'Al Humaira Razak', dialah wanita yang sangat saya cintai, dialah yang merubah kehidupanku dari dunia yang kelam, yang penuh gelimang dosa,kini saya sudah meninggalkan semuanya, saya berusaha untuk tetap istiqamah dengan kehidupanku saat ini saya sudah meninggalkan semua yang berhubungan dengan masa laluku.
Saya tau kamu sangat mencintai diriku, tapi takdir berkata lain, saya meninggalkan dirimu tanpa memikirkan perasaanmu,demi memenuhi permintaan kedua orang tuaku yang telah berkorban banyak untuk diriku, hingga rela berpisah denganmu.saya harus melanjutkan studi ke luar negeri demi bisa menjalankan perusahaan kedua orang tuaku.
Humaira maaf saya yang telah menyakiti hati dan perasaan mu, untuk menebus semua kesalahanku kepadamu,saya tidak akan pernah menerima kehadiran wanita yang lain.Akan selalu saya simpan rasa cinta ini hanya untukmu sampai kapan pun.
Banyak kenangan tentang kita Humaira, saya tidak mampu mengingatnya hingga menguraikannya satu persatu.Mengingat semua itu hanya membuat hati saya tambah sakit Humaira.
Ting.ting.ting.
Notifikasi panggilan masuk di handphone yang ada di dalam saku celana ini, sehingga membuyarkan lamunanku semua tentang mu Humaira bidadari pujaan hatiku.
"Assalamualaikum Nak.. ini Mama."
"Waallaikum salam..ma.. maafkan Rendi ya belakangan ini belum sempat menemui mama dan papa di rumah. Insya Allah sebentar sore setelah pulang kantor saya akan pulang ke rumah."
"Iya Nak... mama sama papa selalu menunggu kedatanganmu,kami sangat merindukan mu Nak."
"Oke ma.. saya tutup dulu teleponnya, masih banyak pekerjaan yang harus Rendi selesaikan, Assalamualaikum."
"Waallaikum salam.. Sampai ketemu di rumah Nak." Mama langsung memutuskan telepon dari seberang sana.
Sudah jam 4 sore, waktunya untuk pulang ke rumah, tapi kali ini saya harus menemui mama sama papa.
Tok.tok tok.
"Assalamualaikum ma..."saya dengar langkah menuju pintu lalu
"Waallaikum salam.... Rendi, benarkah ini kamu nak, Mama kangen sekali."mama langsung memeluk saya dengan penuh haru sampai sampai mama tergugu menahan tangisnya.
"Iya ma...ini Rendi,saya sangat merindukan mama dan papa, maafkan Rendi ma.. baru bisa pulang menjenguk Mama sama Papa."saya juga langsung membalas pelukan wanita yang telah menjadi duniaku sedari saya menapakkan kaki di muka bumi ini sampai dengan sekarang ini.
Mama langsung membimbing saya masuk ke dalam rumah, di sana di sebuah sofa ruang keluarga ada seorang laki-laki yang sudah tidak muda lagi tapi masih cukup tangguh untuk menaklukkan dunia bisnis yang penuh trik licik.
"Assalamualaikum papa... maafkan Rendi yang telah mengabaikan Papa selama ini."saya langsung melabuhkan diri ini kedalam pelukannya.
"Waallaikum salam... Rendi, sudahlah nak yang terpenting saat ini kamu sudah mau pulang ke rumah, karena selama kamu pergi dan tidak mau pulang ke rumah ini,mama kamu setiap hari menangis meratapi kepergian mu.Maafkan Mama sama Papa juga Nak.. karena kami berdua, kamu rela meninggalkan dan melepaskan wanita yang sangat kamu cintai."walaupun papa seorang tua tapi tidak segan untuk meminta maaf kepada saya sebagai anaknya.
"Rendi.. bukalah pintu hatimu Nak untuk menerima kehadiran wanita lain dalam hidupmu, karena Humaira sekarang sudah bahagia dengan suami dan keluarganya,mama dengar kalau dia sudah memiliki 2 orang anak dalam pernikahannya, Mama mohon carilah pengganti dirinya untuk menemani sisa hidupmu Nak."Mama berusaha mengusik kesendirianku selama ini.
"Maafkan Rendi ma... Untuk saat ini saya belum bisa melupakan rasa bersalahku kepada Humaira."saya berusaha untuk menghindari apa yang di inginkan mama, untuk segera mencari pendamping hidupku.
"Rendi...mau sampai kapan kamu seperti ini...kamu itu sudah tidak muda lagi ingat usiamu sekarang sudah menghampiri kepala 4, tidak kau kasihan dengan kami yang sudah tua ini,kami tidak tau kapan datangnya kematian itu Nak...Mama sama Papa selalu berdoa memohon kepada Allah SWT agar kami berdua di beri kesempatan untuk melihat kamu menikah dan bahagia Nak."saya cukup tau diri ma,tapi saya tidak bisa mengikis semua rasa cinta untuk Humaira sang bidadari pujaan hatiku.
"Iya...ma.. nanti Rendi pikir kan lagi keinginan Mama."tak terasa waktu berlalu dengan cepat ini sudah jam 8 malam, saya pamit masuk istirahat ke kamar yang dulu saya tempati sewaktu saya masih tinggal di rumah ini, malam ini saya bermalam di sini tidak pulang ke apartemen yang telah saya tempati selama kurang waktu 10 tahun ini.
"Ma...pa.. Rendi masuk istirahat dulu rasanya lelah sekali tadi di kantor kerjaan banyak banget.."
"Iya Nak.... selamat beristirahat ya.."
Sampai di kamar saya langsung rebahan di kasur hingga akhirnya saya tertidur.
"Kakak...lihat deh.."Al Jazair sambil menyodorkan Notebooknya kepada Almeera. "Adik...ini Ayah kan,jadi hari ini pernikahan Ayah sama Tante Alma ya, Ayah kok tega ya menyakiti hati Bunda,kakak... benci sama Ayah, kakak... tidak akan pernah memaafkan ayah."Almeera sambil menelungkup kepalanya di atas bantal untuk menyembunyikan tangisnya. "Iya kakak...kenapa Ayah tega membohongi Bunda, katanya Ayah ada kerjaan di Bali padahal semua itu hanya alasan saja untuk menikahi Tante Alma, adik akan membuat ayah merasakan sakit hati seperti yang kita rasakan saat ini." "Adik... apa yang akan kita lakukan sekarang, kakak takut jangan sampai Bunda, gimana ini Adik..." "Kakak.. untuk sementara kita berdua diam saja dulu sambil menunggu kabar berita dari Ayah, tapi kakak dari kemarin handphone Ayah sibuk terus, Bunda bilang tidak bisa di hubungi,apa yang harus kita lakukan." "Adik... ayo kita lihat Bunda dikamar lagi ngapain ya.." Aku lagi beberes di kamar tidur,merapikan tempat tidur yang bias
Pagi di Bali. Tepat jam 10 pagi di sebuah hotel di Bali telah terjadi pernikahan antara Brian Aditama dan Alma Wardani, tidak seperti pernikahan pada umumnya yang di hadiri ratusan orang undangan baik itu dari keluarga maupun dari kolega bisnis,tapi pernikahan kali sangat sederhana. Setiap wanita pasti menginginkan sebuah pernikahan yang megah dan bertabur kemewahan,dan di hadiri oleh ratusan orang undangan untuk memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai,tapi pernikahan yang saya alami saat ini sangat membuat hati teriris bagaimana tidak, yang menghadiri pernikahan kami hanya orang tua saya, orang tua Mas Brian, Pak Heri sebagai saksi dan pek penghulu yang menikahkan kami. "Saya terima kawin dan nikahnya Alma Wardani binti Darsono dengan mas kawin tersebut tuuunai..." "Sah" "Sah" Itulah suara Mas Brian pada saat mengucapkan ijab Kabul dan suara orang yang hadir di pernikahan ku. Setiap wanita pasti menginginkan sebuah pengakuan dari dunia luar bahwa dia sudah memiliki sua
Mas Brian aku bersumpah akan membuat pernikahanmu dengan Humaira si anak kampung itu hancur lihat saja Mas aku pastikan hati istri tercintamu itu menangis darah,aku harus mendapatkan semua keinginanku.kalau aku tidak bisa mendapatkanmu maka Humaira si anak kampung itu juga tidak bisa memilikimu, itu janjiku Mas.Beruntung tadi pas waktu ijab Kabul aku sempat membayar karyawan hotel untuk mengambil beberapa foto dan merekam saat Mas Brian mengucapkan ijab Kabul."Mas mana foto dan rekamannya yang tadi kamu ambil,segera kirimkan sekarang saya tunggu.""Oke Mbak... Silahkan di lihat, saya sudah kirimkan, jangan lupa bayarnya."tidak lama kemudian tenggang waktu satu menit, suara notifikasi pesan masuk,aku sangat puas dengan apa yang kudapat kali ini,akan ku gunakan untuk menekanmu Mas Brian dengan foto foto ini bila perlu akan saya kirimkan ke handphonenya istrimu."Sya sudah kirimkan uang bayarannya sesuai dengan kesepakatan, ingat habis ini hapus semua file yang ada di handphonenya Mas
Tok.tok.tok. "Assalamualaikum Winda...."aku mengetuk pintu rumah sahabatku Winda, terdengar suara langkah kaki dari dalam menuju pintu utama,dan...Ceklek."Waallaikum salam..ayo masuk, Humaira tunggu sebentar ya saya mau siap siap dulu."aku langsung duduk di kursi sofa di ruang tamu, sambil menunggu Winda siap siap.Sebelum Winda masuk ke kamar untuk siap siap, sempat aku lihat Mas Reno suami Winda keluar dari ruang keluarga."Winda emangnya Mas Reno tidak kerja.""Mas Reno hari ini masuk kantor jam 10 karena tadi malam Mas Reno lembur sampai jam 10 malam katanya bos perusahaannya sekarang lagi di Singapura untuk menemui klien sekaligus investor dari luar negeri, jadi tadi pagi Mas Reno sudah menghubungi bos di kantornya kalau hari ini masuknya agak telat.""Ooo... gitu ya, Winda sebelum kita shopping, kita makan dulu,karena kalau kita sudah makan mau melakukan kegiatan apa saja akan berjalan dengan lancar.""Iya...." maaf kan saya Humaira, saya harus merahasiakan identitas bosnya M
Prang... Bukh... " Humaira... Humaira kamu kenapa ayo bangun jangan bikin saya panik."Winda berusaha membangunkan Humaira sambil menepuk tepuk kedua pipi Humaira. "Mas Reno... Mas Reno...ayo tolong kita antar Humaira ke rumah sakit, tiba-tiba dia jatuh pingsan, saya takut dia kenapa-napa."Mas Reno dengan sigap mengangkat tubuh Humaira ke mobil, saya langsung membukakan pintu mobil, Mas Reno membaringkan Humaira di jok belakang sambil saya memangku kepalanya. Sambil menyetir mobil Mas Reno mengirimkan voice note kepada Pak Wira sekretarisnya Bang Rendi isinya kurang lebih seperti ini 'Selamat pagi Pak hari ini saya datang ke kantor agak telat karena ada urusan mendadak, semua berkas yang di butuhkan Pak Rendi saya sudah kirim lewat email, apabila ada yang perlu di revisi, Pak Rendi bisa langsung menghubungi saya, terimakasih' setelah mengirimkan voice note kepada sekretarisnya Pak Rendi, Mas Reno langsung menaruh handphonenya di saku baju saja, katanya biar gampang di ambil kalau a
Sambil memangku kepala Humaira, Winda menghubungi Bi Jumi yang sedang menemani kedua buah hati Humaira di rumah. "Assalamualaikum Bi Jumi...ini dengan Winda temannya Humaira." "Waallaikum salam Bu Winda ada apa... kenapa bukan ibu Humaira sendiri yang menghubungi Bibi.." "Maaf Bi... saya menyampaikan berita kalau Humaira sekarang tidak sadarkan diri tadi tiba-tiba jatuh pingsan,tolong sampaikan kepada anak anak untuk menyusul saya ke rumah sakit Bakti Husada, sekarang kami sedang menuju ke sana, sekalian Bi saya titip anak anak tolong jaga dan temani mereka berdua ke rumah sakit." "Iya Bu Winda... terimakasih sudah mau menjaga dan membawa ibu Humaira ke rumah sakit, mengenai anak anak tidak usah khawatir ini sudah tugas bibi untuk menjaga mereka, Bu Winda...bibi tutup dulu mau membantu anak anak untuk siap siap ke rumah sakit, Assalamu'alaikum." "Waallaikum salam, Iya Bi... sekali lagi tolong titip anak anak, mereka pasti sedih mendengar Bundanya sakit."Winda mematikan sambungan
"Brian brengsek kamu sudah menyakiti hati Humaira, kenapa kamu melakukan semua ini padanya, kalau kamu sudah tidak menginginkan Humaira lagi, kenapa kamu tidak melepaskannya saja,kenapa kamu masih mengikatnya dengan tali pernikahan, Brian akan ku buat hidupmu menderita, saya akan menghancurkan seluruh hidupmu sampai kamu tidak bisa bangkit lagi."Bang Rendi memaki dan mengeluarkan sumpah serapah untuk untuk Brian, Winda bergidik mendengar semua yang dikatakan oleh Bang Rendi, Winda takut sekali jangan sampai apa yang di katakannya tadi benar-benar terjadi.Bang Rendi sangat marah setelah mengetahui semua yang terjadi dengan Humaira saat ini adalah ulah Mas Brian sendiri.Bang Rendi tidak rela melihat wanita yang telah merajai hatinya di sakiti, Bang Rendi masih sangat mencintai Humaira sampai detik ini, sehingga dia tidak pernah membuka pintu hatinya untuk wanita lain.Bang Rendi adalah pria yang sempurna dari fitur wajah sangat tampan memiliki tatapan mata yang tajam dan namun sangat
Tidak berapa lama Bang Rendi sudah keluar dari tempat Humaira di rawat, secara tidak sengaja sekilas Winda melihatnya kedua matanya merah Winda tidak tau apakah dia menangis atau sedang menahan emosi, melihat wanita yang sangat dia cintai, terbaring tak berdaya.Mas Reno pun tau seperti apa suasana hati bosnya itu. Mas Reno akhirnya mengerti,setelah mendengar perbincangan saya dengan Bang Rendi, yang notabene bos di perusahaan yang kini dia bekerja, kalau Ibu Humaira adalah wanita yang sangat dia cintai hingga saat ini. Mas Reno cukup paham dengan apa yang terjadi dalam kehidupan Bang Rendi yang selama ini, dia tidak pernah mendengar ataupun melihat Bang Rendi menjalin hubungan dengan wanita lain, ternyata semua ini ada hubungannya dengan Humaira. Di saat kami terdiam dengan pikiran yang bergelayut di atas kepala kami masing-masing tiba tiba kami mendengar ada suara tangis anak kecil sambil berlari menuju ke arah kami bertiga duduk,kami semua kaget apalagi Bang Rendi dia melihat waj