Sudah tidak bisa berkata apa apa lagi ketiga orang itu selain menatap Joe dengan pandangan takjub. Sementara Jeriko mengira kalau Joe akan menghabisi Franko. Karena itu dia berseru dengan nada tinggi, "kalau kau mengampuni dia, aku akan memberikanmu hadiah."
Franko sendiri tidak berani lagi berkata kata. Dia sudah merasakan sendiri bagaimana kerasnya tenaga Joe dan kemampuannya berkelahi yang di atas rata rata. Kemudian, Joe melepaskan diri dari Franko lalu berjalan santai menuju Pevita.
"Aku rasa dia bukan manusia, tapi robot!" Ungkap Alexa yang terkagum kagum pada kemampuan bela diri Joe. Sementara yang lainnya termasuk Omar dan Effendi hanya bisa diam tanpa mampu berkata kata lagi. Berbeda dengan sebelumnya, mereka sangat meremehkan Joe.
"Jagoanku. Aku sudah mengira kalau kau itu pemuda hebat," puji nyonya Kim saat Joe sudah berada dekat dengannya, Jeriko dan juga Pevita.
"Apa kamu masih ingat denganku?" Tanya nyonya Kim kemudia
Di tengah situasi yang tegang, Riady, adik Jeriko nomer dua, yang baru saja datang di akhir akhir pertandingan Joe melawan ketiga anak buah Jeriko, menyela masuk di tengah tengah kerumunan.Dia memang tidak menyaksikan dari awal lantaran datang terlambat. Namun begitu, akhir pertandingan saja cukup membuatnya terpukau. Dia kagum dengan pergerakan Joe yang sangat cepat, keras dan akurat. Seperti sangat terlatih.Riady bersama dua istrinya yang aduhai seksi dan cantik datang ke tempat ini menumpangi kapal pesiar miliknya pribadi. "Wow! Tadi itu amaazing! Aku sungguh terpukau dengan kemampuan bela dirimu," ungkapnya sambil menepuk pundak Joe, seolah dia adalah kawanan Joe yang berada di pihak Joe."Kakak, sepertinya kau harus membuka lowongan baru untuk pengawalmu. Aku pikir, pemuda ini cukup tangguh untuk menggantikan dua bodyguardmu yang lemah itu," sarannya sekaligus menyindir tajam Kenneth dan Gio yang sudah tersungkur tidak berd
Sementara di dalam sana, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Mereka siap untuk menyantap hidangan yang sudah tersedia dari tadi. Hanya saja karena ada sesuatu hal lain, makanya jadwal makan bersama tertunda sedikit.Hari ini merupakan hari special bagi keluarga Jeriko. Mereka merayakannya setiap tahun. Tidak ada yang tahu kenapa Jeriko selalu membuat acara ini di setiap tanggal sebelas Januari. Tidak juga dengan adik adiknya. Omar pernah bertanya, tapi Jeriko hanya menjawab sederhana, "jangan pernah bertanya yang tidak pernah akan kamu dapatkan jawabannya."Dan semenjak itu, sudah tidak ada lagi yang mau membahas pesta yang selalu Jeriko hadirkan di setiap awal tahun di tanggal sebelas."Pevita sudah kau masukan dalam kamar?" Tanya Jeriko pada saat mendapatkan Omar sudah kembali bergabung."Sudah kak, aman," sahut Omar dengan melingkarkan jari telunjuk dengan jempol. Kemudian dia pun duduk bersebelahan dengan Alexa."
Joe sudah bertindak. Karena semua orang sedang menjamu tamu yang tak diundang berkunjung. Dan kesempatan ini dimanfaatkan Joe untuk mengendap endap masuk ke rumah untuk menolong Pevita.Tentu saja Joe tidak putus berkomunikasi dengan Pevita untuk memberinya petunjuk agar Joe tidak tersesat di dalam bangunan yang luasnya mirip seperti istana presiden.Beruntungnya, semua penjaga lagi menemani Jeriko menyambut kedatangan gengster Black Morse. Jadi, Joe agak leluasa bergerak."Sepertinya ini kamarnya," gumam Joe. Kemudian, dia bergerak mendekati pintu kamar.Joe pun mengetuk pintu tanpa suara. Dia melakukan itu untuk berjaga jaga kalau nanti di dalam ternyata ada orang yang menjaga Pevita.Hanya dua kali ketukan, pintu itu pun terbuka. Dan ternyata Pevita hanya sendiri. Begitu melihat Joe, Pevita langsung memeluk Joe sambil menitikan air mata."Apa bisa nanti saja kita lanjutkan bermesraanya setelah keluar da
Sungguh, Joe kaget mendapatkan kalimat itu keluar dari mulut Pevita."Hei ada apa? Kenapa kam-."Potong Pevita cepat, "sudah. Kamu pergilah. Semoga kita bisa bertemu kembali." Setelah mengatakan ini, Pevita melepaskan tangannya dari tangan Joe dan langsung berlari menuju papanya yang ada di depan sana, dekat pintu yang mengarah ke laut.Joe sampai tidak habis pikir, kenapa dia bisa berubah pikiran secepat itu? Dan kemudian, Joe pun mengikuti Pevita, hanya saja dia melakukan itu diam diam.Pevita sudah hampir sampai, bergabung dengan papanya dan juga yang lainnya.Mereka seperti dua kubu yang berhadapan seperti akan perang. Tapi jumlah mereka tidak imbang. Kelompok Black Morse jauh lebih mendominasi."Pevi. Bagaimana kamu bisa keluar?" Jeriko menatap heran mendapatkan putrinya yang bisa membuka kamar yang mustahil dia lakukan. Hanya saja Pevita tidak mengatakan siapa yang sudah menolongnya. Dan juga, Eliano
"Siapa dia?"Elianor bertanya pada semua orang. Namun tak ada satupun yang membantu untuk menerangkan siapa laki laki yang sedang berjalan mendekat padanya dengan sangat santai dan tenang. Seperti ingin menemui temannya saja.Dan tentu juga karena memang anggota Black Morse belum ada yang kenal dengan pemuda tampan itu, jadi mereka semua diam. Namun bagi keluarga Jeriko, kehadiran Joe hanya akan menambah masalah saja. Walapun Joe sudah mengalahkan orang orang terhebat, namun tetap saja dia bukan siapa siapa dihadapan Elianor dan kelompok Black Morse. Joe tidak lebih hanya seperti lalat kecil yang hinggap di mulut harimau buas."Mau apa anak itu?" Gumam Jeriko."Sepertinya dia sudah bosan hidup," ucap Efffendy."Rupanya dia sudah merasa besar kepala setelah mengalahkan Franko," ucap Omar berbicara untuk dirinya sendiri. Hanya saja suaranya cukup keras. Karena itu Alexa, adik kandungnya mendengar apa yang d
Akibatnya wanita gagah perkasa itu pun mengerang rahang. Sangat tidak terima diremehkan begitu saja di depan anak buahnya. Namun saat yang bersamaan dia pun berpikir, tidak mungkin laki laki ini hanya sembarang mengancam kalau dia memang bukan seseorang yang kuat. Siapa dia sebenarnya? Elianor penasaran."Sayangnya, aku tidak ingin mengikuti kata katamu," ujar Elianor. Dia sengaja memancing agar Joe menunjukan siapa jati dirinya yang sebenarnya. Atau Joe hanya menggertak saja. Dari situ Elianor dapat menilainya nanti."Baiklah, itu pilihanmu. Jangan salahkan aku kalau dalam sekejap Black Morse hanya tinggal nama." Pada saat mengatakan ini, Joe menunjukan ID Card kepanglimaan tertinggi negeri menara kepada Elianor. Terbelalak lah kedua mata Elianor. Seketika juga, nyalinya runtuh bagai singa ompong yang tidak bisa merobek robek mangsanya.Samurai pun jatuh ke tanah bersamaan dengan tangannya yang gemetar. Keluarga Jeriko yang melihat itu t
"Ya aku rasa Pevita benar, kakak harus memberikan si pemuda miskin ini kesempatan bekerja." Yang mengatakan ini adalah Riadi.Dia memang tidak begitu menyukai Joe tapi dia juga tidak terlalu membenci Joe. Apalagi setelah melihat aksi heroiknya, Riadi yang memiliki perusahaan televisi sudah terpikirkan untuk membuat sebuah program yang menguras nyali serta adrenalin yang besar. Dan itu pastinya akan seru sekali.Program itu merupakan tarung bebas dan akan disiarkan di seluruh negeri secara live. Tentu saja itu akan membuat rating progam pasti tinggi karena banyak penontonnya. Riadi kepikiran untuk membuat program survival, bertahan diri dalam satu situasi. Cool, bukan?Dia sudah membuat daftar list siapa siapa aja yang akan ikut serta dalam programnya itu. Nama Joe ada diurutan pertama."Apa masksudmu, Pevi?" Jeriko menatap wajah putrinya dengan ekpresi tidak menyenangkan."Aku mau papa kasih jabatan untuk Joe. GM atau
Atau menceritakan kalau Joe sudah menolong tempat usahanya dari ancaman kehancuran dari laki laki yang bernama Hades, pejabat korup yang suka semena mena pada orang lain. Tentu sulit menjelaskan ini pada Jeriko."Kau sudah melebih lebihkan laki laki beruntung itu, Pevi. Dia hanya kebetulan saja melakukan itu. Bahkan kita tidak tau apa yang sudah dia katakan pada Elianor. Siapa tau, dia sudah membuat perjanjian pada Elianor untuk sama sama menghancurkan keluarga kita," seru Omar. Dia nampak iri pada Joe.Akibatnya, Jeriko agak termakan oleh ucapan Omar. "Ada benarnya yang dikatakan Omar, bagaimana kalau-.""Joe tidak seperti itu!" Sela Pevita tegas sambil berdiri. "Kalian sudah terlalu picik menilai Joe!"Sungguh, sikap Pevita sudah membuat harga diri Jeriko runtuh. "Turunkan nadamu kalau bicara dengan papa, Pevi! Duduk!" Ucap Jeriko penuh penekanan dan tidak mau ada bantahan.Dengan begitu, Pevita pun mengikuti apa yan