"Haa!" Gadis itu terpekik, tubuhnya terlempar sempurna. Jia Li yang mengintip di pepohonan berlari cepat hendak menangkapnya. Namun langkahnya terhenti melihat sesosok berbaju hitam yang menangkap Arumi. Arumi terpegun, tubuhnya seakan melayang. Dia membuka mata dan melihat seseorang dengan penutup wajah yang berkibar tengah mengendongnya. Dia memberanikan diri untuk mengintip, namun dia kecewa karena orang itu menutup wajahnya dengan topeng, walau hanya sebatas mata. "Terimakasih," ujarnya saat orang asing itu menurunkannya. Kepala tertutup weimao itu mengangguk. "Kau hendak kemana?" tanya Arumi penasaran, selama tinggal di sini dia belum pernah melihat orang lain selain Jia Li. "Aku mencari sesuatu." Suara bass itu begitu ramah di gendang telinga Arumi. Aah. Rupanya dia seorang pria. "Apa kau pernah bertemu makhluk-""Makhluk apa?" potong Arumi cepat. "Melayang." jawabnya pelan. Ingatan Arumi kembali pada malam mencekam saat malam purnama. "Aah. Hantu itu?" tanyanya sambil m
Yongsen dikejutkan kumpulan pasukan lembah yang menyemut di satu titik. Pagi ini dia berencana ke barak untuk menemui monster banteng. Dia memanggil seseorang dan menanyainya, "Apa yang menyebabkan kalian berkerumun seperti itu.""Tao menemukan mayat di pintu masuk, seorang perempuan. Tubuhnya seakan terbakar." Mayat perempuannya? lembah ini sangat jauh, jalan yang terjal membuatnya sulit untuk untuk didatangi. Bagaimana mungkin. Dia mendekat dan memeriksa keanehan ini. Matanya seketika terbelalak melihat mayat yang diceritakan. "Bubar. Kembali ke barak," perintahnya tegas. Mereka lalu bergegas meninggalkanku tempat itu dan kembali ke barak. Mana berani mereka membantah Yongshen. Laki-laki dengan penutup wajah itu terhenyak, dia bersimpuh dan menunduk memandangi wajah itu, "She Xian," gumamnya tersendat mengucapkan sebuah nama. Penuh kehati-hatian dia mengangkat tubuh She Xian dan membawanya ke kamar dingin. Dia menelentangkan tubuh dingin She Xian di atas meja khusus dari lem
Arumi kembali dengan wajah muram, ayam yang berhasil dia tangkap disimpan begitu saja tanpa menegur Jia Li. Wanita paruh baya itu mengernyit, tidak biasanya gadis bermata besar itu terlihat begitu tak bersemangat. Apa terjadi masalah dengan pendekar Awan? Tadi dia sempat mengintip, mereka sedang berlatih memanah dan terlihat sangat akur. "Kai, besok kita pergi," katanya pada Zhan An lalu berbaring dan meringkuk. Tubuh langsing itu membelakangi Zhan An. "Kau kenapa?" tanya Zhan An heran. "Apa ada masalah? apa wanita itu menyakitimu?" tanyanya khawatir. "Aku lelah." Arumi menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya. Zhan An mendekat dan memeriksa dahi Arumi, Jangan-jangan gadis itu demam kerena terlalu lelah. "Aku tidak sakit." Arumi menangkap tangan Zhan An."Apa kau menyembunyikan sesuatu?" tanyanya menatap dalam ke netra Arumi. Arumi memejamkan mata."Ya.""Katakan.""Aku ingin pulang ke rumahku. Bisakah?"Sebuah pukulan seakan mengarah ke dada pemuda itu sekarang. Dia terdiam
"Zhan An!" Lien Hua langsung mengarahkan sikunya pada rahang Zhan An. Namun Zhan An menggerakkan sebelah tangan dan membuat tubuh gadis itu tertahan. "Diam saja di situ. Urusanku dengan pencuri ini," ujarnya dingin. Diam-diam tangan Yuwen menarik kipas di pinggangnya. kipas berputar melesat menghantam kepala belakang Zhan An. kunciannya lepas seketika. Yuwen menarik Lien Hua dan membawanya menyingkir. "Hentikan Kai." Arumi merentangkan tangannya melindungi Lien Hua dan Yuwen. "Arumi kau melindungi pencuri itu? kau kan tahu aku membutuhkan Amethyst.""Tapi aku tidak melihat Amethyst di tubuh Yuwen," katanya pelan. "Bisa jadi dia menyembunyikankannya di tempat lain.""Kau bisa menggeledah kamarnya," sahut Lien Hua sambil menatap Yuwen. mengerti isyarat itu Yuwen pun setuju dengan pendapat gadis itu. Sebenarnya apa yang kau cari?" tanyanya pada Zhan An yang sibuk menggeledah kamar Yuwen."Kristal Amethyst.""Amethyst?""Iya. Dalam kotak kayu berukiran kecil."Mendengar itu Yuwen men
Mata gadis itu terbelalak melihat kodok yang berterbangan dari buku yg dilemparnya. Siapa sangka buku yang didapatnya dari Jia Li adalah buku ajaib. Dia mengambil buku itu karena butuh waktu lama untuk menyiapkan busur dan anak panah. Sementara pria itu sudah hampir menggeledah Lien Hua. Katak itu menyerang tanpa ampun. Meski terlihat normal namun ketika dia membuka mulut terlihat gigi besar dan tajam layaknya seekor monster dengan mulut yang sangat lebar. Satu persatu pria berbaju hitam itu terjatuh saat tergigit kodok, tubuh mereka seakan luruh begitu saja, nyaris tanpa tulang. "Ap-apa maksudnya Lien Hua," jawab gadis itu terbata saat Lien Hua bertanya. Apa karena pasukan kodok itu menatapnya sebelum masuk ke dalam buku. Setengah ketakutan dan penasaran dia berjalan mendekati buku yang tertutup begitu pasukan kodok itu masuk ke dalamnya.Sementara Lien Hua mengikat para pria berbaju hitam dengan sprei dan tirai jendela yang dia tarik begitu saja. "Begitu banyak keanehan yang t
Ming Hao menekuk wajah melihat senyum kemenangan di wajah Arumi. Gadis itu terlalu cantik, sangat berbahaya. "Nona-""Panggil aku Arumi. Itu namaku," jawab Arumi masih menahan senyum. "Baik Nona Arumi, dimana tepatnya anda bertemu hantu yang Nona maksud," tanya Jiao Yu sambil menyodorkan segelas air, Dia ingin mendengarkan keseluruhan kisah gadis dihadapannya. Hal itu rupanya dipandang sengit oleh Zhan An dan Ming Hao. "Di mana, Kai? Aku tidak tahu namanya." Gadis itu menyikut lengan Zhan An. "Di hutan barat, pesisir desa Nahuy. Tapi sepertinya dia sudah menghilang dari tempat itu.""Kau pergi ke gua itu lagi? Kapan kau melakukannya? Bukankah kau terluka parah dan tertidur seharian?" cecar Arumi heboh, dia merasa tidak pernah melihat Zhan An beranjak dari pembaringan."Kau tidak perlu tahu. Kau terlalu sibuk mencari ayam," sahutnya dingin. "Apa kau bilang? Aku mencari ayam untuk memberimu makan. Bagaimana kalau dia menyerangmu lagi, kau mau mati?" Semprot gadis itu kesal. "Jadi
Ming Hao tengah menyiapkan tempat tidur Jendral Jiao Yu. Malam ini rencananya Jendral akan tidur di kantor. Setelah melakukan penyelidikan di desa Nahuy, Jendral tampak sangat lelah, jadi dia ingin menyuruh pria itu cepat beristirahat. Seharusnya diusianya sekarang Jendral Jiao Yu sudah memiliki istri yang pengertian dan lembut, namun dia terlalu gila bekerja sehingga selalu mengabaikan perintah orangtuanya untuk menikah. Oleh karena itu Raja menurunkan titah untuknya mengawasi dan membantu Jendral Jiao Yu, meski awalnya tidak setuju namun Jendral menerima dan membiarkan Ming Hao mendampinginya sampai saat ini. Setelah merapikan tempat tidur dan menghidangkan minuman hangat. Pria berkulit putih itu tersenyum membayangkan pujian Jiao Yu padanya. Suara gaduh dari arah tengah membuat Ming Hao penasaran, apa Gong Min menginterogasi pengacau festival lampion? suara teriakan terdengar keras. Meski sangat tegas Gong Min tidak pernah melewati batas. Penciumannya menangkap bau benda terbak
Arumi terdesak, tubuhnya jatuh terduduk dan terpojok di dinding. Pria bercadar itu menarik tombak lantas menekannya pada leher Arumi. Gadis itu meringis, ujung tombak yang tajam menggores kulit dan menimbulkan sensasi nyeri. "Kau tidak bisa membunuhku," ujarnya menantang, balas menatap tajam, "Aku tidak mau mati di sini."Tubuh tegap itu berhenti, seakan kalimat yang keluar dari mulut Arumi mengusiknya. Melihat hal itu Arumi mengedarkan pandangan, dia harus mencari sesuatu untuk melepaskan diri. Tiba-tiba seekor srigala berjalan dari arah sel, matanya memantau Arumi yang tampak sangat terkejut. Srigala itu mendekat lalu terbang melompat ke arah mereka. "Dibelakangmu!" seru Arumi dengan mata melotot, sontak Yongshen melepaskannya dan menahan serangan srigala dengan tombaknya. Tubuh Yongshen terjepit, dia mengumpulkan kekuatan di kaki dan menghantam perut binatang buas itu, lalu berputar dan melepaskan diri. Matanya mencari keberadaan Arumi namun gadis itu telah menghilang. Gadis ya