Sementara di dalam sana, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Mereka siap untuk menyantap hidangan yang sudah tersedia dari tadi. Hanya saja karena ada sesuatu hal lain, makanya jadwal makan bersama tertunda sedikit.
Hari ini merupakan hari special bagi keluarga Jeriko. Mereka merayakannya setiap tahun. Tidak ada yang tahu kenapa Jeriko selalu membuat acara ini di setiap tanggal sebelas Januari. Tidak juga dengan adik adiknya. Omar pernah bertanya, tapi Jeriko hanya menjawab sederhana, "jangan pernah bertanya yang tidak pernah akan kamu dapatkan jawabannya."
Dan semenjak itu, sudah tidak ada lagi yang mau membahas pesta yang selalu Jeriko hadirkan di setiap awal tahun di tanggal sebelas.
"Pevita sudah kau masukan dalam kamar?" Tanya Jeriko pada saat mendapatkan Omar sudah kembali bergabung.
"Sudah kak, aman," sahut Omar dengan melingkarkan jari telunjuk dengan jempol. Kemudian dia pun duduk bersebelahan dengan Alexa.
"
Joe sudah bertindak. Karena semua orang sedang menjamu tamu yang tak diundang berkunjung. Dan kesempatan ini dimanfaatkan Joe untuk mengendap endap masuk ke rumah untuk menolong Pevita.Tentu saja Joe tidak putus berkomunikasi dengan Pevita untuk memberinya petunjuk agar Joe tidak tersesat di dalam bangunan yang luasnya mirip seperti istana presiden.Beruntungnya, semua penjaga lagi menemani Jeriko menyambut kedatangan gengster Black Morse. Jadi, Joe agak leluasa bergerak."Sepertinya ini kamarnya," gumam Joe. Kemudian, dia bergerak mendekati pintu kamar.Joe pun mengetuk pintu tanpa suara. Dia melakukan itu untuk berjaga jaga kalau nanti di dalam ternyata ada orang yang menjaga Pevita.Hanya dua kali ketukan, pintu itu pun terbuka. Dan ternyata Pevita hanya sendiri. Begitu melihat Joe, Pevita langsung memeluk Joe sambil menitikan air mata."Apa bisa nanti saja kita lanjutkan bermesraanya setelah keluar da
Sungguh, Joe kaget mendapatkan kalimat itu keluar dari mulut Pevita."Hei ada apa? Kenapa kam-."Potong Pevita cepat, "sudah. Kamu pergilah. Semoga kita bisa bertemu kembali." Setelah mengatakan ini, Pevita melepaskan tangannya dari tangan Joe dan langsung berlari menuju papanya yang ada di depan sana, dekat pintu yang mengarah ke laut.Joe sampai tidak habis pikir, kenapa dia bisa berubah pikiran secepat itu? Dan kemudian, Joe pun mengikuti Pevita, hanya saja dia melakukan itu diam diam.Pevita sudah hampir sampai, bergabung dengan papanya dan juga yang lainnya.Mereka seperti dua kubu yang berhadapan seperti akan perang. Tapi jumlah mereka tidak imbang. Kelompok Black Morse jauh lebih mendominasi."Pevi. Bagaimana kamu bisa keluar?" Jeriko menatap heran mendapatkan putrinya yang bisa membuka kamar yang mustahil dia lakukan. Hanya saja Pevita tidak mengatakan siapa yang sudah menolongnya. Dan juga, Eliano
"Siapa dia?"Elianor bertanya pada semua orang. Namun tak ada satupun yang membantu untuk menerangkan siapa laki laki yang sedang berjalan mendekat padanya dengan sangat santai dan tenang. Seperti ingin menemui temannya saja.Dan tentu juga karena memang anggota Black Morse belum ada yang kenal dengan pemuda tampan itu, jadi mereka semua diam. Namun bagi keluarga Jeriko, kehadiran Joe hanya akan menambah masalah saja. Walapun Joe sudah mengalahkan orang orang terhebat, namun tetap saja dia bukan siapa siapa dihadapan Elianor dan kelompok Black Morse. Joe tidak lebih hanya seperti lalat kecil yang hinggap di mulut harimau buas."Mau apa anak itu?" Gumam Jeriko."Sepertinya dia sudah bosan hidup," ucap Efffendy."Rupanya dia sudah merasa besar kepala setelah mengalahkan Franko," ucap Omar berbicara untuk dirinya sendiri. Hanya saja suaranya cukup keras. Karena itu Alexa, adik kandungnya mendengar apa yang d
Akibatnya wanita gagah perkasa itu pun mengerang rahang. Sangat tidak terima diremehkan begitu saja di depan anak buahnya. Namun saat yang bersamaan dia pun berpikir, tidak mungkin laki laki ini hanya sembarang mengancam kalau dia memang bukan seseorang yang kuat. Siapa dia sebenarnya? Elianor penasaran."Sayangnya, aku tidak ingin mengikuti kata katamu," ujar Elianor. Dia sengaja memancing agar Joe menunjukan siapa jati dirinya yang sebenarnya. Atau Joe hanya menggertak saja. Dari situ Elianor dapat menilainya nanti."Baiklah, itu pilihanmu. Jangan salahkan aku kalau dalam sekejap Black Morse hanya tinggal nama." Pada saat mengatakan ini, Joe menunjukan ID Card kepanglimaan tertinggi negeri menara kepada Elianor. Terbelalak lah kedua mata Elianor. Seketika juga, nyalinya runtuh bagai singa ompong yang tidak bisa merobek robek mangsanya.Samurai pun jatuh ke tanah bersamaan dengan tangannya yang gemetar. Keluarga Jeriko yang melihat itu t
"Ya aku rasa Pevita benar, kakak harus memberikan si pemuda miskin ini kesempatan bekerja." Yang mengatakan ini adalah Riadi.Dia memang tidak begitu menyukai Joe tapi dia juga tidak terlalu membenci Joe. Apalagi setelah melihat aksi heroiknya, Riadi yang memiliki perusahaan televisi sudah terpikirkan untuk membuat sebuah program yang menguras nyali serta adrenalin yang besar. Dan itu pastinya akan seru sekali.Program itu merupakan tarung bebas dan akan disiarkan di seluruh negeri secara live. Tentu saja itu akan membuat rating progam pasti tinggi karena banyak penontonnya. Riadi kepikiran untuk membuat program survival, bertahan diri dalam satu situasi. Cool, bukan?Dia sudah membuat daftar list siapa siapa aja yang akan ikut serta dalam programnya itu. Nama Joe ada diurutan pertama."Apa masksudmu, Pevi?" Jeriko menatap wajah putrinya dengan ekpresi tidak menyenangkan."Aku mau papa kasih jabatan untuk Joe. GM atau
Atau menceritakan kalau Joe sudah menolong tempat usahanya dari ancaman kehancuran dari laki laki yang bernama Hades, pejabat korup yang suka semena mena pada orang lain. Tentu sulit menjelaskan ini pada Jeriko."Kau sudah melebih lebihkan laki laki beruntung itu, Pevi. Dia hanya kebetulan saja melakukan itu. Bahkan kita tidak tau apa yang sudah dia katakan pada Elianor. Siapa tau, dia sudah membuat perjanjian pada Elianor untuk sama sama menghancurkan keluarga kita," seru Omar. Dia nampak iri pada Joe.Akibatnya, Jeriko agak termakan oleh ucapan Omar. "Ada benarnya yang dikatakan Omar, bagaimana kalau-.""Joe tidak seperti itu!" Sela Pevita tegas sambil berdiri. "Kalian sudah terlalu picik menilai Joe!"Sungguh, sikap Pevita sudah membuat harga diri Jeriko runtuh. "Turunkan nadamu kalau bicara dengan papa, Pevi! Duduk!" Ucap Jeriko penuh penekanan dan tidak mau ada bantahan.Dengan begitu, Pevita pun mengikuti apa yan
"Aku punya sesuatu untukmu." Pada saat mengatakan ini, Pevita memutari tubuh Joe hingga wajah dengan wajah saling berhadapan langsung. Sementara Joe hanya mengulas senyum tipis saja untuk menanggapi. "Apa kamu tidak tertarik dengan apa yang akan aku katakan, tuan tampan?" Beat! "Sudahlah, sepertinya kamu tidak tertarik mendengar berita baik ini." Pevita nampak kecewa lantaran mendapatkan Joe tanpa respon. Namun begitu dia ingin memalingkan wajahnya, tangan Joe cepat menahan. Lalu Joe menyahuti, "apa aku terlihat mengabaikanmu?" Beat! "Katakanlah, apa berita baik itu," lanjut Joe. Seketika saja wajah Pevita sudah kembali ceria lagi. "Papa akan memberikanmu pekerjaan. Jadi kamu tidak usah lagi bekerja sebagai pelayan di kedai susu," terang Pevita dengan penuh antusias. Sementara Joe hanya biasa biasa saja menerimanya. "Sudahlah, sepertinya kamu tidak suka dengan apa yang aku sampaikan," komentar Pevita masam ketika melihat reaksi Joe yang biasa aja. "Jangan salah paham,
Jeriko menutup rapat rapat gordeyn Jendela. Rasa muaknya menguap setiap melihat kemesraan putri kesayangannya dengan Joe. Kalau saja ini bukan karena Pevita, tentu sudah tidak mungkin Joe akan dikasih kesempatan untuk bisa menikmati segarnya angin malam di tempat ini. "Tapi kalau menurutku, kakak tepat memilih Joe menjadi asisten kakak. Kita semua tau bagaimana kehebatan dia tadi mengalahkan tiga orang pengawal kakak sekaligus dalam waktu singkat. Dan Joe sudah mengirim Elianor pulang dengan pasukannya dengan wajah malu. Aku bisa merasakan itu, kak," seru Riadi, yang baru saja datang tau tau ikut bersuara. Jelas sekali wajah Omar nampak kesal mendapatkan Riadi begitu membela Joe. "Itu hanya kebetulan. Aku yakin kalau Joe diajak tanding ulang, dia tidak akan bisa mengalahkan Franko," sinis Omar menyahuti. "Haha!" Riadi pun terkekeh mendengar ocehan adiknya. "Kaunya saja yang tidak bisa melihat mana petarung hebat mana pecundang! Aku yakin walaupun Joe menghadapi sepuluh orang