Rendi segera membayar tagihan atas semua makanan yang mereka pesan tadi, setelah membayar semuanya,Rendi tanpa membuang waktu, Rendi membawa mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan area parkiran restoran pulang kembali ke Jakarta.Ada banyak hal yang harus dia selesaikan, terutama Rendi harus segera menyelidiki dimana keberadaannya Pak Yuda dan istrinya. Mobil yang di kemudikan Mas Brian sudah memasuki pekarangan rumahnya Pak Malik tempat tinggalnya mereka semua selama beberapa di Malang sini. Mas Brian langsung memarkirkan kendaraannya di tempat parkir yang berada di samping kanan bangunan rumah.Mungkin karena mendengar suara mobil berhenti, Almeera dan Al Jazair keluar untuk melihat siapa yang datang, Mas Brian menghampiri kedua buah hatinya itu dan menyapa mereka berdua,tak lupa juga Mas Brian menenteng 2 buah kantong plastik yang berisikan beberapa boks makanan yang sengaja dia pesan untuk mereka makan siang bersama sama. "Assalamualaikum kakak..adik..? "Waallaikum salam.
Rendi setibanya di Jakarta, dia menemui papanya Pak Hermawan,ada beberapa hal yang dia perlu bicarakan semua berhubungan dengan keberadaannya Pak Yuda Aditama dan istrinya, Rendi bisa meminta bantuan Pak Hermawan untuk melihat data para penumpang pada 27 tahun yang lalu, yang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Pak Hermawan adalah seorang pemilik beberapa maskapai penerbangan di negri, Rendi hanya bisa berharap semoga data penumpang untuk beberapa puluh tahun sebelumnya masih tersimpan di file perusahaan. Pak Hermawan sendiri sedang berada di kantor untuk mengecek beberapa laporan yang berhubungan dengan semua maskapai penerbangan yang sedang beroperasi saat ini. Tok.tok. Mendengar suara ketukan pintu, Pak Hermawan tanpa melihat siapa yang datang, dia langsung mempersilahkan masuk "Silahkan masuk."Rendi langsung masuk ke dalam ruangan kerja papanya, Pak Hermawan sendiri cukup kaget dengan kedatangan putranya yang secara tiba-tiba sudah berada di depannya. "Papa..apa ka
Usai makan siang semua anggota keluarga duduk bersantai di ruang keluarga sambil bercerita penuh dengan canda tawa, tapi tidak dengan Mas Brian mukanya cemberut terus sejak memasuki ruang keluarga aku sendiri apa yang terjadi dengannya. Aku mau bertanya sama Mas Brian takut salah ngomong, tapi kalau tidak bertanya hati ini penasaran dan merasa lucu, disaat aku lagi mau menanyakan kepada Mas Brian tiba tiba Almeera berbicara menanyakan Irfan sopir sekaligus pengawal pribadiku itu. "Bunda...tolong dong hubungi Om Irfan, tanyakan hari ini Om Irfan datang ke rumah sini atau tidak." "Kenap Bunda harus telepon Om Irfan, hari ini dia tidak akan datang, disini kan sudah ada Ayah."Mas Brian langsung menanggapi omongan Almeera dengan sedikit emoas, Mas Brian teringat kembali dengan pertemuannya dengan Irfan dan Rendi tadi di restoran, apalagi ingat kelakuan Rendi itu sangat membuat hatinya di penuhi dengan emosi walaupun tadi Irfan sempat membelanya,tapi tetap saja hatinya masih dongkol bag
Almeera dan Al Jazair sudah siap menunggu kedatangan Irfan, untuk ikut latihan di tempatnya Irfan, Al Jazair ini pertama kalinya bergabung dengan Almeera untuk latihan, apakah murni ingin latihan atau dia punya tujuan lain hanya Al Jazair sendiri yang tau alasannya. Kurang lebih 15 menit Irfan telah sampai di rumahnya Pak Malik untuk menjemput Almeera dan Al Jazair, Irfan langsung memarkirkan motornya di tempat parkir yang berada di samping kanan rumah Abah, kemudian Irfan mengeluarkan mobil untuk mereka tumpangi ke tempatnya, untuk latihan olahraga bersama. Irfan terlebih dahulu memastikan kalau Almeera dan Al Jazair sudah menggunakan sabuk pengaman dengan benar sebelum dia menjalankan mobil keluar dari area rumahnya Pak Malik, sudah menjadi tanggung jawabnya Irfan atas keselamatan Almeera dan Al Jazair selama berada di luar rumah. Sepanjang perjalanan menuju tempat latihan, Almeera dan Al Jazair coba mengajak Irfan untuk bersenda gurau. "Om Irfan.. boleh nggak saya minta tolong
Mobil yang di kemudian oleh Irfan berhenti dengan sempurna, Almeera dan Al Jazair segera keluar dari dalam mobil.Hal pertama yang di perhatikan oleh Al Jazair menelisik seluruh tempat yang sedang dia pijak sekarang ini, satu kata yang keluar dari bibirnya "waow.. sempurna"dan terlihat binar kesenangan di kedua bola matanya. Almeera hanya senyum senyum saja melihat tingkah laku adik laki-lakinya itu.Hal yang sama juga, yang dilakukan oleh Irfan sebuah senyuman tercetak indah di bibirnya.Irfan tidak mau membuang buang waktu,dia langsung mengajak Almeera dan Al Jazair untuk segera memasuki area tempat latihan. "Almeera, Al Jazair ayo... buruan masuk, katanya mau ikut latihan di tempatnya Om, kenapa bengong saja di situ." "He..eh, iya Om."Almeera dan Al Jazair menyahut bersamaan, mereka berdua langsung mengikuti langkah kakinya Irfan dari belakang yang mulai memasuki area tempat latihan. Ternyata di dalam itu sudah ada beberapa orang yang akan menemani mereka berdua untuk latihan, buk
Tapi apa yang terjadi semua serangan yang di lancarkan oleh Irfan, dengan mudah Almeera mampu mematahkannya dan bahkan Almeera melakukan serangan balik dengan kekuatan dan kecepatan yang secara tiba-tiba membuat Irfan kewalahan menghadapi pergerakan Almeera, Irfan akhirnya menyudahi gerakan komite antara mereka berdua, Irfan merasakan seluruh bagian tubuhnya terasa sakit terutama bagian tulang kering, Almeera berhasil mengunci semua pergerakan Irfan dan dia tidak memberikan kesempatan pada Irfan untuk melakukan serangan balik. 'Baru kali ini saya menemukan seorang petarung hebat, walaupun usianya masih kanak-kanak akan tetapi kemampuannya melebihi orang dewasa, ternyata benar apa yang di katakan Almeera kalau ibu Humaira itu seorang ahli beladiri karateka, terlihat dari Almeera mampu mengalahkan dan mematahkan semua serangan yang saya lakukan,ini semua tidak luput dari didikan ibu Humaira' irfan bergumam dalam hati saja tanpa mengungkapkan langsung. Prok.prok. "Kakak sangat hebat b
Waktu menunjukan jam 12 siang, Alma dan kedua orangtuanya tengah siap siap untuk berangkat menuju bandara, rencananya hari ini mereka akan berangkat ke Malang untuk menemui Mas Brian dan juga Humaira, Alma akan meminta maaf pada Humaira karena dia pernah hadir di antara pernikahannya dengan Mas Brian. "Alma gimana kamu sudah siap untuk menemui Brian dan istrinya." "Sudah pa..ma..ayo kita berangkat sekarang jangan sampai kita ketinggalan pesawat." "Oke.. tidak ada yang ketinggalan."Tante Vera coba menanyakan kepada Alma jangan sampai ada yang tertinggal "Tidak ada, sudah beres semua ma.." Perjalanan menuju bandara memakan waktu kurang lebih 15 menit, akhirnya mobil yang membawa mereka berhenti dengan sempurna di area parkiran bandara, tanpa membuang waktu mereka bertiga segera turun dari mobil, mereka bertiga langsung masuk melapor kearah pemeriksaan tiket, setelah beres semua dari petugas bandara mempersilahkan mereka untuk masuk menunggu di tempat keberangkatan. Mereka bertiga
Sambil menunggu pak satpam Alma mengatakan semua mengenai keluarga Humaira yang di dengarkannya dari orang tuanya Mas Brian. "Papa..kenapa rumah mertuanya Mas Brian di jaga ketat, dengan beberapa orang satpam sekaligus, setahu Alma mamanya Mas Brian pernah bilang, kalau keluarganya Humaira itu dari kampung." "Papa juga tidak tau Nak.. mungkin saja selama ini orang tuanya Brian tidak tau persis keadaan keluarganya Humaira, nyatanya kita saja tidak boleh masuk tanpa izin dari mereka." "Bisa jadi juga.. karena selama ini orang tuanya Mas Brian itu tidak mau bersilaturahmi dengan keluarganya Humairah, alasannya karena keluarganya Humairah itu dari kampung, mungkin menurut pemikiran mereka, keluarganya Humairah itu berasal dari kampung jadi mereka memiliki status sosial ekonomi yang rendah, makanya mereka tidak menganggap Humairah sebagai menantu di keluarganya Mas Brian." Di saat Pak Darsono lagi ngobrol, Pak satpam yang menyuruh mereka menunggu di depan pintu gerbang rumahnya Pak Mal