Hari-hari berlalu setelah Lia melahirkan Isaac. Sera, sahabatnya yang juga sedang hamil besar, mulai merasakan tanda-tanda kelahiran. Mulas yang datang dan pergi, menandakan bahwa bayi yang ada di dalam kandungannya siap untuk menyapa dunia.
Pada suatu sore yang cerah, Sera merasakan mulas yang semakin intens. Ronald, suaminya yang selalu setia berada di sisinya, dengan sigap menggendong Sera menuju kolam steril yang ada di tepi sungai, di dalam hutan Pulau Asu. Kolam ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh Ronald dan kedua sahabatnya, khusus untuk proses kelahiran para istri mereka. Sera menangis pelan saat Ronald menggendongnya melalui jalan berbatu menuju kolam steril di tepi sungai. Wajahnya dipenuhi oleh rasa takut dan harapan yang menggebu. Ronald menatapnya dengan penuh kasih sayang, memastikan dia merasa aman di setiap langkah. "Sera Sayang, kita hampir sampai," bisik Ronald dengan lembut, mencoba menenangkan istrinya yang sedaSeminggu telah berlalu sejak Sera melahirkan Bayi Sebastian Shiloh. Kini, tiba giliran Dokter Mira, yang juga sedang hamil besar, untuk melahirkan buah hatinya. Pada suatu siang yang cerah, Mira merasakan kontraksi yang mulai terasa. Dia tahu, saatnya telah tiba. Saat sinar matahari mencapai puncaknya di langit biru, Mira merasakan kontraksi yang semakin intens. Dia menahan napas sejenak, mencoba untuk mengatur pernapasannya sambil mencari kehadiran Hezki, suaminya, yang saat itu sedang mengumpulkan kayu bakar di sekitar rumah sederhana milik mereka di Pulau Asu. “Hez! Hezki!" panggil Mira dengan suara terengah-engah saat kontraksi melandanya dengan kekuatan penuh. Hezki yang mendengar teriakan istrinya, segera menyadari keadaan istri tercintanya dan bergegas ke arah suaranya. "Apa yang terjadi, Mira Sayang? Apakah kontraksinya semakin kuat?" Mira mengangguk cepat. "Ya, ini mulai terasa lebih serius. K
Tahun demi tahun berlalu, dan jumlah penghuni Pulau Asu terus bertambah. Pasangan Edu dan Lia, yang dulunya hanya berdua, kini telah diperkaya dengan kehadiran tiga buah hati, yang mereka beri nama Isaac Silverstone, Jacob Silverstone, dan si bungsu Josie Silverstone. Mereka adalah keluarga yang hangat dan penuh cinta, di mana setiap anggota keluarga saling mendukung dan menghargai satu sama lain. Sementara itu, pasangan Ronald dan Sera juga telah diberkati dengan dua orang anak, Sebastian Shiloh dan Rose Shiloh. Ronald dan Sera adalah orang tua yang penuh kasih sayang, mereka selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik kepada anak-anaknya. Sebastian dan Rose, meski berbeda gender, selalu bermain bersama dan saling melindungi. Pasangan Hezki dan Mira juga telah dianugerahi tiga anak, Hezra Arion dan si kembar Shakila Arion dan Sherina Arion. Hezki dan Mira adalah pasangan yang selalu mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya persaudaraan dan kasih say
Pagi yang cerah menyapa Pulau Asu setelah semua orang selesai menikmati sarapan pisang kepok rebus. Para ayah, Edu, Hezki, dan Ronald, serta para bunda, Lia, Mira, dan Sera, terlihat sedang bersiap-siap untuk pergi ke dalam hutan mencari kayu bakar. Anak-anak perempuan, Shakila, Sherina, Josie, dan Rose, dengan semangat juga ikut serta dalam petualangan ini. "Kita akan mencari kayu bakar yang banyak untuk persiapan," ujar Ayah Edu dengan senyum di wajahnya. "Kita harus berhati-hati dan saling menjaga di dalam hutan," nasihat Ayah Hezki. “Jangab lupa kita harus saling berjalan beriringan dan jangan saling mendahului,” tukas Ayah Ronald mengingatkan semua orang. Anak-anak perempuan, dan para ibu dengan hati senang, mengangguk setuju. Mereka dengan antusias siap untuk mengumpulkan kayu bakar. Merekapun berjalan beriringan dengan para ayah dan bunda, menuju hutan yang rimbun. Pagi yang sungguh cerah, para ayah d
Sebastian, Hezra, dan Jacob merasa bersalah dan menyesal. Mereka menyadari bahwa ketiganya telah membuat orang tuanya khawatir. Mereka pun berenang kembali ke tepi pantai dan berlari mendekati ayah-ayah mereka. "Sudah berapa kali kami harus mengingatkan kalian tentang keselamatan?" tanya Ayah Ronald dengan suara serius. "Kami sangat khawatir dengan keputusan kalian untuk pergi berenang tanpa pengawasan dari kami para orang tua." Sebastian, Hezra, dan Jacob menundukkan kepalanya, merasa malu dan menyesal. Sepertinya ketiganya menyadari bahwa mereka telah membuat kesalahan dan tidak mendengarkan nasihat dari Isaac. Isaac, yang selalu peduli dengan adik-adiknya, mendekati mereka dengan penuh kebaikan hati. "Kalian harus belajar untuk mendengarkan orang tua dan kakak kalian, Sebastian, Hezra, Jacob. Kami hanya ingin kalian aman dan selamat."“Ya, Isaac kami mengaku salah. Tolong maafkan kami,” ucap Hezra mewakili teman-temannya yang
"Selamat kepada Mira Felisha Warow, Lia Stefany Atmaja, dan Serafina Florine Alvarendra, atas keberhasilannya sebagai wisudawati terbaik yang meraih predikat cumlaude pada hari ini."Riuh tepuk tangan para peserta wisuda dan orang tua yang mendengar jika ketiga anak gadis mereka mendapatkan gelar sebagai wisudawati terbaik.Hari ini adalah upacara peneguhan dan pelantikan bagi ketiga gadis cantik yang telah menempuh pendidikan di bangku kuliah. Wisuda hari ini merupakan penanda kelulusan bagi Lia, Sera, dan Mira yang telah menempuh masa belajar pada suatu universitas di Kota metropolitan Jakarta, Indonesia.Para orang tua yang kebetulan juga saling bersahabat sangat senang karena ketiga gadis cantik, putri mereka berhasil lulus dengan nilai tertinggi dan mendapat penghargaan dari kampusnya.Untuk itu para orang tua pun, sengaja berkolaborasi membuat pesta kejutan kepada putri-putri mereka."Anak Papa, memang the best!" seru Tuan Bagas Warow kepada putrinya Mira Felisha Warow. Nyonya
Ketiganya sangat kaget dengan perkataan para ayah. Yang ingin membubarkan diri saat ini. Lagi-lagi para gadis pun meminta bantuan ibu mereka untuk menjelaskan kepada ayah-ayah yang sangat mengkhawatirkan putri-putrinya."Papa, ayolah. Jangan kekanakan begitu, biarkan Mira dan teman-temannya menyalurkan hobi mereka," tutur Mama Dwi mencoba merayu suaminya."Iya, Pa. Lagian Lia, Mira, dan Sera sudah mempersiapkan diri mereka dengan baik. Bahkan mereka telah mengecek prediksi BMKG. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan," sergah Mama Shania kepada suaminya."Benar itu, Pa. Lagian Sera dan juga teman-temannya sangat jago berenang dan menyelam. Makanya mereka berani untuk berlayar ke laut. Jadi tidak ada alasan bagi kita para orang tua untuk melarang mereka." Mama Nara juga ikut membuka pandangan suaminya.Para ayah langsung terdiam mendengarkan penjelasan istri-istri mereka yang ada benarnya juga. Lalu ketiga pria tua itu mulai berbisik-bisik satu sama lain.Walaubagaimanapun cinta pertama
Setelah berjuang melawan kemacetan, akhirnya mobil para gadis sampai juga di sebuah mall. Ketiganya lalu turun dari mobil dan mulai memasuki gedung pusat perbelanjaan itu. Lia, Sera, dan Mira terlihat sedang berkeliling toko yang menjual perlengkapan untuk belajar ke laut."Guys ... kita cari satu-satu ya, semuanya. Agar tidak ada yang ketinggalan," tutur Lia kepada kedua temannya."Beres, Nona Kapten!" ujar keduanya serentak. Perjalanan mereka kali ini dipimpin oleh Lia sebagai kapten regu. Saat sekolah dulu, sang gadis sering sekali menjadi pemimpin regu Pramuka saat mereka masih duduk di bangku sekolah.Ada beberapa perlengkapan keselamatan yang harus mereka siapkan saat ini. Seperti jaket pelampung, senter air, cermin sinyal, perahu karet, bahan makanan dan minuman yang cukup untuk keperluan darurat. Sehingga dengan perlengkapan yang memadai, ketiganya dapat bertahan dalam kondisi apapun.Setelah semua perlengkapan berlayar berhasil mereka kumpulkan dengan lengkap. Ketiga gadis
"Prediksi BMKG selama lima hari ke depan aman terkendali kok. Nih, kalian lihat sendiri," sergah Mira sambil menyodorkan ponselnya kepada kedua sahabatnya.Lia, sang pemimpin perjalanan mereka kali ini. Juga ikut memeriksa data dari BMKG. Gadis itu langsung merasa lega setelah mengetahui semuanya dalam kondisi aman terkendali.Sera juga ikut melihat laporan prediksi cuaca dari BMKG selama seminggu ke depan. Akan tetapi rasa khawatirnya masih saja bersarang di dalam dirinya."Duh ... gue kenapa, sih? Masih gelisah begini?" tanyanya kepada dirinya sendiri.Sore hari di apartemen,Sera, Lia, dan Mira mulai sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan mereka bawa nantinya selama berlayar di lautan.Diantara ketiga ransel para gadis itu. Ransel Sera lah yang agak besar dibandingkan dengan ransel kedua temannya yang lain.Bahkan gadis itu membawa dua ransel besar."Sera, Lo bawa apaan kok gede banget?" tanya Lia kepadanya."Entah tuh, Sera nggak jelas banget!" Mira juga ikut terheran-heran d