Zeta turun diikuti oleh Zio, perempuan itu berjalan memutari mobil dan belari kedepan tepatnya di bangku yang ada di pohon. Jaraknya dari mobil mereka sekitar 3 meter saja. Zeta berdiri disamping orang itu yang sama sekali tak menyadari keberadaanya. Zeta melihat wajah orang itu dengan saksama namun tak bisa dikarenakan orang itu menghadap kebawah, tepatnya pada layar HP.
"Bea!" pekik Zeta, seketika orang itu mendongak menatap Zeta. Hening selama beberapa saat, tanpa berlama-lama lagi mereka berpelukan dengan erat.
"Kamu kemana aja, aku sama yang lain cari kamu!" ucap seseorang itu yang tak lain ialah Bea, sahabat Zeta sewaktu dikampung dulu. Zeta tak menyangka akan bertemu dengan Bea di Jakarta.
"Maaf selama beberapa bulan ini ngak kasih kabar," ucap Zeta dengan tetap memeluk erat leher Bea. Dirinya sangat rindu dengan Bea, juga tentunya sahabatnya yang lain.
Mereka melepaska
Beberapa hari kemudian Zeta sudah mulai kembali bekerja. Selama libur ia menghabiskan waktu dengan Bea dan Bia, kini waktunya untuk kembali bekerja begitu juga dengan teman-temannya itu. Saat ini Zeta berada didalam taksi, dirinya tak sabar bertemu dengan twins.Selama Albi liburan ia tak diperbolehkan untuk menelfon twins, tentu saja Albi lah yang melarang dirinya. Sekarang ditangan Zeta terdapat kantung kresek yang berisikan kotak bekal untuk twins, dirinya memasak itu semua sejak pukul 5 pagi. Karena twins masuk pukul 8 pagi dirinya berangkat kerumah Albi sejak pukul 7 pagi.Baru pertama kali Zeta membuatkan twins bekal, dan juga 2 kali ini Zeta berkunjung kerumah Albi. Beberapa menit kemudian Zeta sampai di depan rumah mewah dan megah. Langsung saja perempuan itu turun dan masuk kedalam, tak lupa mengucapkan terimakasih kepada supir taksinya."Pak?" panggil Zeta kepada satpam yang berjaga.
Waktu makan siang tlah tiba, Zeta bangkit dari duduknya menuju kearah dapur. Dikantor Albi setiap makan siang akan ada orang yang mengantarkan makanan untuk para karyawan. Karena Zeta malas keluar jadi lebih baik ia ikut makan nasi kotak bersama dengan yang lain. Zeta mengambil 1 buah nasi kotak dan air mineral yang berada didalam botol.Di kursi terlihat beberapa karyawan yang tengah makan dengan candaan ringan. Zeta ingin gabung namun dirinya belum mengenal mereka dan juga malu. Sampai akhirnya Zeta memilih untuk duduk dikursi paling pojok, setiap meja terdapat 3 kursi. Meja yang Zeta duduki sama sekali tak ada siapa-siapa."Boleh gabung?" Suara seseorang mengagetkan Zeta, ternyata ada karyawan perempuan berdiri didepannya."Boleh," balas Zeta tersenyum. Lalu perempuan itu duduk, mereka berdua makan diselingi keheningan. Percayalah, Zeta tengah canggung berada di situasi seperti ini. Dirinya takut jik
Zeta tampak sibuk melihat berkas-berkas yang harus Albi tanda tangani. Jika sedang sibuk begini, ia akan menyiapkan secangkir teh hangat gunamenemaninya. Lira dan Reni? Sepertinya mereka sudah kapok, buktinya sekarang mereka hanya diam walapun masih menatapnya sinis."MAMA!"Zeta terperanjat kaget mendengar teriakan itu, dirinya menoleh kearah pintu. Disana terdapat Syika yang tersenyum kearahnya, langsung saja ia mendorong kursinya dan berdiri bertumpuan dengan lututnya. Syika yang melihat langsung berlari memeluk dirinya erat."Kok ngak ganti baju sih," ucap Zeta seraya menjauhkan tubuh Syika darinya."Lupa," balas Syika cengengesan.Zeta melihat pakaian Syika sampai bawah rok anak kecil itu kotor, sepertinya Syika sehabis makan coklat. Tak lama Nathan datang dan menicum pipinya, dengan senang hati ia mencium balik pipi Nathan. 
Di mansion Lixston terdengar suara canda tawa disana semua orang tengah berkumpul, termasuk kedua kakek dan nenek Zio. Mereka tertawa bersama, disana juga ada Feli dan Ratna tentunya. Hari ini Feli membuka banyak hadiah dari kakeknya. Jika di kediaman Lixston, Feli akan menjadi seperti ratu dan keinginan akan terwujud."Terima kasih kakek," ucap Feli memeluk Abraham, kakeknya."Sama-sama. Kakek akan memberikan apapun untuk cucu kakek yang paling cantik ini," ucap Abraham sembari mengelus kepala Feli. Sedangkan Feli tersenyum. Tanpa mereka sadari, perlakuan yang seperti ini menjadikan Feli anak manja dan tak mau mengalah.Tiba-tiba saja terdengar suara bel berbunyi, Feli pamit untuk membuka pintu. Feli berjalan dengan langkah biasa, lalu dirinya membuka pintu. Mengapa tak ada siapa-siapa? Saat ingin berbalik badan, matanya tak sengaja melihat sesuatu berada dibawah. Dirinya berjongkok dan mengambil sebua
Suara itu membuat Zeta membuka mata. Di depannya terdapat Albi yang kini tengah memegang pergelangan tangan Leni. Beberapa detik kemudian, Albi menghempaskan tangan Leni hingga membuat dia mundur beberapa langkah."Berani-beraninya kau mendorong istri saya!" ujar Abraham marah, sedangkan Albi nampak santai seperti tak ada masalah apapun.Albi berdiri disebelah Zeta dan melepaskan jasnya, lalu dirinya taruh kepundak Zeta. Sementara Zeta tak menolaknya, ia menerima jas dari Albi. Bajunya basah dan mungkin dalamannya terlihat dikarenakan ia memakai baju yang lumayan tipis."Mengapa kamu membela dia? Kamu akan menjadi calon suami cucu saya!" ucap Abraham marah kepada Albi."Saya tak sudi menjadi suami wanita seperti dia," balas Albi dengan senyum smirknya."Awas kamu!" peringat Abraham kepada Zeta, setelahnya ia pergi dari sana dan disusul oleh keluargan
Zeta dan Vio berlari menyusuri lorong rumah sakit. Mereka mencari ruangan Manda, dan mata Zeta melihat Rey dan Manda yang duduk di depan kursi tunggu ruang ICU. Langsung saja ia dan Vio menghampiri mereka. Zeta langsung bertanya tentang apa yang terjadi, namun mereka sama-sama bungkam.Tangisan Bela terdengar begitu pilu, Zeta duduk disebelah Bela dan mengelus punggung Bela yang bergetar. Mungkin mereka masih belum siap untuk bercerita kepadanya. Vio turut duduk disebelah Zeta, ia bingung dengan ini semua. Siapa mereka? Vio sama sekali tak mengenal mereka."Mama Ze," lirih Bela."Tante Manda pasti baik-baik aja," balas Zeta, walau hatinya turut gelisah. Namun ia tak boleh menangis, jika dirinya menangis siapa yang akan menguatkan mereka berdua?. Tak lama dokter keluar, langsung saja mereka semua berdiri."Bagaimana keadaan mama saya?" tanya Rey tak sabaran.
Bea asik makan dengan lahap, ia mendengar ada yang memanggil dirinya. Langsung saja Bea menengok kebelakang dan mendapati saudra kembar Zeta. Langsung saja ia berteriak memanggil Zio ganteng, lalu paha ayamnya jatuh dengan sendirinya."Kamu ngapain kesini?" tanya Bea basa-basi, percayalah ia tengah gerogi sekarang."Kamu sendiri ngapain?" Zio malah balik nanya."Makan," jawab Bea seraya mengangkat mangkuknya membuat Zio tertawa kecil."Kamu mau pesen disini juga?" tanya Bea.Zio menggeleng, "Sebenarnya saya ingin pulang, tapi tak sengaja melihat kamu jadi saya kesini sebentar."Jawaban Zio membuat Bea menganggukan kepalanya, "Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tanya Bea, sudah dibilang Bea itu tak tau malu. Biasanya laki-laki yang mengajak jalan, namun sekarang Bea sendiri yang mengajaknya."Boleh," jaw
Zeta dan Albi berada dilapangan yang sangat luas. Mereka memakai helm khusus untuk melindungi kepala mereka. Saat ini mereka tengah melihat proyek pembangunan hotel. Dibeberapa tempat banyak sekali alat-alat berat, setiap yang masuk kesini harus mengenakan helm dan rompi khusus.Tanahnya masih becek, jadi mereka harus hati-hati dalam berjalan. Bahkan Zeta hampir tergelincir, untung saja ada Albi yang menahan tubuhnya supaya tak jatuh. Mereka berjalan ditemani oleh pengurus proyek ini."Bagaimana perkembangan proyek ini?" tanya Albi."Berjalan dengan normal, pak Albi tak perlu khawatir.""Jangan sampai proyek ini gagal, kerugian yang ditanggung perusahaan akan sangat besar nantinya," ucap Albi dan mendapatkan anggukan dari lawan bicaranya.Setelah selesai, Albi pergi dari sana diikuti oleh Zeta. Mereka berjalan menuju dimana mobil mereka terparkir. Mereka m