Aku berusaha memahami semua penjelasan yang disampaikan Bang Rendi barusan. Secara tidak sengaja aku menatap lurus kedepan,apa yang aku lihat cukup membuat aku syok, bagaimana tidak disana ada Tante Inda dan juga Pak Hermawan orang tua dari bang Rendi sendiri.Kebetulan ruang ballroom yang kami gunakan tadi memiliki dinding kaca semua,tentu saja orang bisa melihat kami dengan leluasa dari arah mana saja. Aku hanya mengulas sebuah senyum kepada mereka berdua,aku malu sekali, berarti kedua orang tuanya Bang Rendi sedari tadi sudah memperhatikan kami berdua selama ngobrol di dalam sini. Rupanya Bang Rendi mengikuti arah tatapan mataku,dia hanya mengulas sebuah senyum sumringah kearah kedua orang tuanya. "Kenapa Abang tidak bilang kalau Om Hermawan dan Tante Inda ada di sini juga,aku jadi malu, berarti mereka berdua sudah memperhatikan kita berdua dari tadi...." "Maaf... Abang juga tidak tau kalau mereka ada disini, lagian kenapa kamu harus malu....toh kita juga tidak ngapa-ngapain,ki
Masih di hotel yang sama,di sebuah kamar ada empat pasang mata dengan fokus melihat layar notebook milik Al Jazair yang sengaja dia letakkan di atas kasur. Mereka semua sedang melihat apa saja yang di lakukan oleh Humairah dan juga Bang Rendi.Mereka berempat mendengarkan semua percakapan antara Humairah dan juga Bang Rendi. Terlihat dari wajah papi Yuda dan Mommy Meta,ada kebahagiaan di sana setidaknya mereka lega setelah mengetahui kalau Bang Rendi masih sangat mencintai Humairah dan juga mau berjuang untuk mendapatkan izin dari kedua anaknya. "Kakak...mas... grandpa boleh nanya nggak..." "Boleh kok grandpa...mau tanya apa."Almeera lebih dulu menjawab permintaan sang kakek. "Seandainya Om Rendi... suatu saat nanti menjadi pengganti ayah kalian, kalian mau tidak..."tanya Papi Yuda dengan sangat hati-hati. "Grandpa... kakak sama mas setuju setuju saja kalau Om Rendi menjadi pengganti ayah, yang penting Om Rendi bisa menyayangi Bunda,dan tidak membuat Bunda menangis,kerana kami be
"Bang.... boleh nggak kita mampir ke makamnya Mas Brian, sebulan belakangan ini aku sibuk sekali sampai tidak ada waktu untuk mengunjungi makamnya."aku menyampaikan keinginanku kepada Bang Rendi untuk nyekar ke makamnya Mas Brian. "Boleh.... nanti Abang antara kesana."Bang Rendi menyanggupi permintaan Humairah. "Terimakasih banyak ya... sudah mau antar aku ke sana, nanti di depan ada penjual bunga tabur, nanti kita mampir ya...." "Tidak apa-apa...iya..." Mobilnya Bang Rendi sudah berhenti di depan toko penjual bunga Bang Rendi sudah turun duluan untuk membukakan pintu mobil,aku segera turun membeli bunga tabur untuk aku taburkan di atas makamnya Mas Brian.Bang Rendi hanya menunggu aku di depan pintu mobil yang masih terbuka setelah membayar semuanya aku kembali masuk kedalam mobil dan Bang Rendi kembali menutupnya. Bang Rendi sudah kembali menjalankan mobil menuju TPU tempat Mas Brian dimakamkan.Aku melangkah mendahului Bang Rendi berjalan mendekati makan Mas Brian. Makam Mas B
Aku sudah kembali masuk kedalam mobilnya Bang Rendi, untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju tujuan kami selanjutnya. "Bang.... gimana kalau kita mampir ke rumah lama, kebetulan bi Jumi menghubungi aku katanya mangga yang aga di belakang rumah sudah pada matang semua dan juga buah rambutannya sudah siap di panen,aku ingin sekali bikin jus mangga dengan menggunakan buah yang langsung di petik dari pohonnya, sekalian kita bikin rujak sepertinya enak kalau sore sore begini kita minum yang segar segar dan dingin." "Siap baby.... Abang akan antar kesana yang penting kamu bahagia dan tidak sedih lagi... Abang akan turutin semua kemauan kamu baby...." "Makasih ya Bang.... untuk semua yang kamu lakukan hari ini untuk aku ..."aku mengulaskan sebuah senyum kearah bang Rendi. "Iya... tidak apa-apa... yang penting kamu bahagia...."Bang Rendi juga ikut tersenyum. "Bang...aku istirahat sebentar ya...aku ingin tidur aku capek sekali... nanti kalau sudah sampai di ruma tolong Abang bangunin
Bang Rendi sudah menuai shalat ashar, wajahnya juga terlihat sudah segar, mungkin karena efek dari guyuran air pada saat berwudhu tadi.Dengan santai Bang Rendi melangkah menuju dapur,dia mendapati bi Jumi lagi beberes pantry dapur. "Permisi Bi... maaf saya boleh ke kebun yang ada di halaman belakang bi..."Bang ingin melihat pohon mangga yang ada di halaman belakang rumahnya Humairah. "Silahkan Pak... kebetulan buah mangganya sudah pada matang semua..." "Terimakasih bi... Maaf bisa nggak saya minta tolong.."tanya Bang Rendi dengan ragu ragu. "Insya Allah bisa.. Pak... katakan saja..."Bi Jumi menyanggupi permintaannya bang Rendi. "Tolong sekalian di buatkan bumbu rujak, tadi ibu Humairah bilang ingin makan rujak,dan ingin minum jus mangga yang langsung di petik dari pohonnya." "Baiklah Pak....nanti saya bikin kan, tolong bapak petik saja buah mangganya, petik yang sudah matang sekali untuk jus dan setengah matang untuk di buat rujak." "Iya Bi...." Bang Rendi langsung menuju poho
"Bi...aku tinggal dulu sebentar,aku mau bersih bersih sekalian mau shalat ashar."aku sengaja hanya pamit kepada bi Jumi, tidak dengan Bang Rendi takut saja jangan sampai dia keceplosan seperti tadi. "Iya Bu... silahkan." Ku tuntun kaki ini menuju kamar yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupku dan Mas Brian semasa hidupnya. "Assalamualaikum.... Mas..."aku mengucapkan salam dengan lirih sebelum aku membuka pintu kamar. Ceklek. Pintu kamar telah terbukti aku melangkah dengan gontai masuk kedalam dan menutupnya kembali. Tercium aroma khas dari tubuh orang yang sangat berarti dalam hidupku, yang telah meninggalkan aku dan buah hatiku untuk selama lamanya. Tidak terasa air mataku jatuh luruh membasahi pipi ini,'Mas ...aku sangat merindukan dirimu....'aku langsung menjatuhkan bobot tubuhku di atas kasur... sesekali tanganku menyentuh dan mengelus kasur yang biasanya di tiduri oleh Mas Brian,kenapa berat dan sulit sekali untuk melupakan dirimu Mas... Aku segera membersihkan diri d
Sejenak aku perhatikan raut wajah Bang Rendi, satu,dua,tiga muka Bang Rendi berubah seketika setelah mengunyah buah pepaya yang tadi aku jejalkan kedalam mulutnya."Gimana Bang...enak nggak rujaknya ha...ha...tidak boleh di buang ya .."aku puas melihat Bang Rendi dengan susah payah menelan makanan yang telah berada di dalam mulutnya,sebenarnya aku kasian juga melihat raut wajah Bang Rendi seperti ini tapi mau bagaimana lagi dari tadi dia bikin aku malu di depannya Bi Jumi.Dengan susah payah Bang Rendi berusaha menelan buah pepaya yang sudah ada di dalam mulutnya.Bang Rendi berusaha agar mengeluarkannya lagi."Hm.... enak kok enak... saking enaknya Abang ingin memakannya sepotong lagi tapi langsung dari mulut kamu baby...."tatapan horor mata Bang Rendi sangat mendalam seperti ingin menelanku hidup hidup dan dia langsung mendekatkan tubuhnya ke tubuhku."Eh...mau ngapain Bang..... ingat jangan dekat dekat..."aku mulai ketakutan, Bang Rendi sudah semakin mendekati mukaku dan kedua matan
Bang Rendi melihat kedatangan Humairah dan juga bi Jumi, dengan tergesa-gesa dia menghampiri mereka berdua, Bang Rendi langsung mengambil keranjang buah yang ada di tangannya Bi Jumi dan memindahkannya kedalam mobil,dia juga langsung membuka pintu mobil untuk Humairah. "Bi...kami kami pulang dulu ya.... nanti bulan depan bibi ikut aku di rumahnya papi Yuda."aku pamit kepada Bi Jumi dan sekalian aku menyampaikan kepadanya untuk tinggal bersama kami di kediamannya papi Yuda. "Iya Bu... insya Allah....hati hati di jalan Bu... Pak..." "Terimakasih banyak bi...kami pulang dulu ya... assalamualaikum." "Waallaikum salam...." Bang Rendi sudah melajukan mobilnya menuju kediamannya papi Yuda.Sepanjang perjalanan kami hanya diam saja,aku juga malu karena tadi sudah mengerjain Bang Rendi.Apa sebaiknya aku minta maaf saya ya. "Bang...maafin aku ya.... tadi aku sudah keterlaluan mengerjain Abang dengan memasukkan buah pepaya kedalam mulut Abang, padahal aku tau Abang itu sangat tidak suka den