Hari ini tepat 1 bulan setelah kejadian Rey dan Bela dihotel. Tepat hari ini juga mereka berdua akan menikah, dikarenakan Bela hamil anak Rey. Ya! Mereka sama-sama melakukan hal itu disaat sedang mabuk dan dalam kondisi tak sadar. Walapun mereka sama-sama dijebak. Rey sendiri akan mencoba menerima Bela dan tentunya anak kandungnya.
Saat ini Zeta tengah bersiap-siap untuk menghadiri acara pernikahan Rey dan Bela. Dirinya tentu senang, Rey lelaki baik dan mau untuk bertanggungjawab. Zeta sibuk dandan dan memilih-milih baju yang bagus karena ini hari spesial bagi Rey. Di apartemenya bukan cuma ada dirinya, melainkan ada Albi dan twins yang duduk disofa kamarnya tengah memperhatikan dirinya berlari kesana kemari. Bahkan Albi turut menoleh sirama dengan gerakan yang Zeta lakukan.
"Bisakah kau cepat sedikit?" tanya Albi yang sudah mulai jengah.
Zeta datang dengan membawa 2 buah dress yang berada di tangannya,
Zeta berada di ruang rawat salah satu rumah sakit. Dirinya menunggu korban yang supir taksi itu tak sengaja tabrak. Sedangkan supir taksinya ia suruh pulang dan dirinya yang akan bertangungjawab dengan masalah ini. Kasain sekali jika supir taksi itu harus bertanggungjawab, mengingat fisiknya yang sudah tak muda lagi.Kini Zeta duduk disebelah brankar, perempuan didepannya ini masih setia menutup matanya. Kata dokter tadi dia hanya shock dan dia juga mendapatkan beberapa luka ditangan dan pelipisnya. Mata Zeta melihat kearah jemari perempuan itu yang bergerak."Kamu udah sadar?" tanya Zeta setengah panik. Saat dirinya ingin pergi memanggil dokter, tangannya lebih dahulu dicekal alhasil ia kembali duduk."Maafin aku yah udah nabrak kamu," ucap Zeta tulus."Tidak apa, aku juga salah nyebrang ngak lihat-lihat.""Kamu ada yang luka? Atau ada yang sakit?" tanya
Hari ini Zeta dan Vio berencana untuk mengantarkan Bela periksa kandungannya dikarenakan Rey sangat sibuk bahkan jadwal operasinya penuh. Bela yang tak tega lebih baik periksa sendiri. Saat ini Zeta dan Vio sudah berada didepan rumah Manda, Bela tinggal disana ikut dengan Rey.Zeta memencet bel dan keluarlah tante Manda yang langsung menyuruh mereka untuk masuk kedalam. Zeta dan Vio menunggu Bela yang tengah bersiap-siap diruang tamu bersama dengan Manda."Zeta, ini siapa?" tanya Manda menunjuk Vio."Ini Vio, temanku." Zeta memperkenalkan Vio kepada Manda."Hai tante, aku Vio." Sapa Vio ramah.Manda tak kalah ramah membalas senyum Vio, tak lama Bela datang dan menghampiri mereka. Manda berdiri disusul dengan Zeta dan Vio. Manda memberi wejangan supaya Bela menjaga kesehatannya. Walapun Rey dan Bela menikah hanya karena kecelakaan pasti mereka akan sa
Kini mereka berada dikediaman Albi, Syika lah yang mengajaknya kerumah ini. Rumahnya lebih besar dari rumah orang tua Albi, namun sama-sama mewah. Zeta beserta Syika berkutat didapur sedangkan Nathan menonton TV. Dapurnya lengkap, yah karena banyak pembantu disini namun Zeta ingin membuat kue tanpa bantuan siapapun.Untung saja bahan-bahanya tersedia, Syika sendiri ia suruh untuk mengaduk adonannya. Sedangkan Zeta tengah mengolesi loyang dengan margarin. Dengan celemek yang terpasang apik tubuhnya, Zeta berjalan kesana kemari mengambil sesuatu."Udah?" tanya Zeta kepada Syika."Sudah mama," balas Syika lalu menyerahkan wadah yang berisi adonan kue kepada Zeta.Zeta menerimanya dan memasukkannya kedalam loyang, ia hanya membuat kue berukuran sedang saja takutnya gagal. Sesuai request twins, ia membuat kue rasa Coklat dan semoga saja Albi menyukainya. Zeta menggendong Syika menu
Setelah mengobati luka Albi, kini Zeta diajak jalan-jalan oleh lelaki itu. Mereka berjalan dipinggir danau yang sangat indah, twins? Tak ikut bersama mereka dikarenakan ada cakra. Suasana sore ini sangat cocok jika melakukan jalan-jalan, ini sebagai bentuk permintaan maaf Albi karena telah membuat Zeta menangis.Mereka berjalan beriringan, sesekali mereka melihat ke pinggir danau yang kini terdapat matahari yang mulai tenggelam. Langitnya berwarna oranye, tak terlalu panas dan itu membuat rambut Zeta ikut berwarna oranye."Kau belum makan?" tanya Albi, mengapa ia menjadi perhatian seperti ini?.Sedangkan Zeta menggeleng, "Apakah kau mau mengajakku makan?" tanyanya antusias."Aku hanya tanya saja," jawab Albi tak acuh.Zeta menundukkan kepalanya lesu, dirinya pikir Albi akan mengajaknya makan pasti seru. Aish, mengapa ia menjadi berharap makan dengan
Malam hari ini Zeta dan Vio berada didalam kamarnya, sebenarnya ia ingin berlama-lama dengan Zio namun sepertinya kembarannya itu marah kepadanya dikarenakan ia tak menjawab pertanyaan Zio soal Arsya. Zeta melamun membuat Vio heran, tadi Vio pergi ke restaurantnya dan tak tau apa saja kegiatan Zeta."Zeta?"Panggilan yang Vio lontarkan membuyarkan lamunan Zeta. Perempuan itu langsung melihat kearah Vio dengan alis berkerut, dirinya hampir lupa jika tengah berbicara dengan Vio."Kamu kenapa?" tanya Vio heran."Aku bingung," balas Zeta lesu.Sampai akhirnya Zeta bercerita tentang Albi dan Zio yang tak akur dan juga Zio yang menyuruhnya untuk menj
Zeta berada di pinggir jalan, ia menunggu taksi sembari melihat kesegala arah. Jalanan lumayan ramai hingga menimbulkan suara bising. Akhrinya Sera memutuskan untuk duduk di pinggir trotoar bermain HP. Dirinya tadi keluar dari apartemen dengan Vio namun dia lebih dahulu mendapatkan taksi. Tak mungkin ia satu taksi dengan Vio, tujuan mereka beda arah."Kemana sih taksinya?" Zeta berdecak sebal, salah satu hal yang membuat dirinya terlambat kerja yah seperti ini.Namun pandangannya melihat kearah depan dimana disana terdapat seorang wanita yang menyeberang dengan tatapan kosong. Matanya membola sempurna, dari arah berlawanan terdapat mobil yang melaju kencang.BrukZeta memejamkan matanya saat bunyi keras itu masuk kedalam indra pendengarnya. Perlahan-lahan matanya terbuka mendapati mobil yang sudah menabrak tiang listrik. Sedangkan perempuan yang menyebrang tadi nampak diam di tengah
Zeta berjalan tergesa-gesa menuju lift, setelah kejadian tadi dirinya langsung pergi menuju kantor Albi. Untuk Hilda, perempuan itu sudah dijemput oleh supirnya membuat Zeta bernafas lega. Dan juga Zeta kesini diantar oleh Hilda, selama dimobil tadi mereka bercerita. Ternyata Hilda orang baik, dirinya pikir Hilda orang jahat karena telah menelantarkan twins.Bukankah kita tak boleh menilai orang di covernya saja?. Mungkin Hilda mempunyai alasan tersendiri mengapa dia meninggalkan twins yang masih bayi dan akhirnya dirawat oleh Albi seorang diri. Kini Zeta sudah berada didepan ruangan Albi, langsung saja ia masuk. Dirinya melihat Albi yang duduk disofa, dimeja juga ada kapas yang berwarna merah."Apa lukamu sudah sembuh?" tanya Zeta, ia melihat luka Albi yang kini sudah tertutup oleh hansaplast. Sedangkan Albi hanya menanggapinya dengan deheman saja, kini lelaki itu sibuk melihat kearah hpnya.Zeta duduk
Setelah menjemput twins Albi mengajak mereka makan siang, tentunya bersama dengan Zeta sekretarisnya. Mobil yang Albi kendarai berhenti tepat di depan sebauh restaurant, dari depan restaurantnya bagus dan juga ada beberapa lampu yang menghiasinya.Zeta turun lalu melepaskan sabuk pengaman Syika, begitu juga Albi yang melepaskan sabuk pengaman yang Nathan kenakan. Lalu mereka masuk dengan Syika yang berada digendongan Zeta. Sesampainya didalam Zeta tersenyum ramah kepada pelayan yang mengantarkan mereka kekursi yang masih kotor."Mau pesan apa?" tanya Zeta kepada twins yang asik bermain dengan mainannya. Kini mereka sudah duduk dikursi, dengan posisi berhadapan dengan twins."Bagimana kalau mie goleng?" usul Zeta."Mie goreng?" beo Albi.Syika mengangguk, "Mie yang belada didalam kemasan dan juga lasanya sangat enak. Ada kliuk-kliuknya," ujarnya.