Tok.tok.tok. "Assalamualaikum Winda...."aku mengetuk pintu rumah sahabatku Winda, terdengar suara langkah kaki dari dalam menuju pintu utama,dan...Ceklek."Waallaikum salam..ayo masuk, Humaira tunggu sebentar ya saya mau siap siap dulu."aku langsung duduk di kursi sofa di ruang tamu, sambil menunggu Winda siap siap.Sebelum Winda masuk ke kamar untuk siap siap, sempat aku lihat Mas Reno suami Winda keluar dari ruang keluarga."Winda emangnya Mas Reno tidak kerja.""Mas Reno hari ini masuk kantor jam 10 karena tadi malam Mas Reno lembur sampai jam 10 malam katanya bos perusahaannya sekarang lagi di Singapura untuk menemui klien sekaligus investor dari luar negeri, jadi tadi pagi Mas Reno sudah menghubungi bos di kantornya kalau hari ini masuknya agak telat.""Ooo... gitu ya, Winda sebelum kita shopping, kita makan dulu,karena kalau kita sudah makan mau melakukan kegiatan apa saja akan berjalan dengan lancar.""Iya...." maaf kan saya Humaira, saya harus merahasiakan identitas bosnya M
Prang... Bukh... " Humaira... Humaira kamu kenapa ayo bangun jangan bikin saya panik."Winda berusaha membangunkan Humaira sambil menepuk tepuk kedua pipi Humaira. "Mas Reno... Mas Reno...ayo tolong kita antar Humaira ke rumah sakit, tiba-tiba dia jatuh pingsan, saya takut dia kenapa-napa."Mas Reno dengan sigap mengangkat tubuh Humaira ke mobil, saya langsung membukakan pintu mobil, Mas Reno membaringkan Humaira di jok belakang sambil saya memangku kepalanya. Sambil menyetir mobil Mas Reno mengirimkan voice note kepada Pak Wira sekretarisnya Bang Rendi isinya kurang lebih seperti ini 'Selamat pagi Pak hari ini saya datang ke kantor agak telat karena ada urusan mendadak, semua berkas yang di butuhkan Pak Rendi saya sudah kirim lewat email, apabila ada yang perlu di revisi, Pak Rendi bisa langsung menghubungi saya, terimakasih' setelah mengirimkan voice note kepada sekretarisnya Pak Rendi, Mas Reno langsung menaruh handphonenya di saku baju saja, katanya biar gampang di ambil kalau a
Sambil memangku kepala Humaira, Winda menghubungi Bi Jumi yang sedang menemani kedua buah hati Humaira di rumah. "Assalamualaikum Bi Jumi...ini dengan Winda temannya Humaira." "Waallaikum salam Bu Winda ada apa... kenapa bukan ibu Humaira sendiri yang menghubungi Bibi.." "Maaf Bi... saya menyampaikan berita kalau Humaira sekarang tidak sadarkan diri tadi tiba-tiba jatuh pingsan,tolong sampaikan kepada anak anak untuk menyusul saya ke rumah sakit Bakti Husada, sekarang kami sedang menuju ke sana, sekalian Bi saya titip anak anak tolong jaga dan temani mereka berdua ke rumah sakit." "Iya Bu Winda... terimakasih sudah mau menjaga dan membawa ibu Humaira ke rumah sakit, mengenai anak anak tidak usah khawatir ini sudah tugas bibi untuk menjaga mereka, Bu Winda...bibi tutup dulu mau membantu anak anak untuk siap siap ke rumah sakit, Assalamu'alaikum." "Waallaikum salam, Iya Bi... sekali lagi tolong titip anak anak, mereka pasti sedih mendengar Bundanya sakit."Winda mematikan sambungan
"Brian brengsek kamu sudah menyakiti hati Humaira, kenapa kamu melakukan semua ini padanya, kalau kamu sudah tidak menginginkan Humaira lagi, kenapa kamu tidak melepaskannya saja,kenapa kamu masih mengikatnya dengan tali pernikahan, Brian akan ku buat hidupmu menderita, saya akan menghancurkan seluruh hidupmu sampai kamu tidak bisa bangkit lagi."Bang Rendi memaki dan mengeluarkan sumpah serapah untuk untuk Brian, Winda bergidik mendengar semua yang dikatakan oleh Bang Rendi, Winda takut sekali jangan sampai apa yang di katakannya tadi benar-benar terjadi.Bang Rendi sangat marah setelah mengetahui semua yang terjadi dengan Humaira saat ini adalah ulah Mas Brian sendiri.Bang Rendi tidak rela melihat wanita yang telah merajai hatinya di sakiti, Bang Rendi masih sangat mencintai Humaira sampai detik ini, sehingga dia tidak pernah membuka pintu hatinya untuk wanita lain.Bang Rendi adalah pria yang sempurna dari fitur wajah sangat tampan memiliki tatapan mata yang tajam dan namun sangat
Tidak berapa lama Bang Rendi sudah keluar dari tempat Humaira di rawat, secara tidak sengaja sekilas Winda melihatnya kedua matanya merah Winda tidak tau apakah dia menangis atau sedang menahan emosi, melihat wanita yang sangat dia cintai, terbaring tak berdaya.Mas Reno pun tau seperti apa suasana hati bosnya itu. Mas Reno akhirnya mengerti,setelah mendengar perbincangan saya dengan Bang Rendi, yang notabene bos di perusahaan yang kini dia bekerja, kalau Ibu Humaira adalah wanita yang sangat dia cintai hingga saat ini. Mas Reno cukup paham dengan apa yang terjadi dalam kehidupan Bang Rendi yang selama ini, dia tidak pernah mendengar ataupun melihat Bang Rendi menjalin hubungan dengan wanita lain, ternyata semua ini ada hubungannya dengan Humaira. Di saat kami terdiam dengan pikiran yang bergelayut di atas kepala kami masing-masing tiba tiba kami mendengar ada suara tangis anak kecil sambil berlari menuju ke arah kami bertiga duduk,kami semua kaget apalagi Bang Rendi dia melihat waj
Abah baru menyadari kalau ada Bang Rendi di sini.Bang Rendi langsung berjalan kearah Abahnya Humairah dan langsung bertekuk lutut sambil berbicara. "Abah... ummi... maaf kan Rendi, ini semua gara gara Rendi hingga akhirnya Humaira menderita seperti sekarang ini, seandainya 12 tahun yang lalu Rendi tidak meninggalkan Humaira untuk belajar ke luar negeri, mungkin sekarang ini dia tidak akan terbaring di dalam sana."Bang Rendi berusaha menahan rasa sakit di dalam dadanya. "Nak Rendi...ini sudah menjadi takdir dan ketentuan Allah SWT, kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya nanti,kita sebagai hamba-Nya hanya menjalankan saja apa yang telah digariskan oleh Allah SWT, tidak ada seorangpun yang mampu melawan takdir Allah SWT."Abah mengusap punggung Bang Rendi dan membimbingnya untuk berdiri. "Ayo berdiri Nak Rendi... tidak baik di lihat orang." "Iya Abah..."Rendi kembali berdiri persis di depan Abah Malik. "Kakak... adik ... kalian sudah menghubungi Ayah kalian atau belum." "Ka
"Pak Heri...tolong tangani wanita ini jangan biarkan dia lolos, silahkan kamu atasi dia sesuai dengan cara pak Heri lakukan selama ini, dan jangan sampai ada yang tau,dan tolong hubungi markas untuk menyiapkan jet pribadi, sekarang juga saya akan terbang ke Jakarta."Alma mendengar apa yang di instruksikan Mas Brian kepada Pak Heri seluruh tubuhnya bergetar karena ketakutan. "Baik Pak ... Silahkan kembali ke Jakarta untuk menemui ibu Humaira, mengenai masalah yang ada di sini, bapak tidak perlu khawatir, nanti saya yang akan tangani."Mas Brian berjalan keluar dari kamar yang ditempati oleh Bu Alma sambil mengeluarkan handphonenya dari dalam saku celana untuk menerima panggilan masuk. "Assalamualaikum Pak.." "Waallaikum salam Bu Marissa...Apa ada sesuatu yang penting.." "Iya Pak.... gawat sekarang juga bapak segera pulang ke Jakarta keadaan perusahaan sangat menghawatirkan saham perusahaan turun drastis, bapak silahkan nonton TV berita head line News hari ini sudah di siarkan secar
Menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit penerbangan dari Bali ke jakarta. Mas Brian telah mendarat dengan selamat tepat dihalaman perusahaannya, karena di area perusahaannya telah disediakan lapangan apabila sewaktu-waktu Mas Brian melakukan perjalanan dengan menggunakan jet pribadinya. Baru melangkah beberapa langkah menuju ke mobil yang telah di sediakan handphonenya Mas Brian terdengar notifikasi panggilan masuk. Ting, Ting. Mas Brian mengeluarkan handphonenya dari dalam saku celana dan melihat panggilan masuk dari Abah, segera menerimanya. "Assalamualaikum Nak Brian, kalau bisa sekarang juga ke rumah sakit Bakti Husada, Humaira sekarang sedang dirawat di sini." "Waallaikum salam Abah.. insya Allah sebentar lagi saya akan ke sana, Abah bagaimana keadaannya Humaira." "Keadaan Humaira belum ada perkembangan sedari tadi ia masuk ke ruang UGD, sampai saat ini dia belum sadarkan diri,dan masih di tangani oleh dokter, secepatnya Nak... Abah tunggu ada yang perlu kita bicarakan te