga akan menyewa jasa pembersih ketika rumah dalam keadaan benar-benar kotor. Selebihnya wanita paruh baya itu masih bisa mengerjakan semuanya sendirian.

"Kamu kerumahnya Joan jam berapa?"tanya Dania membuat langkah Kiana terhenti.

"Kiana mau cepat soalnya belum mandiin Jon...," Kiana hampir saja keceplosan tentang Jona, gadis itu menepuk-nepuk bibirnya cukup keras.

"Kiana bodoh banget kamu! Kenapa ceplas ceplos banget!"batin Kiana mencubit tangannya sendiri.

"Kenapa? Mandi apa? Mama gak denger tadi," Diana berbalik menatap Kiana karena tidak terlalu mendengar suara gadis itu.

"Ti-tidak, maksud Kiana kasian Joan belum mandi, pasti gerah banget. Kiana rencananya mau kerumah joan jam 03.00 sore," suara Kiana terdengar gemetar, gadis itu ketakutan setengah mati.

"Kalo bisa nanti suruh aja Joan ganti baju biar gak gerah, tapi kamu jangan bantuin ya!"tegas Dania.

"Ya iyalah! Mama pikir aku perempuan apa? Udah ah. gerahh,"Kiana lalu melanjutkan langkahnya, gadis itu menghela nafas lega.

Sementara itu, jasa pembersih yang Joan sewa sudah datang. Mereka mulai membersihkan semuanya dari kamar satu ke kamar yang lain. Padahal mungkin kamar lain tidak akan di gunakan dan keadaanya pun masih bersih.

"Anaknya cantik sekali, mamanya mana Pak?" Tanya salah seorang petugas melihat bayi kecil yang ada di dekapan Joan.

"Hm? Mamanya? Di-dia sedang keluar, oh iya tolong di setiap ruangan bersihkan dengan baik, saya tidak mau bayi kecil ini, terkena virus atau bakteri,"tegas Joan dengan nada ketus.

"Baik pak, kami akan membawa peralatan-peralatan yang lebih canggih dan bersih." Sekitar 10 orang di sana mulai merapikan rumah yang sudah cukup bersih itu. Bagaimana tidak, Joan selalu menyewa mereka setiap 2 kali dalam seminggu.

"Okey, kamar saya di bersihkan belakangan saja. utamakan kamar yang di sebelah sana," Joan menunjuk kamar yang berada tepat di samping kamarnya.

"Baik Pak, kami akan berusaha sebaik dan semaksimal mungkin."

"Bukannya kita selalu datang 2 kali seminggu di rumah ini?" Bisik salah satu petugas pada petugas lainnya.

"Iya, bahkan posisi barang-barang yang kita tata 3 hari lalu tak berpindah sama sekali."

"Kalian mau kerja atau mau gosip di rumah saya?"ujar Joan dengan nada ketus menatap tajam kearah mereka berdua.

"Ma-maaf pak, kami mau kerja."

"Kita tunggu bunda di dekat kolam, Jona suka air kan? Iyakan? Jona anaknya papa yang paling cantik sedunia alam semesta," Joan melangkah menuju area belakang yang terdapat kolam dan sebuah kebun kecil berisi bunga-bunga yang sudah layu karena sudah lama tak dirawat.

"Tapi kok tiba-tiba ada bayi ya? Perasaan Pak Joan selama ini sendirian, apa baru pulang dari luar negeri istri sama anaknya?" Mereka kembali melanjutkan pembicaraan itu setelah melihat langkah Joan yang sudah cukup jauh.

"Sudah kerja saja, kamu tau sendiri kan kalo kita cepat. bonusnya banyak!"

"Lihat deh, tempat sampah di dapur isinya botol minuman alkohol yang masih ada isinya!" Pekik beberapa petugas yang membersihkan bagian dapur.

"Sudah kadaluarsa mungkin."

"Feeling ku sih, enggak. Kayaknya Pak Joan mau berhenti minum soalnya ada anaknya."

"Lucu ya, Pak Joan berhenti minum karena keluarganya. Mau juga deh yang kaya gitu."

"Tapi bukannya Pak Joan masih kuliah ya? Kapan nikahnya?"

"Memangnya kalau Pak Joan mau nikah dia akan undang kamu? Pasti acaranya di buat tertutup, kamu saha?artis? Setahu aku boleh kok berumah tangga sambil kuliah."

Kiana sudah selesai membersihkan tubuhnya, ia kini berbaring di atas tempat tidur menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos.

"Kenapa ayah tega sekali menduakan mama, sesuram itu kehidupan mama di masa lalu?" Kiana menutup matanya dengan kedua tangan, membayangkan sesakit apa perasaan wanita yang sudah melahirkannya saat melihat suaminya sendiri sedang bermesraan dengan sahabat yang paling ia percaya.

"Apa karena itu dari dulu aku tidak pernah bisa mempercayainya? Mengapa kehidupan ini begitu sulit!? Mengapa harus ada orang jahat di dunia ini? Apa mereka orang-orang yang tak di beri cinta dan perhatian dari tuhan?" Kiana bangun dari posisinya, ia lalu duduk di tepi kasur terdiam sejenak.

"Mengapa aku tiba-tiba menyukai Joan? Rasanya kali ini lelaki itu sangat berbeda semenjak ada Jona."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status