Mama Elly menatap geram betapa tidak, kini Ayana dan Allzriel terlihat sedang berduaan dengan posisi Ayana duduk di bibir kolam renang, sedangkan Azriel kini berada di kolam renang dan kedatangan memegangi paha Ayana.Arkan tampak kesal melihat itu semua, ia pun terlihat sedang mengepal kedua tangannya."Ayana, apa yang sedang kau lakukan di kolam sana?" Teriak mama Elly itu terdengar cukup keras ditelinga mereka di sana.Mendengar itu pun Ayana seketika terkejut lalu dia berdiri menghadap mama Elly."Mama, Mas Arkan, kalian sudah pulang?" tanya Ayana dengan wajah pucat pasi.Mama Elly menatap nyalang dan kini menghampiri Ayana untuk mencari sebuah jawaban di sana."Kenapa? Kau terkejut melihat kami rupanya, apa yang kau lakukan dengan adik iparmu di sini? tanya mama Elly dengan tatapan penuh menelisik.Terlihat wajah Ayana mulai gugup, ia tampak ketakutan saat sorot mata mama mertua kini sedang menghakimi dirinya.Ayana tertunduk saat mama Elly kini menatap wajahnya dengan penuh mene
Mama Elly tampaknya sedang memikirkan apa yang dikatakan oleh putra keduanya saat ini, ia pun menurut dengan apa yang dikatakan oleh Azriel.Mama Elly kini mengekori putranya yang saat itu membawa Ayana ke dalam kamar Ayana. Sementara itu, Alana tampak sedang negdumel sendiri di dapurnya. Ia ingin sekali mencampurkan racun untuk madunya agar dia seketika lenyap dari muka bumi ini.Saat teh yang dia buat untuk Ayana telah selesai, tiba-tiba Azriel kini datang ke arah dapur dan menyahut teh yang dibuat untuk Ayana."Azriel, kenapa kau minum teh itu? Aku sudah membuatkan ini untuk wanita itu," kesal Alana saat melihat Azriel dengan santainya meminum teh tersebut."Kenapa mbak? Teh ini sangat enak loh," kata Azriel dengan terus meminum teh hangat itu hingga habis.Alana menghentakkan kedua kakinya di atas lantai, segera dia menyalakan kompornya dan membuat minuman untuk Ayana kembali.Azriel tampak lebih tersenyum penuh kemenangan, ketika dirinya berhasil menahan kakak iparnya sementara w
Satu Bulan Kemudian Tak terasa, sudah satu bulan lebih Ayana menjalani kehidupan pernikahan dengan Arkan.Menjadi madu tak seperti dalam pikirannya sebelumnya, Alana yang masih julid dan tak terima dengan kehadiran dirinya, membuat Ayana sudah terbiasa menerima sikap Alana sampai detik ini.Semenjak malam penuh gairah waktu itu, perlahan-lahan Arkan mulai menaruh hati kepada Ayana. Namun, perasaannya disembunyikan dari istri pertamanya dan seolah Arkan masih bersikap biasa saja kepada Ayana.Malam-malam berikutnya Arkan selalu menghabiskan waktunya bersama dengan Ayana saat Alana tertidur pulas setelah mereka melakukan hubungan suami istri.Ayana yang memahami suaminya, tak keberatan jika dia harus bersikap seperti saat Arkan tak menaruh hati kepadanya.Keluarga Alvarendra kini tengah duduk di meja makan bersama, seperti biasanya mereka sedang sarapan pagi bersama.Mama Elly yang sudah mengharapkan Ayana akan segera mengandung anak Arkan, sepertinya harus menelan pil pahit setalah pe
Arkan benar-benar tak percaya dan begitu bahagia setelah mendengar kabar baik dari dokter yang menyatakan bahwa Ayana saat ini tengah hamil.Kini terlihat semua keluarga Arkan tampak bahagia dan mengucapkan selamat atas kehamilan Ayana.Namun, kebahagiaan mereka itu jelas berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Alana yang tak pernah menyangka jika Ayana saat ini tengah hamil anak Arkan padahal dia tau jika Arkan selalu tidur dengan dirinya.'Tidak, ini tidak mungkin terjadi, Mas Arkan selama ini selalu tidur bersama denganku,' gumam Alana dalam hati.Alana yang melihat seluruh keluarga Arkan tampak menyambut kehamilan Ayana, membuatnya benar-benar sangat cemburu dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Alana perlahan-lahan memundurkan langkah kakinya ke belakang dan keluar dari kamar Ayana dengan menahan rasa sakit hati yang dia rasakan.Alana berlari menuju ke arah kamarnya dan bergegas membuka sebuah kotak yang berisi batu ghaib tersebut.Alana tampak sedang bercerita tentang apa
Alana terpaku saat mendengar hal yang menyakitkan yang dikatakan oleh ibu mertuanya kepada dirinya.Kedua tangan mengepal dengan erat dengan wajah kini terlihat menahan amarah."Cukup Ma!" Alana mulai memprotes mama mertuanya tak terima dengan apa yang dikatakan olehnya.Mama Elly tampak tersenyum miring mendengar menantunya yang kini terlihat sudah mulai marah karena sindirannya."Kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku? Jika kau tidak mandul, lantas kenapa selama dua tahun lebih, rahimmu tidak bisa mengandung anak dari putraku?" Alana tersentak dengan apa yang dikatakan oleh mama Elly, guratan wajahnya sudah terlihat kasar dengan dadanya sudah mulai naik turun menahan amarahnya.Mama Elly yang tau jika saat ini Alana tampak mulai marah, tak melanjutkan olokannya kepada menantunya yang tak bisa memenuhi harapan keluarga besarnya."Sudahlah, bagiku sekarang tidaklah penting kau mengandung apa tidak, Ayana sudah mewujudkan mimpi keluarga ini untuk memiliki keturunan," lanjut ucapa
Arkan semakin tersentak dengan apa yang dikatakan oleh mamanya saat ini, sejenak dia mulai merasakan ada sesuatu yang mengganjal dari peristiwa yang terjadi saat ini.Bi Ina yang kini membantu menyadarkan mama Elly dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an membuat Arkan mulai tertegun."Tuan, sebiknya Tuan memanggil Ustadz ke sini untuk membantu mengusir jin yang ada di rumah ini," Bi Ina memberi saran kepada Arkan agar dirinya mau memanggil seorang ustadz ke rumahnya."Aku akan memikirkan nanti, terima kasih sudah membantu menyadarkan mamaku saat ini," Arkan sedikit menolak saran bi Inah.Tak lama kemudian, Arkan menoleh ke arah mama Elly yang saat ini masih merancau sendiri."Mama, hentikan merancau seperti ini, Ma," Arkan berusaha menenangkan mamanya yang saat ini terlihat menatap kosong ke arah depannya."Kau harus menyingkirkan wanita itu, Arkan. Dia memiliki kekuatan setan jahat di tubuhnya. Alana adalah pengabdi setan," mama Elly merancau sambil menatap penuh wajah anaknya.Arka
Suara riuh terdengar seketika. Para tamu undangan dikejutkan dengan peristiwa yang sulit dipikirkan lewat nalar mereka.Wajah mama Elly memucat tatkala Alana mendesak masuk diantara para tamu yang saat itu berdesakan untuk melihat keadaan mama Elly yang masih mendelik dengan mulut menganga."Maaf, tolong jangan berkerumun di sini, silahkan keluar!" Pak Abraham tampak sedang mengusir para tamu yang saat itu tampak heran dan pemasaran dengan kondisi mama Elly yang kesurupan.Bi Ina yang dipanggil oleh Arkan untuk membacakan ayat kursi untuk mengusir setan yang mungkin berada di sana, tampak memucat dengan keringat yang sudah membasahi pelipisnya."Bi Inah, tolong bacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang kemarin Bibi bacakan untuk mama," pinta Arkan dengan mendekatkan bi Ina ke arah mama Elly.Tubuh bi Ina tampak bergetar ketika ia mendekati mama Elly yang tampak melotot ke atas dengan mulut masih menganga.Dengan wajah ketakutan bi Ina mencoba untuk membaca ayat suci Al-Qur'an tersebut.
Alana mulai marah ketika Bi Ina mencoba untuk menolong mama mertuanya saat ini. Namun, saat itu dia tidak ada pilihan lain kecuali harus menyingkir terlebih dahulu agar bisa melaksanakan rencananya untuk membawa Ayana pergi dari sana di saat Arkan hendak membaw pergi mama mertuanya ke pengobatan Rukiyah di suatu tempat.Alana lalu mulai meminta ijin kepada suaminya untuk pergi ke yayasan yatim piatu, di mana dulu dirinya tengah di besarkan di sana."Mas, aku ingin pergi," pamit Alana.Arkan menatap curiga, lalu dia bertanya kepada dirinya."Mau pergi kemana?" tanya Arkan dengan tatapan penuh menelisik."Mau pergi ke panti asuhan. Mau membagikan makanan untuk anak yatim di sana. Aku mau minta do'a untuk Ayana, agar dia dan bayinya sehat-sehat sampai hari kelahirannya," ucap Alana dengan tersenyum ke arahnya.Arkan seolah terenyuh mendengar apa yang dikatakan oleh Alana saat ini. Ia pun tanpa sadar mulai tersihir saat menatap kedua mata Alana."Baiklah, kalau begitu kamu hati-hati ya,"