Cashel merasa geram, namun dia juga tidak tahu, kepada siapa. Tidak mungkin kepada Ayara, atau pun Arlo yang menuduhnya melakukan konspirasi dengan Ayara. Kepada penjaga gerbang apalagi. Pada diri sendiri karena keterlambatannya menyelamatkan Ayara? Bisa jadi.Saat kejadian, Cashel sedang ada urusan. Dia hendak keluar rumah, ketika dilihatnya dua penjaga Gerbang Dalam, tidak menyambutnya. Keduanya justru terkulai di tanah. Setelah peroleh penjelasan bahwa ada pelayan yang melarikan diri dengan melumpuhkan keduanya, Cashel langsung menduga, pelakunya pasti Ayara. Siapa lagi? Di kalangan pelayan di rumah itu, tidak ada yang memiliki kemampuan ilmu bela diri selain Ayara. Tidak buang-buang waktu lagi, Cashel langsung mengejar ke Gerbang Utama setelah membantu penjaga Gerbang Dalam pulih. Sayangnya terlambat, Ayara sudah melumpuhkan penjaga Gerbang Utama dan bersiap melarikan diri. Bahkan gadis itu tidak menggubris teriakannya.Cashel langsung kembali ke Gerbang Dalam setelah membantu me
"Ada apa?" tanya Birdella, saat telepon sudah tersambung"Maafkan kami, Nona." suara di seberang terdengar ketakutan."Kenapa?" Suara Bidella meninggi."Nona Hyuna Sada…,""Katakan cepat!""Nona Hyuna Sada, berhasil dibawa kabur seseorang.""Apaa???""Maafkan kami, Nona.""Kalian benar-benar bodoh! Tidak berguna! Percuma aku membayar kalian mahal, kalau mengurus satu perempuan lemah saja kalian tidak becus!" Emosi Birdella langsung memuncak. Charlie terkejut."Ada apa, Sayang?" tanya Charlie."Hyuna Sada, berhasil keluar dari gedung itu." kata Birdella."Hah? Bagaimana bisa?""Entahlah," Birdella gelisah. "bagaimana ini Charlie, dia sudah melihat wajah kita. Dia juga sudah tahu, akulah di balik penculikan itu." Wajah Birdella tampak ketakutan."Tenang Sayang, kita akan membuat rencana baru lagi." kata Charlie berusaha menenangkan Birdella."Tapi, Charlie..""Sudahlah, nanti kita pikirkan lagi sebuah cara untuk menyingkirkan dia. Sekarang lebih baik kita lanjutkan bersenang-senang," aj
Ayara memutar tubuhnya. Pria yang duduk bersila di atas ranjang itu, sepertinya dia mengenali postur tubuh itu.Dengan pelan Ayara berjalan menuju ranjang, kemudian terkejut demi melihat sosok Arlo yang ada di sana. Pria itu memejamkan kedua matanya.Langkah Ayara terhenti. Hatinya gamang, haruskah ia memenuhi permintaan Arlo untuk memijat tubuhnya? Ataukah sebaiknya dia memutar arah, dan melompat dari jendela, yang tadi digunakan oleh wanita penghibur itu melarikan diri?Arlo memiliki tubuh yang kebal, penciumannya sudah sangat terlatih. Tidak akan mudah menjatuhkannya, hanya dengan obat-obatan. Apalagi hanya sejenis obat tidur. Dia juga memiliki mata batin yang tajam, sehingga akan sulit mempengaruhinya agar tidur. Selain itu, jika Arlo sampai mengetahui bahwa wanita yang bersamanya saat ini adalah Ayara, sudah pasti pria itu akan siaga sepanjang malam.“Pelayan! Apa lagi yang kamu tunggu? Cepatlah, aku mengantuk” ucap Arlo lagi. Ayara berjalan mundur, jendela hanya beberapa langkah
Tidak ada pilihan, Arlo tidak mau berhenti, apalagi mundur. Terpaksa Ayara mencabut pisau di selipan ikat rambutnya. Dengan gerakan cepat gadis itu menyerang Arlo.Di luar, orang-orang yang masih terjaga dan sedang duduk-duduk di Gazebo, termasuk Among dan pemilik penginapan. Mereka terkejut karena mendengar keributan dari kamar Arlo. Among langsung bertindak cepat, berlari menuju kamar tuannya. Pemilik penginapan mengikuti.Tok! Tok! Tok!“Tuan Arlo, Anda baik-baik saja?” teriak Among setelah diawali dengan ketukan pintu.“Ya, Among, aku baik-baik saja. Pergilah,” balas Arlo dari dalam. Among dan pemilik penginapan saling pandang.“Hehe, sepertinya mereka sedang menikmati keseruan di dalam,” kata pemilik penginapan. Among tidak menanggapi. Dia tahu sekali siapa Arlo, dia tidak mungkin akan menyentuh wanita itu, apalagi bermain secara kasar seperti itu. Dengan hati tidak yakin, Among kembali ke Gazebo. Meneguk habis kopinya, lalu pamit kepada pemilik penginapan untuk masuk ke kamarnya
Sejenak kita tinggalkan kehidupan Ayara yang berada di sebuah pedesaan, dengan kemewahan tersembunyi di balik ketinggian tembok rumah Nawang Nehan. Mari kita jenguk kehidupan seorang wanita di sebuah kota besar di belahan bumi lainnya.Namanya Ambar Qirana. Menikah dengan pria setempat yang dulunya juga kaya raya. Ahli waris tunggal dari perusahaan tambang terbesar di Asia. Semua orang mengatakan, Ambar adalah wanita yang sangat beruntung. Memiliki suami tampan, dan kaya raya. Tetapi, benarkah Ambar seberuntung itu?“Bersiaplah, Ambar,” kata Frey, suaminya.“Tidak, Frey! Aku tidak mau melakukannya!” tegas Ambar.“Kalau kamu tidak mau, siapa yang akan melunasi hutang-hutang kita kepada, Pak Dinar, hah?”“Itu urusanmu! Karena itu hutangmu, bukan hutang-hutang kita. Kamu yang berhutang untuk main perempuan, kenapa aku yang harus membayar?”“Karena kamu istriku! Kamu harus membantuku.” jawab Frey tanpa merasa canggung sedikitpun.“Aku tidak sudi, suruh saja wanita-wanitamu itu, yang denga
Wanita berpakaian serba putih itu menatap gedung yang menjulang tunggi di depannya. Bangunan yang menjuntai itu, jika dilihat orang asing pasti akan mengira hanyalah sebuah pabrik, atau perkantoran perusahaan kelapa sawit, singkong, atau karet. Dari luar tampak biasa saja tanpa ada keindahan sama sekali.Di luar bangunan tersebut, juga masih ada beberapa bagunan lagi yang lebih rendah, mengelilingi bangunan utama. Seperti halnya para orang asing yang menebak, wanita itu juga meragu, ketika akan memberi kode kepada orang di dalam, bahwa ada dia di luar gerbang.Sekitar lima belas menit wanita itu berdiri di sana. Selama itu pula tidak ada siapa pun yang bisa ia tanyai. Merasa tidak yakin dengan tujuannya, wanita itu membalik tubuhnya, berniat pergi."Tunggu."Baru beberapa langkah kakinya berjalan, sebuah suara mencegahnya. Wanita itu berhenti dan menoleh kepada pemilik suara. Seorang perempuan muda dua puluhan tahun berdiri di depannya."Anda mencari seseorang?" tanya perempuan muda i
Di dalam kamarnya, Ayara merasa gelisah sekali, seperti kegerahan, meskipun sebenarnya, kediamannya juga dikelilingi oleh pepohonan yang menyejukkan. Baru saja ia mendapat pesan dari Gistara. Memberi kabar, bahwa dia berniat kembali ke kontrakan lamanya, untuk mengambil barang-barang. Ayara bersikeras mencegah, memintanya menunggu sampai dia bisa menemani. Tetapi Gistara meyakinkannya bisa melakukannya sendiri, dan berjanji akan baik-baik saja. Apa boleh buat, Ayara sendiri belum tahu kapan bakal bisa menemani. Sebab dia juga baru saja meminta ijin keluar untuk membeli keperluan pribadi. Dia tidak mungkin lagi meminta ijin kedua kalinya dalam sehari. Arlo sudah termasuk berbaik hati dengan mengijinkannya keluar rumah, selama satu jam tanpa ditemani oleh pegawainya. Dan itu terjadi ketika Ayara pernah dianggap kabur olehnya. Ayara keluar kamar. Angin sejuk langsung menghempas cantik wajahnya, menyingkap rambutnya yang tergerai lepas ke belakang. Menuruni tangga pendek yang menuju ha
Nawang Nehan duduk terpekur menekuni cangkirnya yang sudah kosong. Jemarinya sebentar memutar, sebentar mengait ke pegangan cangkir. Hatinya terasa kosong, amun juga diliputi rasa yang dia sendiri bingung menerjemahkannya.Cashel baru saja menemuinya, memintanya agar mengijinkan Ambar, ibunya, tetap tinggal bersamanya di kediaman Cashel sendiri. Sementara ini, Nawang mengijinkan. Namun dia mengatakan kepada Cashel, bahwa ia akan mengambil keputusan baru ke depannya, dan belum tahu, itu apa.Ambar sudah memilih pergi bertahun-tahun lalu, seharusnya sudah tidak ada tempat lagi baginya untuk kembali. Hanya saja, karena Cashel memohon, Nawang tidak bisa mengabaikan perasaan anak bungsunya itu. Dia rindu.Nawang mendesah berat, sebelum akhirnya bangkit dari duduknya. Mengenakan mantel, kemudian berjalan keluar rumah, melalui pintu khusus miliknya. Ia terus berjalan hingga sampai di sebuah tempat, yang lumayan luas, dengan beberapa pohon kamboja di sana. Di bawah pepohonan itu, ada tiga bu