'Sungguh menyebalkan, Emangnya enak dicuekin kayak gini!' Aku terus saja menggerutu kesal sepanjang acara makan siang itu, dia terus saja berbicara berdua tanpa mempedulikan aku, dia dengan manisnya menawarkan minum pada Bu Fanny, akuuu ... malah dia cuekkan.Apa aku hanya dianggap nyamuk di sini, sial!!Aaaah ... lama-lama aku kesal dicuekkan begini mendingan aku balik aja ke kantor, jelas-jelas aku mungkin bisa menikmati makan siangku dengan tenang dan tentu saja lahap, perutku udah lapar tapi dia sama sekali tak menghiraukan aku.kasih minum kek, aduuuh ... ngomong aja terus, ini lagi Bu Fanny asyik aja ngobrol sama Pak William. Waduuuh ... dia tak berkedip gitu lihatnya, ini kayaknya sama-sama pemain kayaknya satu playboy yang satu playgirl.Aaah ... udah ah, aku mau balik aja, tingkat kesabaranku udah abis, perutku udah meronta-ronta ingin diisi.Aku pun hendak pergi, baru saja aku mau berdiri, tanganku dicekal Pak William, "Mau ke mana, Firli Sayang?" bisiknya dengan nada manja.
Aku masih belum rela kalau dia sampai datang ke rumahku dan kalau benar dia bilang gitu sama orang tuaku gimana, dia kan agak sengklek otaknya, sukanya bikin aku jengkel."Tapi Pak ..." Aku masih berusaha menolaknya."Udah gak ada tapi-tapian lagi, besok pukul tujuh kamu siap yah, chat alamat kamu! Ini ponsel saya, masukkan nomor kamu!" Dia menyerahkan ponselnya padaku.Aku paling malas memberikan nomorku pada orang lain, tapi yah gimana lagi, dia itu bosku, aku pasrah saja."Ini sudah, sekalian alamatnya juga sudah.""Oke, Firlita selamat bekerja kembali!" Dia memasuki ruangan kerjanya lagi.Teman-temanku lalu mengerubuniku, mereka mau tahu bagaimana acara makan siangku dengan Pak William yang mereka curigai sebagai acara pendekatan Pak William padaku."Gimana sukses acara PDKTnya?" tanya Sinta."Pak William nembak langsung gak?" Tari pun ikut bertanya."Kalian iiih ... semua yang kalian sangka itu salah semua, pak William itu ngajak aku makan siang itu mau ketemuan sama Bu Fanny, pe
"Kita udah sampai, ayo!" ujar Pak William setelah memberhentikan mobilnya di salah satu restoran."Loh kok ke sini, Pak? Ini kan restoran?" tanyaku heran."Ya memang ini restoran. Emangnya dikira ini apaan?""Iya maksudnya bukannya kita mau ke perusahaan iklan yah?""Ini masih pagi, saya belum sarapan temani saya sarapan dulu!"'Hadeeeuh ... udah tahu kepagian kenapa janjian jam segini, dasar bos nyusahin aja!' gumamku menggerutu sepanjang jalan memasuki restoran itu.Melangkah dengan langkah malas, menghampiri meja yang dia tunjuk."Kamu mau makan apa?" tanyanya."Saya sudah sarapan Pak. Saya beli minum sajalah!""Oh, yang sudah jangan ngences yah, kalau saya lagi makan, hahaha!" Dia seneng sekali bikin aku kesal.'Ngences, emang aku anak kecil!' gerutuku dalam hati.Berbagai makanan enak tersaji di atas meja. 'Ya ampun, masa sepagi ini dia mau makan steak, yang bener aja!'Aroma steak itu begitu menggugah selera, apalagi saosnya yang menetes dari daging panggang itu terlihat begitu
"Dari mana Fir, kok baru dateng?" tanya Shinta ketika aku baru sampai."Aku ada janji ketemuan sama tim kreatif perusahaan iklan.""Ngapain?""Ya mau pesan iklanlah, masa mau bikin bakso, sih!"Tak lama terlihat Pak William juga datang, dia melewatiku dan Shinta, tanpa berkata apapun."Pak William juga baru dateng, heeemm ... apa kaliaaan ..." Shinta dan Tari melihat ke arahku."Kami apa?" tanyaku sedikit tegang aku tahu mereka curiga antara kami ada apa-apa."Aha ... kamu datengnya barengan yah?" "Eng-enggak kok, kami janjian di perusahaan iklan itu, lalu kami ke sini juga masing-masing!" sangkalku, aku gak mau sampai mereka tahu kalau kami memang pergi bareng bahkan Pak William sampai mendatangiku ke rumah."Oooh ... !" Mereka pun balik ke mejanya masing-masing tanpa bertanya apa-apa lagi.*****"Fir, nanti pulangnya saya anter yah?" ajak si Pak William, ketika aku ke pantry hendak membuat kopi."Gak usah, Pak. Saya bisa kok pakai taksi online." Aku langsung menolaknya, sembari me
Aku malas sekali melihat dia, "Ini Pak William klien saya yang ingin iklannya dibintangi Nona Fayra.""Oooh ...!" Dia tampak berbinar saat berkenalan dengan Pak Willy."Kenalkan saya Fayra, Hmmm siapa tadi namanya, Pak?" Suaranya dia buat manja menyebalkan sekali, dasar cewek playgirl baru lihat cowok cakep aja kegatelan gitu."Saya William, panggil saya Willy.""Oooh ... Pak William.""Kenalkan ini assisten saya, Firlita!""Kamuuu ...!!" teriaknya, seperti terkejut melihat wajahku sepertinya dia masih mengenalku saat aku melabraknya dulu, padahal aku sudah merubah penampilanku."Apa kalian saling mengenal?" tanya Pak William."Tidaaaak ... mungkin dia salah orang! Aku gak pernah melihatnya." Aku pura-pura tidak mengenalnya, males juga harus mengenal orang yang menyebalkan kayak dia.Dia tampak kesal, tapi tetap bersalaman denganku. "Sepertinya aku memang salah orang, ada seseorang yang mirip tapi memang bukan anda orangnya.""Ya udah ayo kita ke ruang rapat saja. Biar semua tim kreat
"Apa Nona sendirian?" tanya pria itu kemudian seperti berpura-pura melihat mesin mobilku."I-iya, Pak." "Tampaknya, ini rusaknya parah, Nona.""Waduh gimana dong saya pulangnya?""Gimana kalau kita antar saja?" tawar salah satu pria itu sambil menaik turunkan alisnya."Naik apa?" tanyaku."Itu!" tunjuk pria itu pada motor bebek tua yang terparkir tak jauh dari mobilku.What! Motor butut itu!! Gak mau banget!!"Motor, gak Pak saya gak mau, saya gak biasa naik motor!" tolakku."Ayolah Nona, kami antar saya tidak tega melihat Nona sendirian di sini!" Pria itu sepertinya hendak memaksaku menaiki motornya."Eeeeuh ... Kita bertiga masa mau naik satu motor!" tolakku lagi, sambil menengok keadaan sekeliling siapa tahu ada orang."Bisa Nona, Nona kan bisa di tengah duduknya, enakkan jadi anget diapit sama kami, hahaha ...!"Omongan mereka mulai kurang ajar, aku harus bisa membuat mereka pergi."Enggak usah Pak, bentar lagi temen saya datang," aku berusaha menolaknya dengan sopan."Yang bener
Jas yang dipinjamkan padaku malam itu aku gantung di kamarku, entah kapan aku bisa bertemu sang penolong itu.Aku pun berharap nanti saat mobilku dikembalikan, aku bisa bertemu lagi Om penolongku.Nyatanya, begitu aku mendapatkan kabar soal mobilku bukan Om itu yang menghubungiku, tapi dari pihak bengkel.[Dengan Mbak Fayra?][Iya, saya sendiri][Mobil Mbak sudah selesai, tinggal diambil saja di bengkel kami, di bengkel Surya][Iya Pak, saya akan ke sana sore ini]Bengkel Surya? Keren juga Om itu, bawa mobilku ke bengkel gede itu.Aku pun gegas pergi ke Bengkel Surya, tak lupa jas milik Om itu aku bawa."Ini mobilnya, Mbak. Sudah bisa dipakai," ujar sang mekanik, sementara aku masih celingukan mencari sosok itu."Mbak, Mbak!" "Oh iya, Mas. Terima kasih.""Ini kuncinya." Aku menuju kasir, "Berapa ini Mas?""Ini sudah dibayar Mbak, ini rinciannya.";Dia hanya memberikan print outnya, betul saja dan kulihat nama pembayarnya. "Pak Iwan. Oh, jadi nama penolongku itu Pak Iwan."Gagal aku
"Loh, kok dibawa lagi jasnya?" tanya Mama begitu aku pulang."Gak ketemu sama orangnya, kata orang bengkelnya Om itu hanya menyerahkan uang perbaikan mobil dan berpesan kalau pemilik mobilnya bernama Fayra akan mengambilnya.""Baik banget orang itu yah, sudah nolongin kamu, dibenerin juga mobil kamu tanpa mau dibayar, Mama makin ingin ketemu orang itu." Mama tampak kagum dengan orang baik yang telah menolongku itu."Aku lihat di print out pembayaran service mobil aku namanya Iwan, Ma.""Oooh ... ya udah mudah-mudahan suatu hari kita dipertemukan dengan orang baik itu lagi.""Iya, Ma. Kalau gitu aku mau masuk kamar dulu!" Langkahku terhenti begitu melihat kakak tiriku berdiri dekat tangga. "Jangan seneng dulu, zaman sekarang mana ada orang baik dan tulus kayak gitu, gue yakin nanti juga tuh Om-om menghubungi Lo, terus ngajak jalan dan minta balesan karena udah nolongin Lo!" Sialan! Apapun yang keluar dari mulutnya gak pernah ada yang bagus, semuanya yang jelek-jelek mulu."Terserah L