Mas Brian baru saja selesai melaksanakan shalat Jumat di masjid yang berada di area perusahaannya, dia kembali masuk ke dalam ruangan kerjanya, untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena Mas Brian tinggalkan sebelumnya untuk melaksanakan shalat Jumat. Ting.ting. Bunyi notifikasi panggilan masuk di handphonenya, Mas Brian segera meraih handphonenya yang berada di atas tumpukan kertas laporan yang belum dia selesaikan. Mas Brian melihat nama sekretarisnya yang terpampang di layar ponselnya, dia langsung menerimanya. "Selamat siang Pak... barusan dari pihak klien kita yang datang dari luar daerah itu menghubungi saya, beliau membatalkan pertemuannya dengan bapak, beliau ada urusan keluarga yang mendadak dan tidak bisa di tinggalkan, anaknya masuk rumah sakit,dan sekarang beliau sudah pulang, beliau juga menyampaikan akan menghubungi saya kembali untuk buat janji bertemu dengan bapak, setelah urusannya selesai." "Oh... Begitu ya,oke tidak apa-apa, terimakasih banyak
Hmm... Perlahan lahan aku buka kedua mata ini, sambil mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya mendiami ragaku, sejenak kulirik jam yang menggantung di bagian atas dinding samping kanan tempat tidurku waktu sudah menunjukkan jam 5 sore,cukup lama juga aku tertidur hari ini,aku merenggangkan semua bagian otot tubuhku dengan merentangkan kedua tanganku. Alhamdulillah kepalaku sudah tidak pening dan sakit lagi. Pada saat aku menoleh kearah kiri tubuhku, secara tidak sengaja aku melihat sosok yang beberapa hari belakangan sangat aku rindukan,eits... apakah ini nyata atau hanya khayalanku semata,aku coba cubit tangan ku,'sakit ' ini benaran Mas Brian aku tidak bermimpi. Mas Brian merasa aku memperhatikan dirinya, dia menatapku sembari berjalan mendekat kearah tempat tidur dan naik duduk di atas kasur persis di samping kanan ku. Mas Brian baru saja selesai menunaikan shalat ashar. "Assalamualaikum Bunda..." "Waallaikum salam Mas..." Aku menyalami tangan imanku, bukannya Mas Brian mele
Aroma udang goreng krispi keluar dari boks makanan yang sudah dibuka satu persatu tertata rapi di atas meja makan,menguar kemana-mana membuat indra penciuman siapa saja tergelitik. Tanpa mengeluarkan suara dan tenaga untuk memanggil kedua buah hatiku itu,indra penciuman mereka sendirilah yang menuntun langkah keduanya menuju ke meja makan. "Kakak...adik...ayo makan ini semua makanan kesukaan kalian berdua sengaja kakek pesan dari restoran." "Iya kakek... waow enak enak semua ini, kakak...ayo jangan biarkan cacing cacing yang ada di dalam perut kakak itu meronta karena terlalu lama tidak di kasih makan.he..he.."anak laki lakiku itu sangat girang sekali sambil terkekeh melihat semua makanan yang ada di depan matanya. "Iya adik... perut kakak sudah keroncongan minta di isi.."Almeera juga tidak mau kalah dengan Al Jazair. Sebelum menyantap makanan yang ada di depan kami semua terlebih dahulu membaca doa itu sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada k
Abah sama Ummi sudah masuk istirahat duluan kedalam kamar, tinggallah Mas Brian dan kedua anaknya. Abah sama Ummi selalu memperhatikan kualitas waktu istirahatnya dan menjaga asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh mereka berdua, aga tidak gampang jatuh sakit, karena di usia mereka sekarang ini cukup rentan terhadap berbagai macam jenis penyakit. Satu hal yang mas Brian yang pelajari dari kehidupan keluarga Abah dan Ummi, mereka berdua selalu saling memperhatikan, saling menghargai satu sama lainnya dan cinta mereka tidak lekang dimakan waktu dan usia sampai sekarang ini. Usia Abah Malik sudah memasuki kepala angka 6 tapi beliau masih cekatan dalam mengurus beberapa bisnis yang Abah geluti, walaupun Abah sama Ummi dari kampung tapi pendidikan mereka berdua itu cukup mencengangkan Abah sama Ummi bertitel sarjana.makanya Abah punya beberapa bisnis sementara ummi hanya mengurus keluarga saja Abah tidak mengizinkan ummi bekerja. Walaupun Abah sama ummi memiliki banyak penghasilan,tapi m
Ceklek. Mas Brian membuka pintu dari luar dan menutupnya kembali, dia melangkah masuk menjatuhkan bobot tubuhnya diatas tempat tidur, Mas Brian melihat aku lagi duduk sandaran di sisi tempat tidur sambil memainkan game online yang ada di handphone. "Bunda... kenapa belum tidur, apakah tubuh Bunda masih ada yang sakit, atau sengaja tungguin Mas karena kangen."Mas Brian sengaja mensejajarkan tubuhnya denganku, Mas Brian juga mengerlingkan sebelah matanya untuk menggodaku "Tubuhku sudah sehat, siapa juga yang tungguin Mas,aku itu belum mengantuk karena siang tadi aku tidur cukup lama kurang lebih 3 jam, Mas saja yang kepedean." "Begitu ya.. berarti Mas saja dong yang kangen dan rindu berat sama Bunda." Mas Brian sengaja merapat tubuhnya kepadaku tanpa membuang waktu Mas Brian merengkuh tubuhku kedalam pelukannya. Jantungku berdebar kencang, seperti mau copot dari tempatnya, bukan hanya itu mukaku sudah merona merah seperti buah tomat,karena Mas Brian tiba tiba saja mencium tengkukku
Bulu kudukku meremang seketika, alam bawah sadarku juga bereaksi secara spontan, secara naluri aku berusaha untuk menolak perlakuan Mas Brian,tetapi sepertinya naluriku kalah dari reaksi tubuh ini, secara spontan merespon dengan cepat atas semua perlakuan Mas Brian. 'Di bagian sisi lain hatiku masih menyimpan rasa sakit atas semua kebohongan yang kamu lakukan mas, akan tetapi di sisi lainnya aku menginginkan sentuhan sentuhan lembut dan penuh hasrat darimu Mas' ada apa dengan diriku ini. "Bunda... saya tau mungkin secara naluri Bunda menolak semua yang saya lakukan sama Bunda,tapi tubuh Bunda justru berkehendak lain, Bunda...tolong jangan abaikan saya...."Mas Brian semakin mempererat pelukannya"Bunda... saya sangat menginginkan Bunda saat ini, saya mohon Bunda... "suara Mas Brian semakin serak seperti lagi menahan beban berat yang ada dalam dirinya. Aku hanya bisa pasrah dan diam, tidak tau apa yang harus aku lakukan,aku berusaha membalik tubuh untuk berhadapan langsung dengan Mas
Aku keluarkan semua bahan yang ada di dalam kulkas,menu sarapan pagi hari ini, yang seperti biasanya,nasi goreng seafood lengkap,di tambah dengan telur omelette, ayam goreng mentega dan ikan gurame goreng biasa. Kurang lebih 20 menit aku berperang dengan berbagai peralatan dapur, akhirnya selesai juga hidangan yang aku masak,aku tata semua atas meja makan, tidak lupa aku juga menyiapkan susu hangat untuk menemani sarapan pagi kami hari ini. Aroma nasi goreng yang menguar kemana-mana, mengecoh indra penciuman siapa saja yang menghirup, Almeera dan Al Jazair sudah berlari menghampiri meja makan, mereka sudah duduk di kursi meja makan yang tersedia,aku melangkah untuk memanggil Abah sama Ummi tapi baru beberapa langkah aku sudah berpapasan dengan mereka berdua, rupanya Abah sama Ummi sudah mencium aroma masakan yang aku sajikan,aku mempersilahkan Abah sama Ummi untuk duduk di kursi meja makan,aku lanjutkan langkah kakiku untuk memanggil Mas Brian yang sedari tadi belum keluar dari kama
Aku mempersilahkan Abah sama Ummi dan juga kedua buah hatiku itu untuk meninggalkan meja makan,aku membereskan meja makan dari semua piring kosong bekas kami pakai makan, Mas Brian juga ikut membantuku mengangkat semua piring kosong yang telah aku susun dan membawanya ke wastafel dapur untuk segera aku bersihkan, tidak memakan waktu terlalu lama semu piring dan peralatan dapur bekas aku pakai memasak tadi, sudah bersih semua dan sudah tertata rapi kembali ke tempatnya semula, ini semua berkat bantuan dari Mas Brian akhirnya cepat selesai. "Mas.. makasih ya.." "Iya sama-sama... tidak apa apa mulai sekarang Mas tidak akan membuat Bunda kelelahan, selagi saya berada di rumah, kecuali olahraga di atas tempat tidur, saya tidak jamin untuk yang satu itu."Mas Brian masih saja menggodaku, dia sengaja mengerlingkan sebelah matanya kearahku, sambil tersenyum sumringah. "Terserah Mas aja deh."aku malas berdebat kalau aku ladeni perkataan Mas Brian,itu tidak akan ada habisnya. Aku lihat Abah