Ummi Salamah dan Abah Malik pamit istirahat ke ruangan yang bersebelahan dengan tempat Humairah istirahat. "Humairah.... apakah kamu benar benar sudah baikan, Ummi khawatir Nak... jangan sampai kamu drop lagi...."Ummi masih khawatir dengan kondisinya Humairah. "Alhamdulillah Humairah sudah lebih baik Ummi.... terimakasih banyak Ummi dan Abah sudah menjaga dan merawat Humairah dengan baik..." "Tidak apa-apa Nak... sudah menjadi kewajiban kami Nak untuk menjaga dan merawat kamu dalam kondisi seperti ini... syukurlah kalau begitu." "Ummi dan Abah kalau mau istirahat silahkan..., Humairah tidak apa-apa... sekarang sudah leluasa bergerak kesana-kemari, kasian Abah sepertinya sangat kelelahan..." "Iya Nak.... baiklah, Ummi sama Abah tinggal dulu ya... Nak Rendi titip Humairah ya..."sebelum keluar Ummi menitipkan Humairah kepada sang suami Rendi Hermawan. "Iya.... Ummi sama Abah silahkan istirahat, tidak usah khawatirkan Humairah,dia sudah menjadi tanggung jawab saya, lagi pula kami su
Di saat Bang Rendi lagi melanjutkan santap siangnya aku segera masuk kedalam kamar mandi untuk segera mengganti pakaian yang aku kenakan ini dengan gamis yang biasa aku gunakan kalau lagi berada di dalam rumah.Aku lihat Bang Rendi juga sudah melepas jasnya,dia hanya mengenakan kemeja lengan panjang dengan menggulung setengah lengannya.Pemandangan seperti inilah yang selalu membuat jantungku berdebar kencang, penampilan Bang Rendi ini sangat menghipnotis perasaanku.Ada rasa aneh merayapi seluruh relung hatiku,ada rasa kagum, rasa cinta dan juga takut kehilangan,aku tidak tau apakah aku sudah mulai mencintai Bang Rendi seperti dulu lagi, entahlah... Setelah melepaskan pakaian yang tadi aku gunakan pada saat akad,aku langsung mengenakan gamis yang tadi aku sudah siapkan, terakhir aku akan mengenakan jilbab instan untuk menutupi mahkotaku, tiba tiba saja tanganku tertahan sepertinya ada orang yang menahannya.Refleks aku membalikkan badan dan langsung berhadapan dengan Bang Rendi,aku bisa
Melihat kedua orang tuanya Mas Irfan sudah masuk kedalam rumah dan menuju ke kamar pribadi mereka, Alma juga menyeret langkah kakinya menuju kamar yang dia tempati selama menikah dengan Irfan. Alma meletakkan buah hatinya dengan Irfan, seorang putri cantik yang kini sudah berusia kurang lebih 2bulan,di boks bayi yang sengaja di letakkan oleh Irfan di samping tempat tidur mereka berdua. Alma segera melepaskan hijab yang menutupi mahkotanya.Dia juga mulai melepaskan pakaian yang dia kenakan, gerakan tangannya terhenti seketika karena Irfan sang suami sudah memeluk dirinya dari belakang. "Dani...mas sangat menginginkan dirimu saat ini..."Irfan sudah mulai melayangkan kecupan mesra di tengkuk Alma. Seluruh bulu kuduk Alma meremang seketika.Apalagi dia merasakan deru nafas Irfan sudah berhembus dengan kasar di sekitar telinganya. "Mas...ini kan masih siang hari..." "Sejenak kapan ada aturan yang tidak memperbolehkan suami istri memadu kasih di siang hari, setahu Mas tidak ada itu atu
Tok...Tok...Bunyi suara pintu di ketuk dari luar, Humairah langsung membukanya dari dalam.Begitu pintu terbuka Humairah melihat Pak Heri sudah berdiri tegak di depan pintu."Assalamualaikum.. Bu."sapa Pak Heri."Waallaikum salam, silahkan masuk Pak.. silahkan duduk...."Humairah mempersilahlan Pak Heri masuk dan duduk di salah satu sofa yang ada didalam ruangan tempat dia di rawat."Terimakasih banyak Bu....""Maaf Pak Heri.. kalau hari ini aku sudah merepotkan Pak Heri...""Tidak apa-apa... Oh ya Bu selamat ya atas kelahiran putranya semoga menjadi anak yang Sholeh... aamiin.""Aamiin... terimakasih banyak atas doanya Pak..."Di saat Humairah dan Pak Heri lagi ngobrol tiba tiba saja Bang Rendi sudah datang bergabung dan duduk persis di samping Humairah bahkan kelihatannya sangat dekat tidak menyisakan jarak sama sekali."Selamat siang Pak Rendi...apa kabar" Sapa Pak Heri."Selamat siang juga Pak Heri... Alhamdulillah kami sehat..."Bang Rendi langsung menjawab perkataan Pak Heri deng
Setelah ngobrol sebentar dengan kami berdua, akhirnya Pak Heri pamit pulang, masih banyak perusahaan yang harus di selesaikan. "Pak... Bu.... saya kira sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan, saya pamit undur diri dulu, nanti kalau ada hal hal baru yang ingin ibu ketahui dan butuh penjelasan dari saya,ibu jangan sungkan untuk menghubungi saya... insya Allah saya siap untuk membantu ibu.... maaf Bu karena buru buru saya belum sempat kasih kado untuk si kecil, insya Allah kado dari saya akan menyusul...." "Sekali lagi terimakasih banyak Pak Heri sudah bersedia mau datang menemuiku hari ini, untuk kado si kecil aku rasa tidak perlu, sudah cukup dengan doanya saja..." "Iya Bu... maaf untuk kadonya si boy... tetap akan saya kirimkan, mengingat hubungan antara saya dan almarhum sangat dekat, jadi saya rasa tidak ada salahnya kalau saya mau memberikan sebuah kado untuk si kecil... walaupun harganya tidak semahal yang ibu dan bapak berikan,tapi ini sebagai wujud kasih sayang saya kep
Tidak terasa air mataku sudah jatuh luruh membasahi pipiku 'Mas maafkan aku... kalau selama ini secara tidak sadar aku sudah menyakiti hati dan perasaanmu, sungguh aku tidak bermaksud untuk menyakitimu.... sekali lagi maaf...tapi kenyataannya sekarang ini Mas.... aku sudah menikah dengan Bang Rendi.'rasa sesal menyeruak keseluruh relung hatiku. "Baby....kamu jangan sedih lagi ya... percayalah semuanya akan baik-baik saja...apa yang di rasakan Brian pada saat itu, sama dengan perasaan Abang sewaktu pertama kali mendengarkan kalian akan menikah,kecewa iya, sakit hati apalagi, semuanya campur aduk, hingga mengacaukan semuanya.Tapi Abang salut dengan Brian,dia tidak menyatakan rasa kecewa yang dia rasakan secara langsung, bahkan dia melakukan suatu hal yang sangat membuat hidup kamu sangat berarti..."kata kata Bang Rendi seketika membawa kesadaranku kembali.Bang Rendi menghapus air mataku dengan menggunakan jari jari tangannya, Bang Rendi juga membawa tubuhku kedalam pelukannya. "Bang..
Rasa kantuk juga ikut menyerang Bang Rendi, sekilas dia melirik brangkar tempat Humairah istirahat ada cela sedikit 'seperti muat ini kalau saya ikut gabung tidur dengan Humairah' Bang Rendi langsung naik ke atas brangkar dan berbaring di samping Humairah. Senyum manis tercetak indah di bibirnya Bang Rendi, dengan pelan dia merengkuh tubuh Humairah membawanya ke dalam pelukannya,dan akhirnya mereka tertidur dengan saling berpelukan. Humairah merasakan ada yang memeluk dirinya, karena terlalu mengantuk Humairah hanya menggeliatkan tubuhnya,dan membalas pelukannya Bang Rendi.Ada rasa nyaman merayapi hatinya, Humairah melanjutkan tidurnya kembali. Mereka berdua tertidur selama kurang lebih dua jam, mereka terbangun karena mendengar suara tangisnya Al Keenan yang sangat kencang dan memekakkan gendang telinga mereka berdua. Humairah belum sadar sepenuhnya,dia merasakan ada tangan yang melingkar di atas perutnya 'ini mimpi atau nyata ya,kenapa aku merasakan ada tangan yang sedang memelu
Bang Rendi melihat aku agak canggung pada saat mau menyusui Al Keenan,dia cukup tau diri segera menjauh dari tempatku dan Al Keenan. Bang Rendi duduk di sofa yang masih ada di dalam ruangan ini juga,dia mengeluarkan handponenya dari dalam saku celananya, entah apa yang lagi dia perhatikan karena kedua netranya menatap lekat lekat layar handphonenya. Alhamdulillah Al Keenan sudah kenyang, dengan sedikit menggoyangkan tubuhnya perlahan lahan dia sudah tertidur kembali.Aku langsung membaringkannya di atas brangkar tempat aku istirahat. Apa sih yang di perhatikan oleh Bang Rendi sepertinya serius sekali, bikin aku penasaran saja. "Bang...lagi liatin apa sedari tadi aku perhatikan serius sekali.... Abang lagi menyembunyikan sesuatu ya... bikin aku penasaran saja..."jiwa keingin tahuanku meronta ronta tidak tenang. "Ada deh... rahasia dong...."Bang Rendi bukannya menjawab keinginan tahuanku,malah semakin membuatku aku penasarannya saja. "Hiss...apaan sih...."aku langsung merebahkan tu