Alina menolak tawaran Arkan untuk sarapan pagi bersama dengan keluarganya. Ini dikarenakan saat ini kedua matanya tampak sembab dan itu akan menjadi pertanyaan nbai mertuanya.Alina lebih memilih untuk di dalam kamarnya saja."Jangan, nanti mama menanyakan kamu, Lin. Mas harus jawab apa nanti?" Arkan mulai cemas."Mas Arkan bilang saja, kalau saat ini Alina sedang tidak enak badan. Mas bawa makanan ke sini, jika mama tidak percaya, minta mama melihat Alina ke dalam kamar, Alina," balas Alina dengan menatap senyum wajah Arkan."Ya sudah, aku bawakan makanan ke sini, tapi kamu jangan kemana-mana ya. Mas minta maaf atas apa yang aku lakukan kepadamu," tutur Arkan dengan mengecup pucuk kepala Alina.Alina menganggukkan kepalanya, terlihat saat ini dia mulai merasakan ketenangan dalam hatinya ketika Arkan sudah meminta maaf kepada dirinya."Iya Mas. Aku tidak akan kemana-mana," balas Alina dengan nada meyakinkan Arkan.Saat itu memang Arkan sedikit cemas ketika hendak meninggalkan kamar Al
Pagi itu menjadi peristiwa berdarah di rumah sakit tersebut.Terlihat jelas wajah dokter dan suster itu sangat shock melihat suster Mirna telah terbukut kaki di bankar pasien.Anehnya lagi, tidak ada Alana di sana. Semuanya di mintai keterangan, tapi mereka menjawab jika Alana masih ada di sana kemarin malam.Setelah melihat mayat suster Mirna di sana, semuanya menjauhi TKP dan mengadukan masalah ini kepada pihak yang berwajib.Beberapa saat kemudian, pihak kepolisian akhirnya datang dan mulai melakukan penyelidikan, semua saksi ditanya satu persatu untuk memberikan keterangan sejak kapan suster Mirna berada di sini, apakah ada orang yang mencurigakan saat itu, tapi para saksi yang dimintai keterangan, mengatakan tidak ada yang mencurigakan.Mereka pun kini mulai mengarahkan kecurigaan kepada pasien yang dirawat di kamar tersebut.Polisi itu lalu memintai keterangan kepada pihak rumah sakit tentang Alana dan pihak rumah sakit pun memberikan data pasien itu kepada pihak kepolisian.Sem
Arkan terkejut saat mendengar penuturan mamanya, memang Alana terlihat sangat berbeda sikapnya kepada Alina dibandingkan dengan kedua istrinya saat itu.Tak ingin menebak-nebak tanpa adanya bukti, Arkan pun menepiskan pikiran buruknya saat itu kepada Alana.Sementara itu, terlihat wajah Alina mulai tersungging saat mendengar ucapan mama mertuanya dan melihat wajah Arkan yang saat ini terlihat mulai berubah."Sebaiknya kita makan dulu, Mas," ajak Alina dengan nada santainya.Alina lalu menarik kursinya ke arah belakang dan kemudian dia duduk dengan wajah santainya.Devan tertegun ketika melihat Alina yang saat ini terlihat bingung dengan sikap Alina.Wajahnya bahkan tidak menampakkan kesedihan seperti tadi.Tak ingin membuat mereka curiga, Devan pun akhirnya mulai makan bersama, dan berniat akan menanyakan sesuatu kepada Alina selesai makan nanti.Sementara itu, terlihat Alana sedang marah di dalam kamarnya.Dia menarik selimutnya dengan keras dan membuangnya di lantai. Alana menggengg
Pelayan itu sangat terkejut ketika mendengar ucapan petugas itu kepada dirinya."Maaf Pak, tunggu sebentar ya, saya panggil Den Arkan dulu," ucap pelayan itu dengan nada bingungnya."Baik Bu, saya tunggu di sini," ucap petugas tersebut.Tak lama setelah itu, pelayan tersebut akhirnya pergi memanggil Arkan."Maaf Den Arkan, ada petugas kepolisian yang saat ini ada di depan sedang mencari Den Arkan," ucap Bi Ratih kepada Arkan.Seketika wajah Arkan tampak mengerut dan sedikit terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh Bi Ratih kepada dirinya."Petugas kepolisian? Ada apa ya?" tanya Arkan dengan nada bingungnya."Katanya ada suster yang meninggal di ruang rawat inap Non Alana," jawab Bi Ratih dengan nada gugupnya."Apa? Suster meninggal?" tanya Arkan dengan wajah bingungnya."Den Arkan sebaiknya bertemu langsung dengan petugas itu," jawab Bi Ratih."Baiklah, aku akan segera ke sana," balas Arkan segera beranjak dari tempat duduknya.Terlihat suasana di ruang makan tersebut mendadak
Wajah Alana seketika langsung gugup saat mendengar apa yang dikatakan oleh petugas kepolisian saat itu.Dia takut jika polisi itu akan menaruh curiga kepada dirinya. Segera dia meralat ucapan suaminya yang saat itu mengatakan jika dirinya yang terakhir bertemu dengan Suster Mirna."Maaf Pak, saya memang saat itu terakhir berpamitan dengan suster Mirna. Namun, saat itu dia dalam keadaan baik-baik saja. Saya sempat berbicara dengan dirinya sebentar." Alana menyahuti ucapan petugas tersebut saat bertanya kepada suaminya.Petugas kepolisian itu lalu menatap ke arah Alana."Apa saat pertemuan terakhir anda dengan korban, anda melihat korban bersama dengan orang lain?" tanya petugas kepolisian itu dengan tatapan penuh selidik."Saya memang tidak melihat dia sedang bertemu dengan seseorang, tapi saat itu suster Mirna mengatakan jika sedang mengurus pasien lain, lalu saya pergi meninggalkan kamar saya saat itu, sementara suster Mirna masih berada di dalam kamar," jawab Alana dengan nada penuh
Terlihat jelas jika saat ini Arkan telah menaruh cemburu kepada adiknya Azriel setelah sebelumnya dia mendengar adiknya mau mengantarkan dirinya untuk pergi ke kampusnya.Saat itulah dengan cepat Arkan menyahuti ucapan adiknya dan mulai memperingatkan Azriel untuk menjaga jarak dengan dirinya."Aku peringatkan kepadamu, Azriel! Jangan pernah kau berani mencoba-coba untuk mendekati istriku. Apa kau mengerti?" Peringat Arkan dengan wajah penuh intimidasi.Azriel hanya terdiam menatap wajah kakaknya yang saat ini terbakar cemburu kepadanya, sementara Arkan bergegas menarik tangan Alina dan mengajaknya menuju ke dalam mobilnya.Alina yang melihat sikap cemburu yang ditunjukkan oleh suaminya, terlihat berbunga-bunga ketika dia tau jika Arkan ternyata menyimpan perasaan cemburu kepada dirinya.Arkan memasangkan seat belt untuk Alina, ia terlihat sedang menyembunyikan perasaan cemburunya kepada dirinya."Mas Arkan cemburu?" Pertanyaan yang dilayangkan Alina membuat Arkan seketika terdiam, te
Arkan terlihat gugup saat itu, perasaan cemburunya kepada Alina membuat dirinya tidak bisa menyembah kembali perasannya.Arkan yang terus didesak oleh Alina membuat dirinya kini mulai mengakui bahwa dirinya saat ini telah cemburu kepada dirinya."Kenapa kau begitu ingin tau aku cemburu kepadamu atau tidak?" tanya Arkan menatap wajah Alina."Karena saat ini aku ingin tau apakah suamiku cemburu kepadaku apa tidak. Jika cemburu kepadaku, artinya dia saat ini sangat mencintai diriku," jawab Alina tersenyum menatap Arkan."Apa kau juga merasa cemburu kepadaku saat aku bersama dengan Alana?" tanya Arkan sebelum dia menjawab pertanyaan Alina."Bisakah aku cemburu keladamu, Mas? Aku hanya Seorang wanita dengan segala keterbatasan hati, wajar jika aku cemburu melihatmu bersama dengan Mbak Alana," jawabnya dengan tersenyum menatap wajah Arkan."Jadi saat ini kau cemburu kepadaku?" tanya Arkan menatap wajah Alina.Alina menganggukkan kepalanya tanpa ketahuan, hal yang sudah lama disembunyikan k
Arkan sedikit gugup saat AKP Miko menunjukkan sebuah barang bukti yang membuat kasus ini akan semakin terang benderang terbuka.Sebuah anting yang telah ditemukan oleh Arkan di kamar istrinya, tidak mungkin itu adalah sebuah kebetulan saja. Ia meyakini jika saat itu memang istrinya berada di lokasi kejadian bersama dengan Suster Mirna di ruangan tersebut.Namun, Arkan tidak mau mengatakan ini kepada AKP Miko terlebih dahulu. Dia harus mencari bukti keterlibatan istrinya dalam kasus ini, dan ingin tau apa alasan Alana melakukan itu kepada Suster Mirna.Miko menatap wajah Arkan yang saat ini terlihat sedang melamun dan memikirkan sesuatu saat ini."Bapak baik-baik saja?" tanya AKP Miko menatap wajah Arkan dengan tatapan penuh menelisik.Seketika Arkan menggelengkan kepalanya dan terlihat sedang menyembunyikan sesuatu dari AKP Miko yang kini menatap dirinya mulai curiga.AKP Miko terlihat sedang mengamati gesture tubuh Arkan yang saat ini terlihat gelisah dan wajahnya mulai menatap cemas