Sama sekali tidak ada tanda tanda kalau gadis itu sudah bangun. Oh shit! Apa dia lupa kalau hari ini punya janji denganku? Joe gelisah menunggu Pevita.
"Sepertinya dia memang ketiduran." Joe menempelkan telinganya di daun pintu kamar. Dan tiba-tiba saja pintu itu terbuka, Pevita kaget mendapatkan Joe berdiri persis di hadapannya.
"Apa yang kamu lakukan, Joe?" tanyanya heran.
Joe tercengan sambil kebingungan. "Aku pikir kamu masih tertidur," sahut Joe gugup.
"Lalu, kenapa kamu tidak masuk saja untuk memastikan."
Oh sialnya! Gadis ini selalu memancingku. Heufs!
"Sebaiknya kita jalan sekarang. Kamu mau mengajakku kemana," balas Joe mengalihkan pembicaraan. Karena sikap Joe yang begini yang membuat Pevita terkekeh. Dia tahu betul Joe akan menghindari kalau sudah membahas hal yang intim.
Dia sungguh membuatku semakin penasaran, gumam Pevita dalam hati.
"Hei Joe, tunggu," panggilnya. Jo
Tepat setelah detik jam bergeser, wanita itu mulai bergerak, berpaling pada tamu istimewa yang berada tepat di belakangnya. Seketika itu juga Joe pun terkejut dengan sosok wanita yang sangat dia kenal.Miss Kim, benarkah itu dia? batin Joe.Untuk apa Pevita membawaku ke sini?"Selamat datang di gubukku yang reot, tuan Joe," sapanya dengan senyum ramah. Uniknya kenapa harus Joe dulu yang disapa padahal ada Pevita yang cukup terpandang berada di sebelah Joe.Langsung saja Joe merubah ekpresi wajahnya menjadi biasa, bahkan dia membalas senyum miss Kim dengan lebar."Terima kasih. Kalau saja anda mengatakan ini gubuk, lantas bagaimana dengan tempat tinggalku yang hanya beratapkan rotan? sungguh, anda terlalu rendah hati," sahut Joe.Mendengar perkataan Joe yang fasih memujinya, miss Kim jadi terkekeh. "Ini yang aku suka darimu, kamu selalu bisa membuat orang lain merasa hebat padahal kamulah yang luar biasa," balas
Baru saja Naura dilarikan ke rumah sakit bersama dua pengawal pribadi nyonya Kim dan tentu saja Rania. Sebelumnya, mereka sudah diultimatum keras oleh wanita tua namun sangat disegani ini untuk menjaga baik-baik Naura dan terus mengabarkannya. Nyonya Kim tidak bisa ikut lantaran harus mengurus Pevita dan Joe yang baru saja berkunjung ke rumahnya.Kalung cantik ini, pasti harganya selangit. Beruntung sekali Naura yang masih kecil dan belum tau apa-apa sudah memilikinya. Aku saja hanya bisa bermimpi untuk mendapatkan itu, pikiran Rania terus menerawang menatap Queen's Mary yang melingkar di leher Naura. Dia begitu terpesona dengan benda yang harganya jutaan dollar itu."Maafkan aku, tadi ada urusan sebentar," ucap nyonya Kim begitu dia sudah kembali di hadapan Joe dan Pevita."Tidak apa. Sayang sekali aku tidak bisa membantu apa-apa," sahut Pevita."Tidak masalah. Semua sudah aku urus. Naura sudah dibawa ke rumah sakit. Semoga saja a
Anehnya justru nyonya Kim tertawa mendapatkan Joe termenung serius. "Aku rasa kekasihmu menginginkan anak sungguhan," celetuknya pelan, sambil itu mengulas senyum tipis seolah mengejek Joe dan Pevita yang seperti anak kecil lagi bermadu kasih.Tentu saja membuat dahi Pevita berkerut heran. "Aku tidak mengerti," sahutnya. Dan kemudian, nyonya Kim melanjutkan apa yang dia ingin sampaikan kemudian. "Joe menginginkan bayi mungil yang berasa dari itu." Dia menunjuk perut Pevita. Sontak kedua mata Joe dan Pevita membulat sempurna saking kagetnya. Lalu kemudian, Pevita pun terkekeh. "Haha. Ada-ada saja nyonya Kim, mana mungkin-.""Sepertinya itu ide yang bagus. Lagipula, anak sungguhan itu lebih menyenangkan, bukan," sambar Joe. Sungguh membuat Pevita langsung menoleh pada Joe dengan pandangan melongo. Tidak mengira kalau Joe berpikiran sama dengan nyonya Kim.Benarkah? Apa aku hanya lagi bermimpi saja? Dia mengatakan itu? Dia menginginkan anak dariku? 
Pevi minta diturunkan di halte bus. Dia ingin ke suatu tempat menemui James tanpa mau diantar Joe. Sebenarnya, Joe ingin sekali menolak namun dia gengsi. Terpaksa dia mengikuti apa kemauan Pevita. Tapi diam-diam, Joe mengikuti bus yang ditumpangi Pevita tanpa sepengetahuannya sampai ke tujuan.Dan bus itu berhenti di Meldian Street, tempat di mana anak muda banyak berkumpul dengan dinaungi tenda-tenda kecil yang letaknya berada di pinggir jalan. Tempat ini banyak dikunjungi para remaja yang lagi jatuh hati untuk menebar gombal pada pasangannya. Karena bagi sebagian orang menganggap tempat ini romantis. Selain itu tempat ini gratis dan oultet yang ada di sekitaran tidak menjual makanan atau minuman dengan harga mahal.Dia janjian di tempat ini? seperti anak sekolah saja! Menjijikan sekali, ungkap Joe dalam hati.Dari kejauhan Joe melihat Pevita duduk satu meja dengan seorang pria parlente yang wajahnya asing di mata Joe. Joe belum pernah b
Joe masih mengekor di belakang sedan hitam milik James. Tidak persis di belakangnya, khawatir Pevita menyadari kalau dia sedang diikuti. Hanya saja jarak mobil James masih jelas tertangkap oleh mata Joe.Dan tidak lama kemudian, Joe melihat mobil James masuk ke dalam bangunan bertingkat yang tentu saja itu apartemen."Shit! Mau apa laki-laki itu membawa Pevita ke sini? Aku rasa ada yang tidak beres," gumam Joe, sebelum akhirnya dia pun ikut masuk ke dalam apartemen. Joe memarkirkan kendaraaanya di area parkir VVIP. Dan kemudian, Joe masuk ke dalam lobby. Tentu saja dengan berhati-hati lantaran khawatir bisa kedapatan Pevita. Dan bisa saja Pevita marah dengannya karena sudah berani mengikutinya tanpa ijin.Sambil itu Joe sibuk dengan mencari tau siapa James sebenarnya, namun dia kesulitan lantaran tidak tau siapa nama lengkap James itu. Dia hanya tau James saja, itu pun mendengar dari mulut Pevita yang mengucapkannya sendiri tadi pada saat menja
"Boleh saya tau, anda siapanya tuan James?"Dari cara wanita yang bekerja sebagai respsionis itu menatap Joe, sepertinya dia lagi menilai Joe siapa.Di sini Joe sempat bingung. Dalam waktu yang singkat Joe harus memutar otak untuk merespon pertanyaan dari resepsionis itu agar tidak curiga.Rasanya aku tidak peduli kalau sampai Pevita marah karena aku sudah mengikutinya tanpa ijin. "Katakan saja, Joe Hans kelupaan membawa akses pada saat turun tadi," sahut Joe berusaha tenang."Baiklah, tunggu sebentar." Dan kemudian resepsionis itu mengambil telpon lalu mendial nomer yang mungkin saja langsung terhubung ke kamar James.Sementara Joe menunggu, dia terus memperhartikan resepsionis itu berbincang dengan seseorang melalui telpon dengan jarak yang tidak bisa Joe dengar.Sesekali, resepsionis itu melirik Joe."Baik tuan, sebentar petugas kami akan mengantarkan anda langsung ke kamar tuan James
Dengan wajah masam, Pevita terpaksa menerima Joe di tengah-tengah perbincangan asik dengan James. Sungguh menyebalkan, untuk apa dia kesini?"Mungkin anda ingin sesuatu? Jangan sungkan, pesan saja, biar saya yang traktir," ucap James, nadanya sedikit mengandung unsur kesombongan. Mungkin dia merasa kalau dirinya bos besar. Atau juga dia lagi berusaha mencari perhatian Pevita.Sayangnya Pevita tidak tahu kalau dirinya lagi terancam bahaya. Tapi bagaimana aku bisa mengatakan ini padanya. Aku sudah membuatnya marah, batin Joe merasa bersalah."Tidak terima kasih," balas Joe."Tidak perlu sungkan. Aku rasa anda butuh sesuatu yang menyegarkan. Atau bagaimana kalau sekedar minum saja. Mungkin, Wine bisa menyegarkan pikiran," ujar James.Karena itu Joe menyeringai. "Tidak perlu. Lagi pula aku tidak mimun alkohol," balas Joe santai.James mengangguk-angguk sambil tersenyum dengan sorot mata yang penuh arti. "Baiklah, mu
Duduk seorang diri di sofa tempat biasa, rasanya aneh tanpa Pevita di tempat ini. Joe baru saja tiba di apartemen setelah mengantar Pevita pulang ke rumahnya. Tidak habis pikir, ternyata dibalik kecantikan dan ketegarannya, namun Pevita jelek juga kalau lagi ngambek begini. Joe sampai geleng-geleng kepala menyikapi adat minus dari gadis cantik pewaris harta triliunan ini."Ada-ada saja."Rasa haus yang sudah menyerang tenggorokan membuat kaki Joe melangkah ke lemari es untuk mengambil minuman dingin. Kemudia, dia menyeruput sedikit minuman bersoda sambil berjalan kembali ke sofa."Jadi seperti itu kalau wanita sedang marah. Dia akan meminta dikembalikan pada orang tuanya. Menyebalkan!"Tanpa disadari Joe sebenarnya lagi merasakan cemburu. Benarkah? Aku cemburu dengannya? Di sini dia senyum-senyum sendiri tanpa mengerti dengan apa yang dia rasakan. Lebih tepatnya, Joe gengsi mengakui dirinya kalau sebenarnya dia sudah mulai menyukai