Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Badai salju melanda kota London sejak sore hari, membuat kota ini sepi tidak seperti biasanya, mereka lebih memilih menghabiskan waktunya dirumah sejak sang surya telah tenggelam di ufuk barat. Badai salju pun belum kunjung reda, terlihat salju yang menutupi seluruh jalan di kota London tanpa henti, biasanya, rawan terjadi sebuah kecelakaan jika para penduduknya nekat berjalan-jalan ditengah badai.Seperti sekarang, seorang pemuda tengah berdiri ditengah badai, tepatnya berada di bawah lampu taman, bagi siapapun saja yang melihatnya mungkin akan menganggap laki-laki itu sudah kehilangan akal sehatnya. Bayangkan saja, ini sudah tengah malam dan kamu berdiri di tengah-tengah badai, itu sama saja bunuh diri namanya.Hingga sebuah tangan menyentuh bahu laki-laki itu, sang empunya hanya terkesiap, hampir saja memukul seseorang yang telah menyentuh bahunya, namun ia urungkan niatnya."Who are you...?" Tanya laki-laki itu seraya mengerakkan tongkatnya bersiap untuk memukul siapa saja yang a
Sudah satu minggu sejak kepergian Mira, Nathan Aksa menjadi semakin dingin tak tersentuh, ia jarang sekali berbicara bahkan dalam sehari Aksa tidak pernah berbicara kepada siapapun.Sosok gadis bernama Yeara selalu datang setiap hari, Aksa sangat tidak menyukai gadis itu. Aksa muak dengan sikap sok kenal Yeara padanya!Seperti sekarang Yeara tengah menatap Aksa yang tengah duduk menghadap pemandangan malam kota London dari atas gedung berlantai 15."Na..." Panggil gadis itu, Aksa pun menoleh menatap Yeara dengan sorot mata yang dingin."Jangan pernah manggil gue dengan sebutan itu! panggilan itu hanya untuk Mira! Dan jangan pernah datang lagi kesini, lo hanya akan membuat mood gue semakin buruk, setidaknya izinkan gue untuk sendiri sekarang karena lo nantinya juga akan ketemu gue setiap hari!" Ucap Aksa.Itulah kata terpanjang yang pernah Yeara dengar, tapi perkataan itu sungguh dingin dan menyayat hatinya, se-benci itukah Aksa kepadanya sehingga tak menginginkan kehadiran gadis itu d
Pesawat baru saja mendarat di bandara Soekarno-hatta, Aksa beserta keluarganya langsung pulang kerumahnya begitu pula dengan keluarga Yeara.Awalnya Yeara diajak nenek Aksara untuk pulang ke rumah Aksa, tapi saat melihat raut wajah tidak mengenakan dari Aksa, akhirnya Yeara menolak.Yeara terus saja mencuri pandang ke arah Aksa, ia berharap Aksa akan membaca daftar keinginan Yeara agar besok mereka bisa langsung melaksanakannya bersama.•••Setelah perjalanan sekitar 25 menit, Aksa dan keluarganya pun telah tiba dikediaman baru milik Aksa, hadiah dari neneknya, mama dan papa Aksa sudah langsung pulang ke Bandung, jadi hanya ada Aksa, Jeffran dan neneknya dirumah ini. Aksa berjalan ke kamar miliknya dilantai dua, diikuti juga oleh Jeffran, kamar mereka saling berhadapan. Jadi, Jeffran bisa mengganggu Aksa setiap saat, itu sangat menyenangkan.Aksa menatap kamar miliknya yang lumayan luas, ia pun beralih menatap koper miliknya, ia harus menata barang barangnya sendiri karena tidak ada
Setelah menemani Aksa dirumahnya, akhirnya Yeara memutuskan untuk pulang kerumahnya karena nenek Aksara sudah kembali.Saat di pintu, Yeara bertemu dengan seseorang yang tidak ia kenal, tapi dia terlihat sangat cantik."Aksara ada?"Yeara menganggukan kepalanya."Siapa yah?""Gebby"Yeara hampir saja tersedak ludahnya sendiri karena terkejut, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan mantan pacar Aksara.Yeara tahu dengan siapa Aksa berpacaran, dia mempunyai mata-mata di Indonesia, dia tahu segalanya tentang kehidupan Aksara selama tiga tahun terakhir."Si-silahkan masuk." Ujar Yeara.Gadis bernama Gebby itupun masuk kedalam rumah Aksa, diikuti juga oleh Yeara, ia tidak jadi pulang.Mereka berdua akhirnya masuk kedalam kamar Aksa, Aksa terlihat sangat terkejut atas kedatangan Gebby, laki-laki itu langsung bangun dari tidurnya.Gebby pun meletakan parsel buah ke meja, lalu menghampiri Aksa dan memeluknya.Yeara tersentak kaget, ia tidak rela Aksa dipeluk oleh wanita lain, Yeara mula
je t'aime Aksa, dalam bahasa Prancis artinya aku cinta Aksa.Yeara, 2024.•••Setelah makan malam keluarga, Aksara dan Yeara di perintah oleh kedua orang tua mereka untuk berjalan-jalan disekitar hotel sebelum mereka pergi ke butik untuk fitting gaun pengantin, keduanya tampak diam tak ada yang memulai percakapan, sampai Yeara pun membuka suaranya."Na...""Gue udah bilang jangan panggil gue Na! Gue gak suka!"Yeara menunduk "maaf, aku gak bermaksud—""Udahlah, diem aja!" Sela Aksa marah."Aku suka kamu yang sekarang." Ucap Yeara tiba-tiba, hal itu membuat Nathan Aksara menghentikan langkah kakinya, mata mereka saling bertemu."Aku suka kamu yang sekarang sudah banyak bicara, aku suka saat kamu marah marah ke aku."Aksa masih bungkam, tak berniat menanggapi."Aku ingin kamu terus seperti ini..." Ujar Yeara, meskipun dalam hatinya berkata lain, sejujurnya Yeara tidak mau mendengar benta
Aku juga punya hati, aku punya perasaan yang kapan saja bisa punya batas kesabaran, tapi untuk kali ini aku ingin berjuang, berjuang walau aku tahu kamu tak akan pernah mencintaiku, setidaknya aku ingin bersamamu walau hanya sesaat— Yeara, 2024.•••1 tahun yang lalu."Aksa..."Gadis berambut sebahu itu menghampiri Nathan Aksa yang tengah terduduk di bangku taman seorang diri."Aku cariin ternyata disini, gimana tadi kalau aku gak liat kamu? Na, kamu disini masih baru, kamu belum mengenal London."Aksa hanya diam seraya mengetuk-ngetuk tongkatnya sehingga menghasilkan bunyi, keadaan taman cukup sepi, hanya ada segelintir orang yang lewat."Ayo pulang," ujar Mira mencoba membujuk Aksa pulang.Aksa lantas menggeleng cepat, ia menepis tangan Mira yang akan menariknya."Pulang Na...""Aku bisa pulang sendiri." Jawab Nathan Aksa, lalu pergi meninggalkan Mira disana.Mira
Gavin Atmaja tengah berada di dalam kamarnya, laki-laki itu tampak gelisah dan terus menatap ponselnya dengan bimbang.Haruskah dia menghubungi Yeara? Perkataan Dean beberapa jam yang lalu membuat Gavin sama sekali tidak bisa tenang. Ia khawatir terhadap Yeara. Gavin sangat khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.Tuk tuk Gavin lantas menolehkan pandangannya kearah pintu, " masuk aja." Ujar Gavin dari dalam sana, terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Gavin dan meletakkan susu coklat hangat di atas nakas."Tuan muda, silahkan diminum, oh iya nyonya bilang akan kesini besok." Ucap wanita paruh baya itu."Hem, iya makasih Bi, Bibi malam ini boleh pulang." Ucap Gavin."Baik tuan muda."Pelayan itu segera meninggalkan kamar Gavin setelah membungkuk memberi salam kepada majikan mudanya.Setelah itu Gavin menatap susu di atas nakas, dan segera meminumnya. Mungkin setelah minum rasa gugupnya akan hilang."Baik Gavin Atmaja, cuma nelpon dan bilang gimana keadaannya." Gavin bermonol