Share

CHAPTER 8 : Joan yang usil

"Arggh, pikiran bodoh apa ini? Tidak mungkin aku menyukai lelaki gila seperti joan! Tidak Kiana, jangan pikirkan itu lagi! Jangan! Bisa gila aku,"batin Kiana sembari memukul-mukul tepi kasurnya, bayangan kegilaan Joan mulai berenang dalam pikirannya.

"Kiana? Apa sudah selesai?" Suara Dania terdengar dari luar, sepertinya wanita paruh baya itu berjalan menuju kamar Kiana.

"Iya, ma. Sebentar lagi," Kiana segera menuju ruang gantinya, ia memilih memakai baju dan celana panjang yang longgar agar tidak ribet saat mengasuh Jona.

"Tumben sekali kamu memakai baju longgar, biasanya memakai croptop dan rok pendek ala Korea," celetuk Dania yang sudah berada di depan pintu, memandang Kiana dari bawah sampai atas.

"Memangnya kenapa, ma? Dari pada bajunya tidak terpakai, jadi Kiana pakai saja. sayang papa sudah beli jauh-jauh ke Australia,"tepis Kiana sembari mengambil beberapa pakaiannya untuk ia bawa ke rumah Joan.

"Kalau kamu menginap, mama sama siapa? Sendirian?"Dania memandang Kiana. Dengan wajah memelas.

"Maaf ma, tapi kasian Joan. Atau mama mau Kiana batalkan rencana menginap ini?"Kiana menggigit-gigit jari telunjuknya, ia bingung sekarang harus bagaimana.

"Mama ikut,"ujar Dania santai dengan raut wajah sumringah.

"Hah? Ma-mama ikut?"Kiana melongo mendengar ucapan Dania, wanita paruh baya itu bisa marah melihat ada seorang bayi di rumah Joan. Pikiran buruknya pasti muncul.

"Iya, mama ikut ya? Sekalian jaga kalian biar tidak macam-macam, bahaya!"pekik Dania dengan nada ketus, membuat Kiana hanya bisa menelan ludah mendengarnya.

"Aduh, gimana ya Kiana ngomongnya. Tapi …," belum sempat Kiana melanjutkan kalimatnya, suara dering ponsel milik Dania berbunyi. Segera wanita paruh baya itu mengangkatnya.

"Halo jeng? Kenapa?"

"Liburan ke bali? 2 hari?"

"Nanti saya kabari lewat W******p, soalnya harus ngomong sama tuan putri dulu."

"Kenapa ma? Arisan liburan lagi?"Kiana menatap Dania keheranan, gadis itu penasaran apa yang barusan Dania bicarakan lewat telepon.

"Iya, mama gak jadi ikut nginep di rumah Joan. Tapi kamu jaga diri baik-baik ya, mama percaya sama Joan. Cuma Kitakan kan gak tau kapan petaka datang," tegas Dania dengan nada ketus menghampiri Kiana.

"Mama kapan pulangnya?"tanyanya membuat Dania terdiam sejenak. 

"Mama pulang kayaknya Rabu pagi, soalnya berangkatnya ini paling malam. Ya sudah mama mau siap-siap dulu,"Dania lalu mengelus kepala Kiana setelah itu melangkah keluar dari kamar anak gadisnya itu.

"Iya ma, Kiana pergi ya. Mama hati-hati,"Kiana segera mengambil tas dan jaketnya, ia tidak ingin di tanya-tanya lagi oleh Dania. Bisa-bisa mulut bawelnya keceplosan mengatakan tentang Jona.

"Kamu jaga diri, kalo main tau batasan! Oh iya, kue buat Joan jangan lupa kamu ambil di dapur,"pekik Dania, suaranya menggema di rumah besar itu. Membuat Kiana hampir terpeleset karena berlari kesana kemari.

"Iya ma, Kiana pergi,"Kiana lalu mengambil kotak kue yang ada di dapur, setelah itu segera berlari menuju pintu depan.

"Pergi lagi non? Di kampus sibuk sekali ya?" Tanya Pak nuga yang sedang mencuci mobil Alphard milik Dania.

"Lagi nggak ke kampus Pak, kan Minggu. mau nginep kerumah joan," jawab Kiana malu-malu.

"Oh den Joan yang biasa ke rumah? Hati-hati non bawa motornya, saya antar saja biar cepat," tawar Pak nuga.

"Gak usah Pak, di jalan macet. Tambah lama kalo naik mobil, kalo naik motor kan bisa nyalip-nyalip kayak pembalap,"Kiana bergaya seperti seorang pembalap di atas motornya, Padahal ekspresi wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menahan sakit perut :v

"Tumben sekali dia senang akan bertemu dengan Joan? Bukannya mereka seperti tom and Jerry," Dania cukup keheranan dengan sikap Kiana kala itu, tidak biasanya ia sesenang itu ingin bertemu Joan.

Kiana segera melajukan motornya, ia memilih melewati jalan tikus agar bisa lebih cepat dan terhindar macet tentunya.

"Astaga, ini bahkan sudah lewat jam 03.00 sore, tidak apa-apa memandikan Jona sesore ini?"gerutu Kiana.

Ia akhirnya sampai di depan rumah Joan, Kiana memarkirkan motornya di halaman setelah itu segera berlari masuk. Ia mendapati Joan sedang duduk di sofa ruang tamu dengan ekspresi cemas.

"Ma-mana jo-jona?" Kiana ngos-ngosan karena panik, nafasnya tersengal-sengal. 

Kiana tersadar saat melihat Jona tidak ada di sekitar Joan."Tunggu, kenapa kau meninggalkan Jona sendirian? Apa otakmu sudah berpindah Ke dengkul? Kau menaruh tubuh kecilnya di atas tempat tidurmu yang tinggi?"Kiana menginjak kaki Joan cukup keras membuat lelaki tampan itu meringis kesakitan.

"Jona baik-baik saja Kiana, dia ada di atas tempat tidur yang terlapis dengan kasurnya setelah itu aku membentenginya dengan 4 guling di setiap sisi. Tadinya aku ingin memandikannya, tapi aku terlalu takut melukainya. aku pikir kau tidak jadi datang karena tak bisa membuat alasan,"Joan menatap Kiana dengan raut wajah memelasnya.

"Hampir saja rencana kita gagal, bagaimana kalau mama benar-benar ikut untuk menginap? Habislah kita!"pekik Kiana memukul bahu Joan.

"Apa? Tante Dania juga ingin ikut menginap?" Joan melotot mendengarkan ucapan yang baru saja di lontarkan Kiana.

"Iya! Untung saja skenario tuhan sempurna, mama ada liburan ke Bali 2 hari ini, Rabu baru pulang," Kiana menghela nafas lega lalu berbalik ingin ke kamar Joan menghampiri Jona.

"Bicara denganmu memakan waktu, Jona … ayo kita mandi sayang!"

"Apa kata terakhir itu tak bisa kau pakai juga untuk memanggilku mulai sekarang?" Joan membuat langkah Kiana terhenti, gadis itu berbalik mengerutkan keningnya menatap wajah tampan Joan.

"Enak saja! Tidak bisa, tidak bisa!"

"Kau memakai sendal rumah? Apa itu gaya terbarumu, Kiana?" Joan salah fokus saat melihat kaki Kiana, gadis itu memakai sendal rumah bergambar sapi, Tampak sangat lucu.

"Astagaa … pantas saja saat di jalan orang-orang memperhatikanku, Rupanya karena ini!"Kiana melempar sendalnya ke sembarang arah membuat Joan terkejut.

"Apa semua wanita sekejam itu jika sedang kesal? Aku sedikit takut, apa nyawaku aman berada di dekatnya?"batin Joan, ia kembali duduk di sofa sembari memijat-mijat pelipisnya.

"Jona, kakak Joan tidak membuatmu menangis, kan? Dia sedang tidak gila,kan?"Kiana terus saja berbicara di depan Jona, bayi kecil itu bahkan menatap Kiana seperti berusaha mencerna apa yang di katakan gadis itu.

"Joan! Ayo bantu aku memandikan Jona, ini sudah sangat sore,"pekik Kiana membuat Joan terlonjak dari sofa segera menghampirinya.

"Kau benar-benar tahu cara merawat bayi,kan? Jangan sampai kau menenggelamkan Tubuh kecil Jona kedalam bathtub!"gerutu Joan dengan ekspresi wajah ragu.

"Kerja sama antara kita berdua di butuhkan, kau berikan aku sabun dan shampo. Aku yang akan menggosok badannya, kurasa ini tidak akan sulit,"tegas Kiana mulai melepas baju Jona.

"Aku takut tubuh kecilnya jatuh karena licin, jujur aku meragukanmu,"ujar Joan membuat Kiana langsung menatapnya sinis.

"Hm, kalau begitu jangan ragukan aku. Semuanya akan baik-baik saja selama kau mengontrol pikiran negatifmu,"celetuk Kiana membuat Joan bungkam.

Kiana dan Joan mulai memandikan Jona, gadis itu memang cekatan. Joan hanya bisa menyembunyikan senyumnya melihat sifat keibuan Kiana.

"Bisahkah kau membelikannya sebuah bak mandi, aku tak terbiasa memandikan bayi tanpa benda itu,"pinta Kiana.

"Iya, aku akan membelikannya. Dari mana kau tahu cara merawat bayi? Belajar untuk masa depan? Atau ikut kursus merawat bayi?" Tanya Joan membuat Kiana tertawa kecil, mereka bahkan belum lulus kuliah tapi pikiran Joan sudah sangat terlalu jauh kepadanya.

"Bibi Beka baru saja punya bayi setahun yang lalu, dan aku menyukainya. Jadi setiap pulang kuliah jika ada waktu luang, aku datang berkunjung merawatnya. Sekarang dia sudah tumbuh menjadi anak yang lincah, sangat susah menjaganya,"Kiana kembali terkekeh kecil lalu beralih menatap Joan dalam.

"Kau siap merawat Jona kecil yang lincah, ayah muda?"Kiana menatap Joan dengan ekspresi menahan tawa, gadis itu membayangkan betapa lelahnya Joan mengurus Jona yang mungkin akan menjadi gadis kecil yang aktif beberapa tahun lagi.

"Aku selalu siap untuk apapun, mengajar Jona dengan hal-hal yang baik adalah cara agar aku tak kelelahan menjaganya kelak nanti. Dia akan tumbuh menjadi gadis yang penurut dan baik hati seperti …."Joan bergumam di akhir kalimatnya, membuat Kiana penasaran kata apa yang akan di sebutkan Joan selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status