Selasa, 31 Desember 2024/07:40 Malam
“Nah, sepertinya semua tamu telah berkumpul,” gumam Stylle yang berdiri di kejauhan.
Salah seorang pelayan pria yang baru saja kembali dari meja makan mendengarnya dan bertanya apa maksudnya. Stylle hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum padanya. Namun, sepertinya jawaban yang diberikan gadis muda yang bersemangat itu tidak memuaskan si pelayan, jadi dia bertanya lagi.
“Bukan apa-apa. Aku hanya merasa jika malam ini akan menjadi malam yang luar biasa,” jawab Stylle.
“Tapi,” kata si pelayan. “Aku merasa jika perkataanmu tadi seperti mengisyaratkan sesuatu. Kau tahu, rasanya seperti pemburu yang telah menyiapkan perangkap untuk buruannya.”
Stylle tertawa geli dan menepuk bahu si pelayan.
“Kembalilah bekerja. Aku akan segera kembali ke dapur setelah menemui Monsieur Braque.”
Aula tahta yang begitu besar itu tera
I “Aku nggak ada masalah dengan pasangan yang bermesra-mesraan dihadapanku,” protes Azalea ketika ditanya maksud dari sikapnya di ruang makan oleh Lady Viscaria. “Aku hanya sedang nggak berminat melihatnya.” “Apakah karena perkataan Kassandra Meave tentang Alphonse?” tanya Rita. Azalea menggelengkan kepalanya. “Jujur saja,” ucap wanita itu sambil menatap jauh ke luar jendela. “Jika bocah itu mau dengannya, aku nggak akan menghalanginya.” Lady Viscaria dan Rita sama-sama menatap Azalea dengan galak. “Oh, haha—maafkan aku. Bukan begitu maksudku,” kata Azalea yang segera menyadari tatapan mereka berdua. “Jadi, apa yang membawa kalian ke sini? Tentunya bukan karena aku, ‘kan?” Lady Viscaria duduk di kasurnya dan Rita duduk di depan meja rias. Rita menggelengkan kepalanya dan menceritakan apa yang terjadi setelah kepergian Azalea. “Kenapa para pria suka sekali berkelahi?” gerutu Azalea. “Tapi, bukankah lebih
I“Saya akan beritakan hal ini kepada Nyonya.”“Rita, tunggu sebentar. Tolong kumpulkan semua orang di aula kosong lantai ini—yang memisahkan kamar Dokter Blalock dan kamar Leonard Wright, dan katakan jika ini adalah perintah Jean-Pierre Braque.”Rita menatap Azalea dengan penuh pertanyaan.“Si pembunuh telah membuat satu langkah besar mendahului kita. Aku nggak suka tertinggal seperti ini, jadi kita akan mulai mengambil alih—percayalah padaku.”“Saya mengerti.”Setelah memohon diri, wanita itu bergegas menyeberangi lorong remang-remang dan menuju sayap kiri lantai tiga. Ditemukannya dua orang pelayan yang telah melihatnya dari ujung lorong.“Ada apa, Nona Rita?” tanya salah seorang pelayan.“Kalian memiliki ponsel?”Kedua pelayan itu saling pandang dengan keheranan.“Kami memang memiliki ponsel—tapi se
Hampir semua orang telah berkumpul di tempat yang ditetapkan. Wajah-wajah penuh kecemasan dan perhatian menoleh ke arah Lady Viscaria yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke tempat itu. Di situasi yang berbeda, aula itu akan menjadi tempat berkumpul yang menakjubkan. Namun kali ini, perabotan mewah dan langit-langit tinggi yang berhiaskan ukiran-ukiran unik tidak lagi menarik perhatian mereka.“Dan mengatakan jika kami adalah tersangka pembunuhan,” celetuk Patricia dengan khawatir. “Apakah benar begitu?”“Tolong duduklah, Mademoiselle,” pinta Lady Viscaria. “Azalea akan menjelaskan situasinya.”Wanita yang disebut itu melirik ke arah Lady Viscaria yang sedang mengambil kursi dan duduk dengan tenang. Dia menatap mata Azalea dan seketika itu juga dia segera mengerti apa yang ingin dilakukan oleh si wanita paruh baya itu.“Baiklah, aku mengerti,” kata Azalea.Sementara wanita itu menjelaskan situasi yang sedang terjadi, Lady Viscaria dengan hati-hati dan teliti menilai wajah-wajah y
Semua pasang mata tertuju kepadanya. Mereka menatap juru masak itu dengan penuh prasangka dan rasa tidak percaya, namun situasi itu tidak sedikitpun membuat sang juru masak merasa gugup. Dia berdeham—berusaha membersihkan tenggorokannya, lalu menatap balik mata Lady Viscaria dengan penuh rasa percaya diri.“Anda tahu,” ucapnya. “Itu hanya untuk mempermudah saja. Awalnya memang saya tidak tahu apa-apa. Bahkan saya sempat bertanya kepada gadis ini kenapa Monsieur Braque meminta kami berkumpul di aula lantai tiga—yang hampir tidak pernah digunakan itu.”“I-Itu benar,” tambah si pelayan wanita. “Dia tadi memang bertanya begitu.”“Nah,” lanjut si juru masak. “Setelah berada di sini, semuanya menjadi jelas. Kami diberitahu jika Monsieur Braque telah tiada. Jadi, jawaban saya hanya untuk menyingkat kata-kata saja.”Lady Viscaria tersenyum, lalu berkata, “Baiklah. Sepertinya Anda memang tidak tahu apa-apa tentang hal ini.”Si juru masak mengangguk.“Memang saya tidak tahu apa-apa.”Wanita par
ILampu gantung hancur dan rantainya terlepas dari langit-langit. Benda berbahan kaca—kristal, itu jatuh tepat mengenai Jeremy Bresson yang sedang mabuk di bawahnya. Benturan yang sangat hebat itu membuat serpihan-serpihan kaca meluncur ke segala arah. Terdengar teriakan di sana sini ketika peluru-peluru kaca itu mengenai tubuh orang-orang yang berada dekat dengan titik benturan.“Vis!” teriak Azalea yang segera berbalik menuju aula.Lorong itu hanya diterangi oleh lampu-lampu dinding yang cahayanya redup. Meski terlihat samar-samar apa yang ada di sekitarnya, Azalea masih kesulitan untuk memahami apa yang barusan terjadi.Di dorongnya ke samping beberapa orang yang memenuhi ambang pintu aula itu dengan segera dan sesaat sebelum dirinya berhasil masuk kembali, sesosok besar manusia berlari tepat di hadapannya.Azalea terjatuh ke belakang dengan dorongan yang begitu kuat. Samar-samar, dilihatnya dua sosok lain yang berlari menyusul.“Sialan!” gerutu Azalea.Wanita itu segera bangkit d
Kamar Daniel Blalock dan Patricia yang terhubung terasa penuh sesak dengan kehadiran orang-orang yang sedang dilingkupi perasaan khawatir itu. Tidak satupun dari mereka berani mengatakan sesuatu—semuanya hampir berpikir jika apapun yang terjadi, lebih baik diam daripada membuat suasana semakin kacau.Kassandra yang duduk di tempat tidur Patricia merasa tidak kuat lagi dengan suasana di sana. Dia mendesah lalu menatap mata Lady Viscaria. Wanita itu kemudian memulai percakapan.“Jika tidak ada yang angkat bicara, maka aku akan menanyakan sesuatu,” ucap Kassandra.“Apa yang ingin Anda tanyakan?” tanya Lady Viscaria yang sadar jika Kassandra sedang berbicara kepadanya.“Persoalan vampir yang Anda sebut-sebut tadi.”Sepertinya tidak seorangpun, kecuali Lady Viscaria, yang tidak tertarik dengan apa yang barusan dikatakan Kassandra. Mereka mulai menatap Lady Viscaria dan berharap wanita paruh baya itu menjelaskan tentang hal tersebut.“Sepertinya memang tidak ada yang bisa kita lakukan selai
Tidak seperti apa yang dipikirkan Lady Viscaria, Daniel Blalock menjelaskan isi surat itu sebagaimana yang telah dibacanya bersama dengan Azalea dan Rita. Anggapan bahwa mungkin dokter itu mneyembunyikan sesuatu kini mulai menghilang—namun wanita paruh baya itu tidak akan terlalu percaya diri untuk melepaskannya begitu saja.Bisa dikatakan bahwa selama Daniel Blalock menjelaskan isi surat itu, wajahnya dan kedua orang lainnya; Kassandra Meave dan Colin Lister, seperti melalui perjalanan panjang yang tidak menyenangkan. Mereka saling pandang dengan rasa jijik yang begitu kentara dan di beberapa kesempatan, ketiganya menegangkan otot-otot tubuh mereka.Dua pelayan wanita dan seorang juru masak yang mendengarkan penjelasan Daniel Blalock terlihat pucat dan tidak berkata apapun selain suara-suara seruan yang tidak berani dikeluarkan dengan keras. Kadang mereka berbisik dengan wajah khawatir yang kelihatannya cukup mengganggu sang dokter. Sedangkan untuk Patricia, dia beberapa kali terkesi
“Seperti yang telah kalian ketahui, ketika dering alarm di luar sana menghebohkan seisi aula ini, pembunuhan kedua terjadi. Bagaimana cara si pembunuh melakukannya?” tanya Lady Viscaria kepada orang-orang yang hadir di sana. “Seseorang dengan sengaja menembak lampu gantung. Tidak ada penerangan sama sekali setelah lampu-lampu itu pecah, dan yang terdengar selanjutnya adalah suara lampu gantung yang jatuh disertai dengan dua tembakan—yang seperti kalian telah ketahui juga, menghancurkan kepala Jeremy Bresson.”Lady Viscaria berjalan bolak-balik di sekitaran lokasi jatuhnya lampu gantung. Beberapa orang yang hadir di sana merasa enggan untuk melihat ke arah tubuh Jeremy Bresson berada—mereka cenderung memilih untuk memalingkan wajah atau berdiri memunggunginya. Sebagian terpaku pada sosok wanita paruh baya yang sepertinya telah mengetahui apa yang perlu diketahuinya untuk menyelesaikan kasus yang menyelimuti Hawthorn Lodge itu.“Dengan melihat kondisi mayat Jeremy Bresson, Azalea dan Di