"Darriel ... Darriel!" teriak Agnes kencang. Suaranya menggema memenuhi seisi ruangan. "Kenapa dia diam saja Sus? Kenapa?!"
Agnes berlari menuju seorang dokter yang berdiri tak jauh dari ranjang Darriel.
"Dok! Kenapa anak saya ini, kok diam saja? Jawab Dok!" teriak Agnes, terus mengguncang tubuh Darriel yang dingin membeku.
"Dia terlalu banyak kehabisan darah. Semisal waktu itu dia cepat dibawa kemari, mungkin masih bisa tertolong."
"Dasar wanita itu biang semuanya. Dia biang kerok semua atas kematian Darriel!"
Tak memperdulikan Tuan Holmes yang mencegah dirinya. Tetap saja Agnes mengindahkannya. Dia berjalan cepat menuju ruang tunggu. Melihat kedatangan Agnes. Sherley langsung berdiri.
"Bagaimana dengan Darriel, Nyonya?"
Plaaakkk!
Tangan Agnes menampar dengan sangat keras. Sampai membuat Sherley terhuyung ke belakang.
"Nyonya!" sentak Sherley yang terperanjat. Manakala melihat serangan dari Agnes yang tiba-tiba.
Sekali lagi Sherley mengangguk pelan. Tak ada banyak kata yang terlontar dari bibir Sherley. Selama perjalanan, dia lebih memilih diam. Walau dia pun tahu, lelaki yang duduk di depannya, sedang menatap lurus dan tegas pada dirinya."Anda terlihat sangat tegang sekali, Nona? Apa ada yang salah?""Entahlah, Tuan Abel. Saya jadi berpikir, kenapa saya seolah jadi tersangka dalam kasus ini? Padahal saya juga tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.""Anda jangan tegang dulu Nona. Dalam sebuah kasus kejahatan seperti ini. Mnegorek keterangan dari saksi adalah hal yang biasa. Termasuk sekarang ini. Anda masih menjadi saksi dalam kasus Tuan Darriel.""Masih saksi?" tanya Sherley tersungging. "Saya sudah bosan menjelaskan pada semua orang tentang kejadian sore di rumah peristirahatan keluarga Holmes.""Anda tidak boleh bosan, Nona Sherley. Karena kasus ini bisa saja berkembang.""Saya pasrah saja. Karena memang saya tidak melakukan hal untuk mel
"Saya malah baru tahu dari anda Tuan Abel. Bagaimana ceritanya hal itu?" Sengaja Sherley melemparkan pertanyaan sebaliknya. Dia tak ingin mengungkap kasus yang terjadi pada Aston dan Beatrix. Dalam pikiran Sherley saat ini, dia hanya ingin segera terlepas dari kasus yang saat ini tengah menjeratnya."Apakah kalian tidak pernah saling berbagi cerita?"Sambil menyuapkan makanannya, Sherley menggeleng. Dia tahu apa yang tengah dilakukan lelaki yang ada di hadapannya ini. Sepertinya Abel sedang mencari tahu semua informasi tentang yang berhubungan dengan Kastil."Kenapa Tuan Abel begitu yakin kalau mereka ada hubungan? Setahu saya wanita di kastil tak ada yang berani menjalin hubungan dengan lelaki lain. Karena William pasti akan marah.""Marah?"Sesaat Sherley tersadar atas kalimat yang baru saja dia lontarkan. Memancing Abel untuk semakin menggali informasi tentang kastil. Bagaimana pun yang dipikirkan Sherley saat ini bukanlah William, akan tetapi J
'Aku harus berhati-hati bicara dengan orang ini. Dia sangat lihai mengutak ati pembicaraan. Salah sedikit saja, dia bisa mengolah menjadi sebuah informasi yang bisa membuat kastil dalam bahaya,' bisik Sherley dalam hati. 'Atau mungkin dia memang sudah mencurigai William?'"Anda sepertinya sangat tertantang mendalami kasus ini Tuan. Cuman, dalam kasus saya, adalah penembakan Tuan Darriel Holmes. Bukan tentang William. Benar 'kan?""Hemmm, ya untuk saat ini. Kita lihat saja nanti Nona Sherley.""Apa anda ingin mengatakan kalau kasus ini akan menjadi panjang?""Bisa iya dan juga bisa tidak."Kali ini Sherley menatap tajam lelaki yang duduk di depannya. Tak sedikit pun dia mengedipkan mata. Sorot mata yang tajam terus mengamati gesture tubuh Abel.Lelaki itu mengulum senyum. Dia sangat tahu bila Sherley tengah mengamati dirinya."Anda sedang kagum pada saya, atau sedang dalam rasa curiga?""Ternyata Tuan Abel ini
"Kalau anda mau. Silakan menginap di rumah saya untuk malam ini." "Anda menawari saya?" "Siapa lagi Nona?" Cukup lama Sherley menimbang tawaran Abel. Apalagi malam semakin larut. "Kenapa Nona, seperti ragu? Jangan bilang takut kalau aku akan memakan atau menggigit kamu!" Spontan Sherley terkikik lucu. Seorang lelaki yang bertampang serius, dengan tatap mata bagai elang penuh misterius. Membuat Sherley tersanjung dengan tawarannya. "Rumahku cukup dekat dari sini. Dengan berjalan kaki saja sudah sampai. Bagaimana?" Tak ada pilihan bagi Sherley. Akhirnya dia menerima tawaran Abel untuk menginap di rumahnya. "Apa anda sudah selesai dengan penyelidikan tentang penembakan Darriel?" "Sambil jalan, biar saya bisa lebih sering bertemu dengan anda NOna." Sherley menunduk dengan seulas senyum. Kembali kata-kata Abel membuat dirinya tersipu. "Boleh kita bicara lebih akrab lagi? Tanpa
"Lalu, bedanya apa?"Sedikit membungkuk, "Bedanya, di lantai satu berarti kamu tidur dengan aku."Bugggh!Spontan Sherley memukul pangkal lengan Abel yang tertawa terbahak-bahak."Aku pilih lantai dua.""Mari aku antar!"Abel melangkah terlebih dahulu. Dia menyusuri lorong dan mulai menaiki anak tangga. Diikuti oleh Sherley di belakangnya.Di lantai dua ini ornamen indah yang menghiasi hampir sama dengan lantai dua. Hanya saja lebih sederhana."Ini kamarnya! Dan jendela itu, kamu bisa melihat jalanan kota.""Hemmm, konsep rumah yang sangat menarik.""Sepertinya kamu menyukai dan tertarik.""Ya, model rumahnya. Bukan si pemilik!" tegas Sherley mengulum senyum."Kita lihat saja, sampai seberapa lama kamu akan tetap mengucapkan kata seperti itu."Saat keasyikan mereka berbincang. Tiba-tiba, terdengar bunyi bel rumah, di malam yang telah larut."Apa ... dari tempat kerjaan kamu?"Lel
"Tuan Abel, terima kasih banyak atas kebaikan anda," ucap Sherley sekilas.Tapak kaki kuda mulai meninggalkan rumah Abel Griffin."Sikapmu terlalu dingin terhadap Tuan Abel.""Ohhh, kamu tertarik sama dia?""Bukan urusan kamu juga 'kan William?"Keduanya saling beradu pandang."Sepertinya kamu tak menghagai jerih payahku. Kalau begitu turunlah sekarang!" Tak seperti biasanya William berucap dalam intonasi yang datar tanpa penuh penekanan.Sherley terdiam dan melemparkan pandangannya ke arah luar."Kenapa kamu pulang sendirian? Seharusnya bersama Laurice 'kan?""Dia pulang lebih dulu."Jawaban William membuat Sherley menyeringai sinis."Karena kamu bermain wanita lain? Atau mungkin kamu sudah menidurinya?""Hapal sekali kamu dengan tigkahku, Sherley.""Terlalu hapal, sampai aku mengenalmu lebih dari yang kamu tahu, William.""Termasuk kamu mengira aku otak pembunuhan Darriel?"Kal
"Tidak juga! Hanya saja, apakah kamu bisa aku percaya?""Setelah permainan panas tadi? Kamu masih meragukan aku, William?"Lelaki tampan itu menggeleng."Apa benar-benar ini keinginan kamu? Tanpa ada seseorang di belakangnya?"Sherley menggeleng."Memangnya seseorang itu siapa?" tanya Sherley sengaja memancing."Jill!" tegas William.Sontak Sherley tergelak. Memang sengaja dia lakukan agar mengelabui William."Kamu salah. Jill tak pernah menyuruh aku melakukan apa pun. Awalnya dia ingin membantu aku untuk mendapatkan pekerjaan di kota, lalu dia menyarankan untuk bisa bekerja sama kamu.""Hemmm ...!" William terus menatapnya. "Baiklah! Sepertinya apa yang disarankan Jill, itu tepat. Aku akan percayakan semua urusan perhitungan keuangan seluruh usaha dan pengeluaran dengan kamu. Mulai besok kamu sudah aku berikan penyerahan semuanya. "Rasa hati Sherley ingin berteriak kencang. Akhirnya dia bisa mendapatkan semua ke
"Sudah malam! Kalian tidurlah, Sherley akan menemani aku malam ini!" Tak biasanya William bersikap seperti ini. Biasanya dia tak peduli dengan apa yang terjadi."William, ke mana Laurice?" tanya Jill."Entahlah, mungkin di rumah bibinya.""Bagaimana bisa kamu tak mengetahuinya?" lanjut Jill. "Bukankah kalian pergi bersama tadi?" cecar Jill Anne. "Atau ... mungkin kamu meninggalkan Laurice demi wanita lain, William?"William tak menjawab. Dia berlalu dengan langkah yang cepat meninggalkan mereka. Tak luput tangannya bergerak menggandeng Sherley untuk ikut bersamanya."Will ... William! Aku mash ingin ngobrol sama mereka dulu.""Tak perlu!""Tapi, William?""Aku ingin kamu temani aku di kamar malam ini!"Brakkkk!Dengan kasar William menutup pintu serta menguncinya."Aku ingin kita mandi bersama!""Kita?""Iya. MUlai besok kamu pun setiap malam akan tidur bersamaku Sherley."Sejenak Sherl