"Ayo cepat, Willy. Kita hampir terlambat!" ujarku pada William yang tengah menyetir menuju restoran yang telah ditentukan menjadi tempat pertemuan dengan orang yang telah menghubungi mereka kemarin."Sabaaar ... Pa. Ini macet banget." Willy pun kesal karena jalanan hari ini kebetulan sedang macet-macetan kami sampai terjebak di tengah-tengah.Kenapa sih, macet ini gak tahu waktu, kita lagi buru-buru ini malah macet. Aku hanya bisa berkeluh kesah karena mobil hanya maju sedikit demi sedikit.Mudah-mudahan dia mau menunggu kita. Ini sudah hampir pukul 10.00."Ini gara-gara kamu susah banget dibangunin!" makiku, karena kesal William tadi bangun jam 9.00."Maafin aku Pa, semalam aku gak bisa tidur. Aku baru tidur subuh tadi, Pa.""Kamu, Wil!" Percuma juga marahin anak itu, dia memang terkadang susah tidur mungkin memikirkan kehidupan percintaannya yang berantakan."Udah Pa, udah. Tuh mobil di depan udah maju," timpal istriku menenangkanku yang tengah kesal."Maju Wil, cepetan tuh ada jala
William POVAku memilih untuk menghampiri dulu Firlita di kantor, sedangkan Papa pergi menuju kantor Pak Firman. Kita ingin semuanya clear hari ini juga, agar hidupku lebih tenang tidak terus-menerus diganggu oleh model sialan itu.Aku menuju ruangan divisi keuangan. Aku tahu ke napa dia sampai minta pindah ke sini. Pasti untuk menghindari bertemu denganku.'Itu dia, wanitaku ... sudah satu bulan lebih kamu menghindariku, aku sangat merindukannya.' Sosok perempuan cantik dengan senyum mempesona sosok gadis impianku itu tengah berjalan menuju ruangannya aku pun mengendap-endap di belakangnya.Begitu tiba di dekatnya. Aku langsung tarik tangannya."Hei apa-apaan ini Pak!" protesnya kesal, berusaha menepis tanganku, tapi tenaganya kalah kuat."Ikut saja denganku!" Aku terus menarik tangannya hingga ke depan mobil."Saya tidak mau Pa. Saya mau kerja, baru juga dua hari saya kerja. Jangan buat nama saya jelek di divisi yang baru ini dong!" bentaknya, dia menepis tanganku lagi kali ini deng
"Apaaa ... Om Firman ini adalah ..." Belum sempat Fayra selesai dengan ucapannya, Tante Mayra langsung memotongnya, "Iya, dia ayah kandung kamu, Fayra. orang yang selalu kamu tanyakan kini sudah ada di depan kamu!"What! Pak Firman ayahnya Fayra. Waw, waw ... ini jadi makin seru!Kami semua tampak terkejut, Papa Mama pun sama, hanya Firlita saja yang tampak biasa, apa dia sudah tahu yah."Aku baru tahu kemarin!" bisiknya, seolah tahu kalau aku mau menanyakannya."Oh.""Ayaaah ....!!" Fayra langsung memeluk Pak Firman dengan mata berkaca-kaca."Pantas saja aku merasa nyaman bila dekat Om, rupanya memang ada chemistry ayah dan anak di antara kita.""Aku sangat merindukanmu, Ayah! Sejak kecil aku hanya mengetahui namamu saja, wajahmu sjaa aku tidak pernah tahu, ayah! Aku hanya ingin disayang seperti anak-anak lain yang memiliki ayah," Fayra menangis sesenggukan di pelukan Pak Firman."Maafkan aku Nak, ayahmu ini bahkan tidak pernah tahu keberadaan kamu, Mamamu menyembunyikannya dari ayah
Firlita POVSebulan kemudian ... Aku tak pernah bertemu dengan Pak Willy sesuai kesepakatan. Dia memenuhi janjinya tak menggangguku hingga aku siap menerimanya lagi.Hari ini aku dipanggil oleh HRD, entah apa salahku. Padahal kinerjaku bagus kata managerku."Maaf Nona Firlita, mulai hari ini Nona dipindahkan ke bagian lain," kata Manager HRD."Saya salah apa Pak?" tanyaku, padahal aku sudah mulai nyaman di divisi ini."Nona tidak salah apa-apa, hanya saja Nona lebih dibutuhkan di bagian lain. Silahkan bawa surat ini, dan Nona pergi ke lantai 10"Lantai 10? Bukankah itu lantai khusus ruangan direktur dan direksi yah."Iya selamat yah Nona, Nona terpilih menjadi sekretaris Direktur kami yang baru."Sekretaris Direktur? Beneran ini ... Bahkan aku tidak menguasai pekerjaan sekretaris.Ya sudahlah, dari pada aku tidak bekerja. Aku terima saja."Iya terima kasih Pak, saya tidak menyangka akan dipilih menjadi sekretaris Direktur." Entah aku harus senang, ataukah bimbang ... aku tidak perna
"Maaa... Dede pernah lihat Mbak Maya ciumin Papah sewaktu Papah lagi tidur di kamar aku!" ucap anak balitaku yang masih berusia empat tahun."Apaaaa ....!!" Sontak aku merasa terkejut tidak mungkin gadis lugu itu berani berbuat hina seperti itu.Dadaku terasa sesak anak balitaku bisa berkata demikian, Apa benar yang dikatakan anakku, apa mungkin saja dia sedang bermimpi lalu dia ucapkan begitu saja."Dede gak salah lihat? Masa sih Mbak Maya kayak gitu?" tanyaku meyakinkan kalau Tita tidak salah lihat."Tapi waktu itu Dede memang lagi bobo di kamar, yah gak tahu juga sih Ma ... hehehe ..." ucapnya sambil tertawa.******Mudah-mudahan Tita memang salah lihat, karena aku gak pernah tahu apa yang dilakukan baby sitterku yang baru bekerja di rumahku sekitar tiga bulan ini.Aku terkadang pergi mengontrol restoran ayam gorengku yang sudah ada beberapa cabang di beberapa kota.Tapi semenjak ucapan anakku aku menjadi was-was meninggalkan rumah.'Mungkinkah gadis polos dan lugu itu melakukan ha
Perkataan anakku soal Maya masih terngiang di telingaku, apa benar dia serendah itu, kini aku menjadi semakin paranoid.'Aaah ... Kenapa sekarang aku jadi mencurigai Maya, padahal aku masih ingat bagaimana beraninya dia menyelamatkanku dari seorang penodong, dia mengorbankan tangannya terluka cukup dalam terkena sabetan pisau sang penodong.'#Flashback OnSiang itu aku baru saja mengambil uang di ATM, aku merasa ada pengendara motor yang mengikutiku.Karena aku takut aku lajukan mobilku dengan kecepatan tinggi, aku pikir motor yang mengikutiku itu sudah jauh tertinggal.Aku tengok ke belakang, tak ada siapapun orang mencurigakan di belakangku, akupun mengusap dada, karena lega. 'Syukurlah mereka sudah tidak ada.' Hatiku sedikit lega.Aku berniat ke restoran yang biasa aku datangi untuk makan siang, kulihat parkirannya begitu sesak. 'Penuh amat, ini pas jam makan siang sih!' Aku putuskan untuk parkir di tempat lain, jaraknya cukup jauh, yah gak apalah, hanya berjarak sedikit menuju r
Aku memperhatikan map coklat yang diberikan Maya tadi sore. Satu persatu berkasnya aku keluarkan."Maya Vanisha, Aaaaah ... Nama yang cukup keren untuk seorang gadis yang berasal dari kampung." Aku baca CV nya, umurnya baru akan menginjak dua puluh satu tahun ini.Aku tidak menyangka dia baru berumur dua puluh tapi sudah lulus D3 bahkan sudah pernah bekerja.Ternyata dia orang yang sangat pintar dalam akademik, dia lulus SMA dengan umur yang sangat muda, 16 tahun. "Waaaw ... hebat sekali di balik penampilannya yang sederhana dan sopan itu ternyata dia adalah orang yang sangat pintar, nilai akademisnya sangat amazing." Aku menatap kagum pada nilai-nilainya yang nyaris sempurna.Lalu aku beralih pada ijazah D3nya, nilai IPKnya sangat tinggi mendekati 4. Aku semakin salut pada Maya, gak pernah aku sangka penampilannya sederhana, sikapnya yang biasa saja, tidak menyombongkan diri soal latar belakang pendidikannya, ternyata dia itu termasuk anak yang cerdas.Aku lihat lagi dari pengalaman
Aku masih belum terima Maya akan menggantikan Jihan, sekretaris Mas Firman yang sudah bekerja selama 4 tahun harus digantikan oleh Maya."Paaa ... apa Papa yakin, mau memberikan pekerjaan itu pada Maya?" aku masih berusaha untuk merubah keputusan Mas Firman."Memangnya kenapa, Ma?" tanyanya heran, aku masih membahas urusan Maya yang akan menggantikan posisi Jihan."Mamah gak yakin aja, soalnya dia kan belum berpengalaman jadi sekretaris, Pa.""Papa yakin kok dia bisa Ma, apalagi nilai akademiknya sangat menunjang, meskipun dia belum pernah kerja sebagai sekretaris, Papa yakin dia bisa cepat belajar, Ma!" Mas Firman sepertinya memang sudah yakin sama Maya, aku sudah tidak dapat mempengaruhinya lagi."Ya sudah kalau Papa sudah yakin, Mama juga cuma bisa ikut aja sama keputusan Papa." Aku hanya bisa pasrah saja."Maa ... Kalau mulai besok mulai kerja, gak apa-apa kan?" "Apaaa ... besok? Kan Jihan cutinya akhir bulan ini kan? Masih lama Pa, kan masih bisa minggu depan, atau minggu depann