“Gila!? Lo serius?” tanya Putra. Haris hanya mengangguk lemas.
Laki-laki itu sudah menceritakan semua masalahnya dengan Karina kepada Putra, Hugo, bahkan Felix. Haris sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan mantan kekasihnya yang sangat obsesif dengannya. Ia membutuhkan saran dan solusi untuk segera menyelesaikan masalah tersebut dengan meminta tolong kepada teman-temannya. Teman-temannya pun kaget mendengar cerita dari Haris, apalagi Putra dan Hugo. Mereka pikir hubungannya dengan Karina berakhir ketika selesai berfoto bersama di pantai Bali. Nyatanya, masalah mereka masih berlanjut sampai sekarang.
“Marsha tau?” tanya Hugo. Haris pun menggeleng dengan cepat. Ia lalu berkata, “Dia nggak tau. Tapi yang bikin parah itu tetangga barunya tau.”
“Tetangga baru?” tanya Hugo.
“Marsha punya tetangga laki-laki yang baru aja pindah minggu lalu. Dia sekarang mahasiswa semester satu, yang bikin parah lagi ter
Satu minggu lagi Ujian Akhir Semester akan datang. Banyak murid yang menghabiskan sisa waktu mereka untuk belajar dan tambahan bimbingan. Terlebih bagi murid kelas 11 yang sebentar lagi akan menginjak kelas 12. Mereka harus belajar lebih ekstra agar nantinya sanggup untuk menghadapi ujian masuk ke perguruan tinggi. Seharusnya hal ini akan terasa mudah bagi Haris karena ia diberikan kelebihan pada otaknya sehingga bisa lebih unggul dari teman-temannya. Ia tidak perlu belajar lebih ekstra karena Haris sudah lebih dahulu mendalami materi kelas 12 ketika mengikuti olimpiade. Akan tetapi, ia juga tetap mempelajari ulang materi untuk Ujian Akhir Semester besok.Namun, ketika akan mulai belajar, tiba-tiba saja sumber masalahnya datang. Karina, perempuan itu meminta kepada Haris untuk menemaninya lari pagi. Biasanya di hari Minggu ini Haris selalu mengajak Marsha untuk lari pagi bersama. Akan tetapi, mantan kekasihnya ternyata lebih cepat dalam bertindak. Buktinya kini Karina sudah b
Tiga hari telah berlalu sejak Marsha melihat kekasihnya sedang sarapan bersama dengan perempuan yang sebelumnya ia temui di perpustakaan. Marsha tidak menyangka jika Karina yang kemarin ia temui adalah mantan kekasih Haris yang berfoto dengan Haris saat di Bali. Marsha merasa sangat bodoh karena tidak mengetahuinya terlebih dahulu. Sejak tiga hari tersebut Marsha juga menghindari untuk tidak bertemu dengan Haris. Ia bahkan tidak mengunjungi kantin ketika istirahat dan hanya keluar dari kelas saat jam pelajaran telah usai.Ishak, sang tetangga, sudah tiga hari ini mengantarkan Marsha ke sekolah. Bukan Marsha yang memintanya, tetapi ia menawarkan dirinya untuk mengantar bahkan kadang menjemput Marsha sepulang sekolah. Marsha pun tidak merasa risih dengan hal tersebut, ia justru berterima kasih kepada Ishak karena telah memberinya bantuan. Marsha juga mulai membuka diri kepada Ishak dan menjadikannya sebagai tempat berkeluh kesah selain Lia. Ia meluapkan semua perasaannya kepada
Penjas Orkes. Salah satu mata pelajaran yang Marsha tidak sukai. Hari ini adalah hari kelima Ujian Akhir Semester dengan dua mata ujian yaitu Penjas Orkes Prakarya. Sebenarnya kedua pelajaran ini memiliki teori yang cukup mudah. Namun, yang membuatnya menjadi susah adalah praktiknya karena saat sedang pelajaran guru lebih sering mengajarkan melalui praktik kelompok. Hal itu merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian murid laki-laki karena lebih mementingkan fisik dibanding otak. Akan tetapi, bagi murid perempuan merupakan salah satu hal yang cukup merepotkan. Untung saja setiap pelajaran Marsha selalu mencatat apa saja yang diucapkan oleh guru sehingga ia belajar dari catatannya tersebut.Hari ini pun termasuk hari yang santai. Biasanya para murid akan duduk di depan kelas sambil belajar bersama tetapi hari ini para murid banyak yang mengunjungi kantin untuk makan. Sama seperti Marsha hari ini, ia sedang duduk di salah satu bangku di kantin bersama dengan Lana. Marsha tida
Seperti rencana yang kemarin Haris dan Marsha buat, laki-laki itu kini sudah berdiri di depan rumah Karina untuk mengajaknya pergi. Haris sudah membuat janji dengan Karina pada hari Minggu setelah UAS berakhir untuk pergi menonton film bersama. Perempuan itu tentu saja menerima ajakan dari Haris tanpa pikir panjang. Karina tidak tahu saja jika semua ini adalah sandiwara yang dibuat oleh Haris. Laki-laki itu berusaha membuat Karina senang hingga berbunga-bunga setelah itu ia jatuhkan.Beberapa menit kemudian, Karina keluar dari rumahnya dengan balutan celana jeans panjang dan blouse berwarna merah muda ditambah dengan rambut yang diikat kuda serta make up tipis yang menempel di wajahnya. Perempuan itu tersenyum bahagia. Selain itu, Haris hanya mengenakan celana jeans hitam dan kaus putih polos dengan jaket kulit berwarna hitam. Penampilannya tentu saja membuat Karina terpesona dengan ketampanan sang mantan kekasih. Haris lantas berjalan menu
Di sinilah mereka sekarang. Sudah ada empat orang yang duduk saling berhadapan di salah satu kafe. Terdapat Karina, Ishak, Marsha, dan tentu saja Calvin. Karina sendiri menerima tawaran dari Marsha untuk menemaninya sedangkan Ishak ikut bersama mereka setelah Marsha menceritakan semua kepadanya. Ishak tidak tahu jika teman satu tongkrongannya ini memiliki kebiasaan yang buruk ketika memiliki hubungan dengan seseorang. Ia pikir Calvin adalah anak yang baik dan lembut kepada perempuan. Akan tetapi, sifat kasarnya ternyata sangat berkebalikan ketika ia selalu manggung dengan menyanyikan lagu-lagu indie yang lembut. Belum ada satu pun yang mengeluarkan suara. Mereka berempat masih bergelut dengan pikirannya masing-masing. Sejujurnya saat ini Karina merasa takut untuk bertemu dengan Calvin karena ia sudah lama tidak bertemu dengannya. Akan tetapi, perasaannya menjadi lebih baik ketika Marsha ikut datang menemaninya. Karina sangat berterima kasih pada Marsha karena sudah
Hari ini adalah hari terakhir Marsha dan teman-temannya berada di kelas 11 karena saat ini adalah jadwal untuk penerimaan rapor murid. Sudah banyak orangtua dari murid yang berdatangan menuju ke kelas anak mereka masing-masing. Ketika orangtua mereka sedang mengambil rapor di kelas, para murid banyak yang menunggu di depan kelas bahkan di kantin. Seperti Marsha dan Lia saat ini. Mereka berdua sedang duduk di kantin sambil memakan camilan dan minuman bersama. Disusul oleh Haris dan ketiga temannya yang ikut duduk satu meja bersama dengan Marsha dan Lia. “Orangtua lo yang dateng siapa, Ris?” tanya Putra setelah mereka duduk di kursi masing-masing. Haris kini sudah duduk manis di sebelah Marsha dan asyik mengobrol berdua dengan kekasihnya. “Oh, ternyata lagi sibuk pacaran,” sungut Putra. Ia kemudian beralih menanyakan kepada tiga temannya yang lain, yakni Felix, Hugo, dan Lia. “Gue nggak ada yang dateng ambil rapor,” ujar Felix. Lia menaikkan alisnya ketika mendengar ja
Esoknya, Haris, Felix, Putra, dan Hugo sudah berada di lapangan stadion pada pagi hari. Mereka kini sedang menunggu Ishak untuk melakukan latihan fisik bersama. Tak lama kemudian muncul Ishak bersama seorang laki-laki asing di belakangnya. Ishak melambaikan tangan kepada Haris dan menghampiri mereka berempat diikuti dengan temannya di belakang. “Nunggu lama nggak?” tanya Ishak sesampainya di depan Haris dan teman-temannya. “Enggak kok, Bang,” jawab Haris. Hubungan Haris dan Ishak menjadi lebih akrab ketika mereka sering bertemu di rumah Marsha. Haris juga mengubah sapaan Ishak yang awalnya Kak berubah menjadi Bang agar lebih akrab. Ia lalu bersalaman dengan Ishak diikuti oleh ketiga temannya. Mereka juga tidak lupa untuk bersalaman dengan teman Ishak. “Kenalin, Bang Bayu, kakak tingkat gue. Dia juga besok ikut kita ke Papandayan,” ucap Ishak memperkenalkan temannya kepada Haris dan teman-temannya. Bayu tersenyum dan menyapa mereka, “Salam kenal, ya, Bro. Pan
Mobil CR-V berwarna putih sudah terparkir di depan rumah Marsha. Hari ini adalah hari keberangkatannya menuju ke Swiss, tepatnya Zurich, di mana sepupunya tinggal. Sudah ada satu koper berukuran cukup besar dan tas ransel di bangku teras. Haris sudah siap mengantarkan kekasihnya ke bandara menggunakan mobil. Meskipun ia masih SMA, tetapi Haris sudah bisa mengendarai mobil, bahkan sejak awal SMA. Perempuan yang ditunggu belum juga keluar dari kamarnya. Marsha masih sibuk berdandan dan memilih pakaian yang tepat untuk berangkat ke Zurich.“Maaf, ya, Ris, nunggu lama,” ujar Marsha yang baru saja keluar. Haris yang tadinya sedang duduk bangkit dan menghadap kekasihnya. “Nggak apa-apa, masih ada yang perlu dibawa lagi nggak?” tanya laki-laki itu. Haris lantas mulai memasukkan koper Marsha ke dalam bagasi mobilnya.“Nggak ada deh kayaknya, bentar aku cek lagi,” timpal Marsha. Haris mengangguk dan menjawab, “Santai aja, masih dua jam