Bima membawa mobilnya tidak sebaran, Bima sungguh khawatir, wajah gadisnya sudah sangat pucat, sedari tadi Bima terus menyerukan nama Mila namun wanita itu tidak kunjung membuka mata.
Bima terburu-buru membawa Mila masuk ke rumah sakit, sampai dia tidak menggubris panggilan seorang gadis di belakangnya.
HuekHuekSayup-sayup Arjuna mendengar suara dari kamar mandi. Mau tidak mau Arjuna membuka perlahan matanya, menatap kasur di sebelahnya kemudian melirik jam di nakas yang menunjukkan pukul 06:00 pagi.Dengan malas Arjuna bangun, kemudian berjalan ke arah kamar mandi, Arjuna mendapati Mila yang tengah membungkuk memuntahkan isi perutnya.Mila kaget saat tangan besar Arjuna memijit pelang tengkuknya," Ngapain kak Arjuna di sini?""Berisik," Arjuna masih terus memijit pelan tengkuk Mila, sementara Mila menggerutu dalam hati mendengar balasan dari Arjuna yang tidak sesuai dengan espektasinya.HuekHuek"Udah kak gak pa-pa, emangnya kakak gak jijik?"Arjuna hanya diam sambil mengedikkan bahu acuh, dengan tangan yang masih terus bergerak memijiti tengkuk Mila."Udah?"Mila mengangguk pelan, ia kaget saat tangan besar Arjuna merangkulnya, ia menatap Arjuna yang juga menatapnya.Mata mere
Pupus?Bima menaiki mobil sport merahnya, tadi Nakula baru saja meneleponnya. Meminta Bima membawakan flashdis ke apartemen sang kapten, Bima bersiul-siul ria. Rencananya setelah pulang dari rumah sang kapten Bima akan mengajak Mila jalan-jalan. Membayangkan wajah ceria Mila membuat Bima menyunggingkan senyum manis, tidak peduli masa lalu apa yang Mila alami Bima akan tetap mencintai Mila Hauri Aditama dengan segenap jiwa dan raganya.Suara bel membawa langkah kaki panjang Arjuna menuju pintu, di sana Bima tengah berdiri menghadapnya sambil tersenyum. Mereka melakukan hingtfive ria, kemudian Arjuna selaku pemilik rumah mempersilahkan juniornya untuk masuk ke dalam. Bima mendudukkan dirinya di atas Sofa."Bang, ini flashdis dari bang Nakula."Arjuna menerima flashdis dari tangan Bima, Kemudian menyimpannya benda pipih kecil itu di atas meja di samping laptopnya yang menyala."Tinggal beberapa hari menuju pertandingan, kita masih latihan bang?" Bima mengamati
BerubahMila tersenyum cerah, hari ini Mila menepati janjinya memasakan sesuatu untuk sahabatnya Bima. mengingat waktu. Mila hanya membuatkan Bima nasi goreng spesial, Mila sampai tidak memedulikan Arjuna yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan tak terbaca.Seperti biasa Mila akan turun dari mobil Arjuna saat mencapai jarak sepuluh meter dari sekolah, tentu saja demi menjaga rahasia mereka tetap tersimpan rapi. Terlebih lagi perut Mila yang makin membesar membuatnya harus terus berhati-hati. Pagi ini Mila memakai jaket kebesaran untuk menutupi kehamilannya, Mila berjalan dengan riang sambil menenteng paperbang berukuran sedang, paperbang itu berisi nasi goreng buatannya untuk Bima."Mila!" Aina berlari menghampiri Mila yang sedang berdiri tak jauh dari gerbang sekolah."Eh, Na, kenapa kamu buru-buru gitu?”Aina tak menjawab, Ia malah memeluk Mila kencang, Aina sungguh rindu. Belakangan ini Cafe Blackdemon benar-benar ramai pengunjung apala
Baratayuda VS PelitaMila bangkit dari tidurnya, aroma lejat masakan tercium panca indranya. Aroma itu berasal dari arah dapur, Mila buru-buru membasuh wajah di dalam kamar mandi. Matanya melirik jam dinding pukul 05. 57, Apa mungkin Arjuna tengah memasak di dapur? ranjang sebelahnya sudah kosong saat Mila bangun, itu artinya yang ada di dapur memang Arjuna.Mila mengikat asal rambutnya, membiarkan beberapa helai anak-anak rambut jatuh menutupi matanya. Apa yang Mila pikirkan memang benar, Arjuna lelaki itu sedang sibuk mengutak atik alat dapur, Mila mendudukkan dirinya di atas kursi Pantry sambil menopang dagu. Pandangannya tertuju kepada Arjuna, tangan besar Arjuna terlihat lihai memotong-motong bawang, apalagi celemek yang ia pakai menambah kesan imut di mata Mila.Arjuna sadar sedari tadi ia di perhatikan Mila, ia hanya tersenyum tipis. Arjuna membawa dua piring nasi goreng terhilang di meja. Ia memberikan satu piring untuk Mila dan satunya lagi untu
Mila kira sikap Arjuna kemarin adalah awal yang baik untuk hubungan mereka, Mila kira Arjuna sudah menerima kehadirannya. Namun nyatanya Arjuna masih sama, sebenarnya yang salah di sini bukan Arjuna Mila sendiri yang terlalu berharap.Mata Mila kembali menangkap kemesraan antara Arjuna dan kekasihnya Saras. Mereka sedang bercanda tawa bersama, Arjuna tertawa lepas, bahkan Mila tidak pernah melihat Arjuna tertawa sebelumnya. Mila sadar apa yang ia harapkan tidak mungkin dapat terwujud, sebenarnya apa yang bisa di harapkan dari pernikahan karena kesalahan? seharusnya sedari dulu Mila sadar pernikahan itu jelas-jelas hanya sementara, tapi kenapa Mila terimaji akan selamanya bersama laki-laki itu, kenapa hati Mila lancang mencintainya. Laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya, masa depanya, bahkan keluarganya pun menjauhinya karena Laki-laki itu. Kenapa Mila tidak bisa membencinya, kenapa jantung Mila selalu berdetak saat mengingatnya, kenapa semua itu bisa
“Kak Kevin, kakak mau ke mana? Boleh aku pulang bareng kamu? “ tanya Mona saat Kevin baru saja menstater motor Ninja miliknya. Kevin mengangguk dan memberikan helm kepada Mona. Mona meraihnya dengan senang hati, mimpi apa dia semalam sampai bisa pulang bareng dengan Kevin. Sebuah ide brilian terlintas di benak Mona, ia sengaja berpura-pura kesusahan memasang helm. “Kak, maaf ya ngerepotin. Aku ngga bisa masang helmnya,” ujar Mona tersenyum kikuk. Sungguh akting yang sempurna, Kevin langsung memasangkan kaitan helm Mona yang katanya tidak bisa gadis itu masukkan. Setelah Mona duduk di jok belakang, Kevin langsung menyalakan motornya. Saat ini ia tengah kalang kabut memikirkan Mila, makan tidak semangat, sekolah tidak semangat bahkan beberapa hari ini Kevin merasa harus mengundurkan diri dari tim basket. Berhari-hari Kevin menunggu kabar Mila, namun wanita itu tak kunjung ber
Hari ini Bima mengajak Mila bermain ke timezon, mereka memainkan banyak permainan mulai dari lempar basket, memukul tikus, balap mobil, dan terakhir mereka bermain tebak-tebakan. Sesekali mereka tertawa lepas tanpa menghiraukan orang-orang yang menatap mereka aneh. Bima menarik tangan Mila, membawa wanita itu mengikuti langkah kakinya. Bima mengajak Mila ke tempat karaoke, mereka berdua sama-sama duduk di atas sofa menunggu lagu yang sebentar lagi akan di putar. Mila bangkit dari duduknya memegangi mikrofon ia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai bernyanyi," aku tlah tau kita memang tak mungkin, tapi mengapa kita slalu bertemu. Aku tlah tau hati ini harus menghindar Namun kenyataanya ku tidak bisa...maafkan aku, terlanjur mencinta." Bima diam ia tahu untuk siapa lagu itu, lagu itu untuk Arjuna. Bima sadar selama ini Mila sudah memendam rasa pada Arjuna seniornya, selama ini Bima hanya berpura-pura tidak tahu sambil meyakinkan dirinya bahwa Mila tak perna
Mila memegang ganggang pintu, entah siapa yang berkunjung pagi-pagi begini. Mila menatap jam di pergelangan tangannya baru jam 06.15, sedari tadi Mila sibuk memasukkan buku-buku pelajaran dalam tasnya. Pintu terbuka menampikan sepasang orang dewasa, dia Gilbran dan istrinya Rosa orang tua dari Mila. Mila terdiam di depan pintu Apartemen, masih memegang ganggang pintu, ia terkejut apakah ini hanya ilusi? "Sayang Mama kangen" Rosa memeluk Mila tiba-tiba, ia mendekap kuat putrinya yang sudah tiga bulan ini tidak pernah matanya lihat. Ia rindu sungguh rindu, egonya selalu mengalahkan perasaannya. Namun kali ini Rosa melawan egonya karna rasa cinta yang ia miliki untuk putri satu-satunya Mila. Mila masih diam mematung, tidak bersuara atau membalas pelukan dari orang tuanya. Gilbran berdehem pelan. "Ekhem, Papa sama Mama gak di suruh Masuk Mil?" Mila tersadar kala mendengar suara Gilbran pria yang sangat Mila cintai. "Ah iya Pah-Mah sila