Share

Bab 24. Kematian Si Ketus

Mang Jajang tertunduk malu. Lalu, wajahnya berubah menjadi merah karena menahan tangis.

"Maafkan saya, Bu juragan. Saya gak nyakitin dia, cuma salah faham sedikit," ungkapnya. "Kalau terbukti bersalah, saya siap masuk jeruji besi."

"Sebagai hukumannya kamu dapat tugas dari saya nanti sore," tukas Rani. "Bagaimanapun juga wanita itu kan tantenya Intan, mantu saya! Jangan lancang lagi!"

Mang Jajang mengangguk pelan, ia meringis setelah Rani berlalu dari hadapannya.

"Udah, gak apa-apa, Mang Jajang makan siang dulu gih," pinta Intan. "Urusan Mama biar saya yang beresin."

Intan masuk ke rumah lebih dulu.

Setelah menyaksikan Tante Nena hengkang, yang lain pun kembali masuk ke rumah. Erwin dan Edwin menyambangi dapur lagi dan langsung mengambil dua buah cangkir kopi.

"Mas, mau kopi bikinan gue?" Tanya Erwin. "Kita lupakan sejenak masalah keluarga ini."

"Boleh," sahut Edwin singkat.

Sembari menuangkan bubuk kopi dan air panas, tiba-tiba saja Nala melintas di depan mereka. ART itu me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status