Sebelum hari menjadi gelap, Sera pun mengingat sesuatu, jika ikan hasil tangkapan Ronald harus dibersihkan. Gadis itu pun segera berkata,“Ronald, sepertinya teman-teman kita masih agak lama pulangnya. Bagaimana jika ikan yang kamu tangkap tadi, aku bersihkan dulu. Nanti jika mereka telah kembali dari hutan, kita tinggal memasaknya.”“Wah, itu ide yang bagus juga Sera. Baiklah aku akan membantumu membawa ikan-ikan ini ke atas kapal.” Setelah berkata begitu, Ronald dan Sera segera melangkah di mana kapal berada, tepatnya keduanya mulai masuk ke dalam dapur untuk segera membersihkan ikan-ikan itu.Sera, seorang gadis muda yang penuh semangat, sedang berada di dalam dapur kapal. Sorei ini, mereka berhasil menangkap banyak ikan di laut, dan tugasnya adalah membersihkan hasil tangkapan Ronald. Dengan penuh keterampilan dan kecekatan, Sera mulai membersihkan ikan-ikan tersebut.Dengan hati yang penuh kegembiraan, Sera meletakkan ikan-ikan tersebut di atas meja dapur. Dia mengambil pisau ta
Lalu dari arah dalam hutan terdengar sebuah teriakan,“Ronald, Sera. Kami kembali!” teriak Mira senang.Langkah gadis itu, diikuti oleh Lia, Edu, dan Hezki yang membawa banyak bahan makanan dari hutan. “Wah, kami senang kalian telah kembali dengan selamat tentunya!” sahut Sera senang melihat teman-temannya telah kembali dari hutan, yang dibalas anggukan oleh Ronald yang juga ikut antusias melihat kepulangan teman-temannya dari hutan.“Pulau ini, benar-benar sangat ramah untuk kita semua!” seru Ronald mengungkapkan kekagumannya dengan semua yang ada di dalam pulau tersebut.Matahari di ufuk barat mulai meredup, menandakan waktu senja di Pulau Asu. Dalam cahaya yang semakin redup, saat empat sosok muncul dari balik pepohonan hutan. Mereka adalah Hezki, Edu, Mira, dan Lia. Wajah mereka tampak lelah, tapi senyuman puas tergambar jelas di wajah keempatnya. Mereka telah kembali dari perjalanan ke hutan dan membawa hasil yang melimpah.Hezki dan Edu tampak gagah dengan buah pisang yang bany
Setelah ikan selesai dibakar, Mira, Lia, dan Sera mulai membagikan ikan tersebut di atas piring masing-masing. Ketiganya tampak begitu terampil dan bersemangat, seolah-olah mereka adalah pelayan di restoran mewah. Para gadis mulai membagikan ikan dengan hati-hati, memastikan bahwa setiap orang mendapatkan bagian yang cukup.Sementara itu, Edu, Ronald, dan Hezki juga telah selesai dengan tugas mereka. Ketiga pria itu tampak begitu puas dan bahagia, seolah-olah mereka telah menyelesaikan misi besar. Mereka pun duduk mengelilingi api unggun, menunggu giliran untuk menerima piring yang berisi ikan bakar.“Makan malam telah siap!” celutuk Lia.“Ayo semua teman-teman … merapat ke sini, yuk!” ujar Sera memanggil teman-temannya yang lain.“Come on, Guys! Yang jauh agar mendekat. Setelah dekat, ayo merapat ke sini, agar suasana semakin hangat. Tapi Awas jangan terlalu rapat ntar kena percikan api unggun!” canda Mira.“Ha-ha-ha!” Semuanya tertawa dengan lelucon Mira itu.Para pria dan gadis-ga
Langit malam semakin dipenuhi bintang-bintang yang berkilauan. Cahaya bulan yang terang memancar ke bumi, menambah keindahan momen tersebut. Edu dan teman-temannya terus berkumpul sambil bernyanyi, menikmati kebersamaan di bawah langit yang penuh dengan keajaiban.Mereka tertawa dan bercanda, mengisi malam dengan keceriaan. Api unggun yang berkobar semakin tinggi, memberikan cahaya dan kehangatan yang menyenangkan. Edu terus memainkan ukulele dengan penuh semangat, mengiringi kegembiraan teman-temannya.Malam semakin larut, namun semangat para pemuda dan pemudi itu tidak surut. Mereka terus saja bernyanyi dengan gembira, menciptakan kenangan yang takkan terlupakan. Edu dengan penuh kegembiraan menikmati momen tersebut, merasa bahagia bisa berbagi keahliannya dalam bermain musik dengan teman-temannya.“Kalian mau menyanyikan lagu apa lagi? Aku pasti akan mengiringinya dengan ukulele kesayanganku, ini!” tawar Edu kepada semuanya.“Edu, bisakah kamu mainkan lagu Petualangan, dari Fiersa
Malam semakin larut dan udara semakin dingin. Setelah beberapa jam yang penuh tawa dan keceriaan, akhirnya acara api unggun dan bakar ikan selesai juga. Edu, Hezki, Ronald, Lia, Mira, dan Sera duduk bersama di sekitar api unggun yang mulai meredup. Mereka masih bisa merasakan kehangatan yang tersisa dari bara api yang menyala-nyala.Dalam keheningan malam, setiap orang merasa begitu bahagia. Senyum bahagia terpancar dari wajah mereka yang lelah namun penuh dengan kenangan indah. Semuanya saling berbagi cerita dan tawa, mengenang momen-momen yang telah mereka lewati bersama. Api unggun telah menjadi saksi bisu dari kebersamaan para pemuda dan para pemudi itu.Saat ini, kelelahan mulai merasuki tubuh mereka. Mata setiap orang terlihat semakin berat rasa kantuk pun mulai menyerang. Mereka merasakan kehangatan tidur yang menghampiri. Udara malam yang sejuk membuat mereka semakin mengantuk. Suara deburan ombak di kejauhan menambah ketenangan dan kenyamanan suasana.Ronald menguap panjang
Dini hari pun telah tiba, suara deburan ombak semakin terdengar jelas. Hezki yang sedang bertugas jaga, merasa ada yang berbeda dengan suara ombak itu. Dia berdiri dan sedikit melangkah lebih dekat ke arah tepi pantai, mencoba melihat kondisi laut dengan lebih jelas.Di bawah sinar bulan yang masih terang, Hezki bisa melihat gelombang laut yang semakin besar. Dia bisa merasakan kekuatan alam yang begitu dahsyat, membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Pria itu berdiri tegap, menatap laut yang semakin liar dengan tatapan tajam.Gelombang laut semakin besar dan tinggi, mencapai ketinggian hampir tujuh meter. Hezki bisa melihat puncak gelombang yang putih bersih, seolah-olah menantangnya untuk berani menghadapinya. Sang pria merasa takjub, tapi juga merasa takut. Dia tahu, bahwa mereka harus segera meninggalkan tepi pantai.“Wah, gelombang laut di pulau ini begitu sangat tinggi! Sangat cocok untuk bermain surfing!” gumamnya dalam hati. Namun saat ini bukan lah waktu yang tepat untuk
Setelah puas menertawakan Edu, temannya yang memiliki otak polos. Hezki pun berkata lagi,“Jelasin lebih detail, Nald! “Tunggu sebentar!” sahut Edu tiba-tiba.“Jika kalian ngomongnya masih mutar-mutar, jangan salahkan aku jika aku akan melemparkannya kalian berdua ke laut. Biar dimakan ikan hiu sekalian!” Kali ini sepertinya Edu bersungguh-sungguh dengan perkataannya.Hezki dan Ronald seketika menjadi gentar mendengar ancaman Edu kepada mereka. Ronald pun segera angkat bicara,“Yaelah, Bro! Begitu saja kamu sudah emosi? He-he-he.”“Yaiyalah, kalian ngomongnya seperti itu!” ujar Edu yang masih kesal.“He-he-he. Ya sudah maaf, Bro!” tutur Hezki.“Makanya kamu serius ngomongnya, Nald!” ujarnya lagi.“Ha-ha-ha! Baiklah, Ki. Aku akan ngomong serius kali ini. Dengar baik-baik, Bro Edu.” tukas Ronald dengan wajah serius.“Jadi begini, Bro. Mengingat situasi dan kondisi pulau ini yang sepertinya sangat terasing dengan dunia luar. Maka dari itu, kita perlu membangun peradaban baru di sini. U
Di dalam kamar, tepatnya di atas kapal.Lia terbangun. Dia mulai merasakan guncangan demi guncangan saat ini. Gadis itu berpikir jika kapal yang mereka tempati sekarang sedang diterpa oleh ombak yang besar dan kencang.“Kenapa kapalnya terguncang-guncang begini?” gumamnya dalam hati.Lalu tiba-tiba Mira juga terbangun dan melihat jika sang sahabat, Lia telah lebih dulu bangun. Dia melihat sahabatnya itu sedang duduk sambil berpegangan di salah satu tiang besi di dalam kamar itu.Mira pun ikut duduk dan mulai mencari pegangan agar dirinya tidak terjatuh karena guncangan ombak yang sangat besar. Dia pun menatap ke arah Lia yang menunjukkan wajah penuh kecemasan saat ini. Sembari berkata,“Lia, kenapa kapal ini berguncang lagi? Apakah kita telah kembali berlayar di tengah lautan?” tanya Mira sedikit merasa takut jika mereka kembali merasakan amukan badai laut yang sangat besar saat ini.“Aku juga kurang tahu, Lia. Semoga saja tidak.” Gadis itu pun melirik arloji di pergelangan tangan kir