"Letakan dia di sana."
James menunjuk ranjang kecil yang menyudut di ruangan pada saat memberi perintah pada anak buah. Kemudian dia duduk di kursi kayu singel sambil melipat lengan kemeja setengah. Setelah itu, dia melonggarkan dasi lalu membuka satu kencing bagian atas.
Dengan sigap, dua pria itu langsung meletakan Pevita yang masih belum sadarkan diri di tempat itu.
Sejurus kemudian, James mengirim pesan singkat pada seseorang.
'Paket sudah berada dalam genggaman. Apa perlu dieksekusi sekarang?'
Tidak lama kemudian, orang itu membalas pesan James.
'Tunggu sebentar. Apa dia masih pingsan?'
'Sepertinya aku terlalu banyak memberikan dosis penenang. Dia begitu pulas tertidur.' Balas James.
'Biarkan dulu sampai dia sadar. Bagaimanapun juga kita harus mendapatkan tanda-tangannya sebelum kita eksekusi.'
Dan setelah pembicaraan ini, orang yang berbicara dengan James melalui pesan singkat sudah ti
"James.""Sudah sadar, manis," sarkas James, sambil melempar senyum licik."Apa-apaan ini!"Pria parlente dengan penampilannya yang selalu terlihat rapi dalam setiap moment itu tertawa ringan. "Maaf kalau seperti ini akhirnya."Pevita berusaha untuk beranjak, namun dua pengawal James sangat cekatan menahan langkah Pevita untuk tidak bergerak dari tempatnya. Sementara James hanya duduk santai dengan berpangku sebelah kaki dan melipat tangan di dada. Sebentar lagi akan ada drama di antara kita, pikir James."Tidak usah terburu-buru. Masih ada urusan yang belum kita selesaikan," ujar James.Tentu saja perkataan ini membuat dahi Pevita berkerut tajam, saking herannya. "Apa maksudmu?"James pun berdiri lalu mengambil map yang ada di meja sebelahnya. Kemudian, dia menghampiri Pevita. "Sepertinya aku tidak perlu memaksamu untuk menanda-tangani berkas ini."Sungguh bingung, berkas apa itu? Pevita menerima
"Apa yang dia lakukan?" Joe memperhatikan Ceasar yang menemui penjaga kediaman nyonya Kim yang dibatasi dengan pagar dari dalam mobil yang dia parkirkan dua ratus meter di seberang agak menjorok ke belakang dari rumah nyonya Kim. Dari posisi ini, Joe masih bisa melihat Ceasar dengan sangat jelas tanpa khawatir orang lain melihatnya. Ceasar mengambil alih pekerjaan ini. Dia menyamar sebagai pemilik toko berlian King's Mars. Tentu saja dengan kepemilikan yang saat ini dipegang oleh Joe sangat mudah membuat Ceasar leluasa untuk berkata apapun."Bisa bertemu dengan nyonya Rosemary," ujar Ceasar. "Ada keperluan apa?" penjaga rumah berbalik tanya. "Baru saja dia mengunjungi toko kami dan menjual berlian. Dan kami lupa untuk memberikan hadiah yang seharusnya dia terima. Kebetulan, itu memang hak pelanggan," sahut Ceasar dengan alasan yang sudah dia persiapkan. Tiga pasang penjaga kediaman nyonya Kim memperhatikan baik-baik Ceasar sebelum salah-satu di antara mereka memanggil orang yang b
"Ini." Ceasar menunjukan Queen's Mary yang kilauannya menyilaukan bola mata nyonya Kim. "Cantik sekali. Ini ... ""Queen's Mary shield 234 limited edition yang langsung dipahat oleh perancangnya, Mary Jones Diana," sambar Ceasar melengkapi perkataan nyonya Kim yang dia potong. Sontak nyonya Kim terpukau dengan penjelasan Ceasar. Sungguh rasa curiganya hilang seketika yang awalnya dia meragukan kalau Ceasar memanglah pemilik toko King's Mars Jewellery karena dia bisa menjelaskan berlian ini dengan begitu sempurna. Dan sekarang kalung berlian mewah itu sudah berada di tangan nyonya Kim. "Baru saja asisten anda, Rosemery menjual ini pada kami. Dan kami lupa untuk memberikan gift cantik sebagai merchandise," ujar Ceasar. Dia sengaja memancing dengan pernyataan terbuka agar pembicaraan ini terus berlanjut. Entah kaget atau bagaimana, yang pasti nyonya Kim seperti tersentak mendengarnya. "Benarkah? Rosemery sudah menjual ini di toko anda? Mungkin anda salah orang."Langsung saja Ceasa
Sambil menunggu seseorang yang disuruh nyonya Kim mengambil Naura, Ceasar memperhatikan wajah Rose yang begitu tegang menderita. Nampak sekali kalau wanita itu begitu ketakutan. Hanya mencuri dan juga bukan milik nyonya Kim tentu tidak akan sampai dibunuh juga kan? Lantas kenapa perempuan ini kelihatannya sangat ketakutan sekali? Ceasar merasa kalau ada yang ingin disampaikan perempuan itu dari sorot matanya yang seperti memberi pesan isyarat. Tidak lama kemudian, pengawal nyonya Kim yang disuruh tadi sudah kembali dengan membawa gadis kecil mungil cantik di tangannya. Sungguh, pandangan pertama membuat Ceasar nanar sejadi-jadinya begitu mendapatkan gadis kecil yang wajahnya sangat mirip di poto. Benar dugaanku, kalau Naura adalah Kiara, batin Ceasar tanpa merubah ekpresi wajahnya. "Cantik sekali. Berapa usianya?" tanya Ceasar pura-pura polos. "Tiga tahun," jawab nyonya Kim sambil menerima Naura dari tangan pengawalnya. Sekali lagi, Ceasar benar-benar memastikan kalau gadis itu
"Sedang apa dia di sana?" Sementara dari tadi Joe memperhatikan Ceasar yang tingkahnya begitu aneh. Padahal tidak ada siapa-siapa di sana, tapi kenapa dia berbicara sendiri? Sungguh membingungkan. Seketika Joe teringat akan kejadian tadi di parkiran toko berlian King's Mars, Ceasar yang nampak kebingungan mencari parkir padahal masih banyak area yang kosong. Sampai Joe geleng-geleng kepala melihatnya. "Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau tidak menyusuliku ke dalam?" Joe bertanya ini dengan sedikit geram. Karena dipikirnya Ceasar sengaja melakukan ini. "Maaf master Joe, dari tadi aku tidak mendapatkan lahan parkir. Semuanya di sini penuh," sahutnya. Nampak wajah Ceasar seperti kebingungan. "Sering kali kau becanda di waktu yang tidak tepat," gerutu Joe. "Tidak lihatlah master kalau semua area parkir di sini penuh?" bantah Ceasar, sambil menunjuk sekitaran. Uniknya, setiap area yang Ceasar tunjuk semua itu tidak terisi. Hanya saja Joe malas menanggapi candaannya yang terkesan
"Psikosis," terang dokter Rafly. Joe berkerut dahi. Dia nampak heran dan aneh mendengar nama penyakit itu. "Bisa terangkan padaku apa penyakit Psikosis yang dokter maksudkan?"Dokter Rafly menyangkutkan jas dokternya ke gantungan, kemudian dia duduk berhadapan dengan Joe. "Penyakit itu memang langka. Biasanya dialami oleh orang-orang yang trauma berat. Orang yang menderita ini tidak akan bisa membedakan mana khayalan mana kenyataan. Tapi, bisa juga lantaran pengaruh alkohol atau obat-obatan tertentu yang langsung merangsang ke syaraf otak. Apa agent Ceasar sebelumnya mengkonsumsi obat-obatan atau sesuatu?"Joe sudah sedikit paham. Hanya saja dia bingung apa penyebabnya. Padahal selama ini Ceasar baik-baik saja dan sama sekali tidak pernah menyentuh barang-barang haram itu. "Aku rasa tidak dok. Aku kenal betul siapa Ceasar. Dia sama denganku, tidak suka dengan alkohol dan drugs.""Sungguh aneh. Tapi kenapa di aliran darahnya aku menemukan ada zat kimia yang berfungsi merusak sel otak
Titik map pada ponsel Ceasar berakhir di sebuah tempat hiburan, club malam atau mungkin bisa dibilang hanya bar ringan. "Benarkah?" Sampai Joe memastikan kembali kalau map ini tidak salah. "Sepertinya tidak," gumam Joe, lalu dia pun keluar dari mobil. "Hei you!" Seorang penjaga menahannya. "Mau kemana?" tanyanya sambil menatap Joe dengan wajah menegangkan. "Bukankah ini tempat umum? Jadi aku rasa aku bebas untuk ke luar masuk di sini, bukan?" sahut Joe santai. Penjaga itu pun tergelak. Tentu saja bukan karena dia bersikap ramah pada Joe, namun sebaliknya kalau dia lagi mengejek Joe. "Lihat!" Penjaga bar itu menunjuk pada sisi kiri Joe. Dari situ Joe mengetahui kalau tempat ini khusus untuk pengunjung yang memiliki member. Oh shit! Benarkah? Tempat sejelek ini pun memiliki peraturan yang ketat? dumel Joe dalam hati. "Hei Jordy, ada apa?" Yang berkata ini merupakan rekan kerja si penjaga itu, yang baru saja datang dari dalam. "Bukan masalah besar. Kau urus lah tamunya tuan J
"Dasar pria, tadi menolak sekarang malah dia yang lebih agresif," oceh wanita seksi itu begitu Joe melepaskan bibirnya. "Kalau mau lebih, kamu boleh bawa aku ke hotel," godanya. Bodoh! Apa dia tidak tau kalau sebenarnya aku hanya menjadikan dia untuk pengalihan perhatian dari pandangan James tadi. Kalau aku tidak menciumnya, James sudah pasti dapat mengenaliku, batin Joe. Dan kemudian, Joe memberikan dua lembar uang pecahan seratu dollar pada wanita itu. Tentu saja dia menerimanya dengan wajah berbinar. "Benarkah? Hanya ciuumaan saja mendapatkan dua ratus dollar? Tentunya aku akan mendapatkan uang banyak kalau sampai-." Ocehannya terhenti begitu melihat Joe beranjak. "Hei kamu mau kemana? Apa kita tidak melanjutkannya lagi?" Sementara Joe hanya tertarik menitikan pandangannya pada Pevita yang dibawa pria asing itu. James sudah kembali entah kemana. Yang pasti James sudah tidak ada lagi di sini. Seperti firasat atau insting yang kuat, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja wajah