Share

Bab 5. Lamunan

Mereka berempat berjalan beriringan meninggalkan kantin. Sambil dalam hati Fernando mengumpat atas kelakuan semua orang yang memandang rendah Dandi. Sesampainya ditaman mereka memilih untuk beristirahat sejenak sambil duduk di bawah pohon.

"Hey Dandi, kenapa sih kamu memilih diam padahal mereka sering mempermalukanmu dan mengolok-olok kamu? Sesekali kita beri merepa pelajaran lah!" Fernando yang tidak terima dengan apa yang baru saja terjadi membuka obrolan dengan sedikit emosi.

"Iya, kamu harus berani. Dan jangan diam saja" Aldi yang tidak kalah emosinya ikut menyayangkan Dandi yang selalu mengalah dan diam ketika mengalami intimidasi dari orang-orang.

"Hmmm... tidak apa-apa kok. lagian yang merka katakan tidak sepenuhnya salah. Aku memang miskin, berpenampilan kampungan dan banyak lagi kekuranganku." Dandi menghela nafas panjang dan menatap ke arah awan sembari menjawab dengan tenang.

"Ya tapi kan..."

"Sudahlah, lagian kekerasan bukan jalan terbaik. Hanya waktu yang aku butuhkan. Aku akan menyelesaikan studyku, dan semoga kelak aku mampu merubah keadaan ini." Belum sempat Fernando mendebatnya, Dandi langsung memotong kalimat itu dengan pernyataan yang penuh arti. Dan seketika semua temannya diam tanpa kata, hanya senyum kebanggaan diwajah mereka.

"Aku pasti akan membantumu bro Dandi." kata Fernando sambil menepuk pundak Dandi pelan.

"Kami juga!" Kata Brian dan Aldi bersamaan menghangatkan suasana.

"Terimakasih teman-teman." Dandi tersenyum lega. Ia juga sangat tersentuh, memiliki teman seperti mereka adalah anugerah baginya.

Hari berikutnya Dandi berangkat lebih pagi, sebab semalam ia tidur lebih awal lantaran tubuhnya masih terasa sakit akibat serangan gerombolan Juan kemarin.

"Aku berangkat Bu..." Teriak Dandi sambil keluar pintu rumah. 

"Iya nak, hati-hati ya.." suara ibu Dandi dari dalam rumah, yang sedang mencuci piring.

Tanpa disadari Dandi sedang melintas di depan rumah Rena. Dan seketika ia ingat peristiwa yang menimpa keluarga Rena kemarin.

'oh iya, bagaimana kabar Rena ya? Kemarin kan dia menjenguk saudaranya yang sakit di luar kota. Apa dia sudah pulang dan akan masuk kuliah hari ini?' Dalam hati Dandi mencemaskan Rena. Dandi dan Rena adalah teman sejak mereka masih kecil. Rena yang keluarganya cukup mampu dalam segi materil tidak ragu untuk berteman dengan Dandi. Seperti kedua orangtuanya, yang juga terkenal ramah kepada semua tetangga. Termasuk keluarga Dandi. 

"Duaarrrr...!!"

Suara yang tak asing bagi Dandi mengagetkannya dari lamunan. Dan membuatnya sedikit terlumpat dari posisinya berdiri.

"Ahh.. Rena, kamu membuat kaget saja."

Ekspresi kaget Dandi justru membuat Rena tertawa cekikikan. Rena memang gadis yang cantik, ceria dan mudah bergaul dengan siapapun.

"Haha... Siapa suruh pagi-pagi begini melamun didepan rumah orang? Apa jangan-jangan kamu menghawatirkan ku ya?" Tanya Rena dengan nada manja, sambil menatap mata Dandi dekat.

"Ahh.. kau ini terlalu percaya diri Ren. Aku khawatir sama ibu kamu yang saudaranya sedang sakit" Dandi tidak bisa menahan gugupnya saat Rena menebak apa yang difikirkannya ternyata sangat tepat. Dan cepat-cepat dia mencari alasan sambil melempar muka ke arah lain.

"Hmmm... Iya begitulah, Mama baik-baik saja kok. Lagian kemarin saat kami pergi menjenguk paman ku, kondisinya sudah mulai membaik. Sudah, kamu tidak perlu ikut memikirkannya." Rena menjelaskan kondisi yang sebenarnya dengan cukup detil.

"Terimakasih kamu mau berempati sama mamaku, tapi aku sebenarnya berharap kamu mengkhawatirkan ku juga lho" Rena masih meneruskan obrolannya dan sedikit mengatakan kalimat candaan kepada Dandi, sambil tersenyum dan menyikut pelan lengan Dandi.

"Hmmm... Jadi begitu, syukurlah jika tidak ada hal buruk yang terjadi. Soal menghawatirkanmu? Emmm... mungkin sedikit sih Ren." Dandi membalas candaan Rena sambil tersenyum dan berjalan meninggalkannya.

"Iihhh... Dasar kau, teman macam apa kau ini Dandiiii..." Dengan raut muka kesal Rena mengejar Dandi dengan sedikit berlari..

"Hahaha... Siapa suruh kamu terlalu percaya diri Ren.." Dandi pun berlari menjauh setelah melihat ekspresi kesal dari wajah Rena yang mencoba mengejarnya...

Dandi dan Rena biasa bercanda gurau bersama. Mereka selalu berangkat dan pulang kuliah bersama. Maka perjalanan akan sangat terasa membosankan jika salah satu dari mereka tidak masuk kuliah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status