Bantu vote ya say. Makasih. Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 107 "Perfect, aku suka banget. Rani pasti akan sangat terharu melihatnya, terima kasih, Miko." Sean tersenyum dengan sangat bahagia. Begitu juga dengan Miko, walau perasaannya sedikit tak rela. Idenya justru menguntungkan pria lain."Semoga Rani senang juga, apa kau sudah menghubunginya? Jam berapa acara kau mulai?" tanya Miko. "Jam lima aku sudah ada di sini, tugasmu selanjutnya membuatnya datang ke mari. Buat alasan agar dia datang sendiri, agar kejutannya semakin bagus."Mendengar ucapan Sean, Miko hanya bisa menarik napas panjang. Ternyata tugasnya belum selesai, tapi melihat hasil pekerjaannya dia sangat puas. "Ok, aku akan membuat dia datang kemari. Kau harus bersiap-siap."Miko membantu Sean menyelesaikan pekerjaan terakhirnya. Mereka tersenyum begitu semua selesai, hamparan karpet merah yang terbuat dari kelopak bunga mawar, sudah siap untuk menyambut Rani."Ok, sekarang aku akan menemui Rani. Sebaiknya kau bersiap, aku rasa dia sudah bosan menunggu. Alasanmu bertemu
Talak bab 108 Rani menarik napas panjang. Kalau dia tau, menunggu Sean akan selama ini. Lebih baik dia melanjutkan shoping, walau tanpa suaminya. Kini menyesal pun sudah tidak berguna, nyatanya dia sudah berjanji, menunggu suaminya kembali. "Bosan banget, lebih baik aku jalan keluar sebentar." Rani membuka pintu dan ketemu Jesi. Dia ingin bilang, kalau mau beli camilan, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ternyata ada pesan masuk, Rani terbelalak melihat foto Sean. Di sebuah kafe dengan suasana romantis. Ada rangkaian bunga mawar merah yang sangat besar. Rani tak menduga Sean membohonginya, mengatakan ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. Kemudian memintanya menunggu, seperti orang bodoh. 'Aku ingin tau, wanita seperti apa yang menarik hatinya? Sampai sedemikian rupa.' ujar Rani dalam hatinya. "Bu Rani mau kemana?" tanya Jesi tapi tak mendapat jawaban.Rani segera pergi ke alamat, yang di berikan oleh pengirim pesan. Dia penasaran, siapa wanita yang ternyata dicintai suaminya. Begi
Talak bab 109 "Dokter, tolong dia. Cepat!" Wendi berteriak. Dia panik saat melihat, Rani terkulai lemas di pelukan Sean. Untungnya mereka sudah memasuki parkiran rumah sakit, jadi Rani bisa langsung di tangani."Minta dia keluar." Rani memegangi kain di tubuhnya. Dia tak mau Sean melihat keadaannya, tapi pria itu seolah tak ingin mengerti. Dalam pikirannya dia ingin, mendampingi sang istri, tapi yang dipikirkan Rani berbeda. Dia tak mau Sean melihat, cupang yang mungkin di tinggalkan Zacky. "Keluar!"Rani histeris karena Sean keras kepala. Sedangkan dokter dan perawat, seolah memaksanya, untuk menyingkap kain di tubuhnya. "Sean, kau keluar dulu. Biar Tante yang mengurusnya." Rani terbelalak saat melihat, Stella yang baru datang. Hatinya hancur, melihat wanita itu yang akan memeriksa. "Tidak!"Rani semakin erat menutupi tubuhnya. Dia tau siapa Stella, bisa jadi apa yang akan dia lihat. Akan tersebar suatu hari nanti. "Wendi, tolong aku!" Wendi bergegas masuk, begitu mendengar teriak
Talak bab 110 "Kak, aku tak mau pergi. Biarkan Marco yang mengurusi masalah ini, aku akan menemanimu saja," pinta Wendi. Saat Marco menarik tangannya, untuk segera mengikutinya pergi."Kau harus mulai bertanggungjawab, Wendi. Semalam saja aku melihatmu, begitu santai saat menekan detektor bom itu. Marco akan menunjukkan, seberapa besar masalah yang kau buat." Rani segera meminta Marco, untuk membawa Wendi pergi.Ruangan itu kembali sunyi. Hanya tinggal Rani yang sedang, menatapi langit-langit kamar rumah sakit. Saat ini dia kembali teringat, senyum Sean waktu memeluk Bianca, sesaat sebelum dia diculik. "Senyummu tak bisa berbohong, Sean. Wanita itu memiliki, tempat tersendiri di hatimu. Tak perduli meski dia, pernah mengkhianatimu." Rani mengambil kunci mobil, Sean. Berniat untuk mengembalikan pada pria itu, saat turun dari tempat tidur. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Miko menyembulkan kepalanya. Dia terkejut saat bertemu pandang dengan Rani. "Maaf, aku kira kau sedang tidur. Anak
Talak bab 111 "Bagus, akhirnya dia mampus juga. Awalnya aku ingin, melihatnya hancur karena di usir suaminya. Siapa sangka nasibnya terlalu tragis, mati tanpa meninggalkan jasadnya." Bianca tertawa terbahak-bahak. Tanpa menyadari beberapa orang. Menatapnya dari tempat tersembunyi. "Kerja yang bagus, Rexy. Aku akan melimpahi dirimu, dengan banyak uang, setelah aku kembali bersama Sean." Bianca mengakhiri percakapannya di telepon. Dia hanya menyebut nama, tapi tak menyebutkan apa yang orang itu lakukan. hingga membuatnya senang. "Kita pergi. Aku rasa kita tidak akan, mendapatkan informasi lain hari ini. Kita temui Miko dan melihat penyesalan sahabatnya." Kedua pria itu keluar dari persembunyiannya. Mereka melangkah bersama, menuju ruangan Sean di rawat."Bagaimana keadaanmu? Masih bernapas? Kalau begitu bagus. aku rasa ini akan lebih baik, daripada kau mati dengan mudah, sedangkan istrimu sudah sangat menderita karena ulahmu." Wendi menatap Sean, yang duduk termenung di kamar rumah
Talak Bab 112. Empat bulan sudah terlewati, sejak kecelakaan yang menimpa Rani. Sean dan Miko tak melanjutkan pencarian, karena memang tak ada yang bisa dilakukan lagi. Mereka berharap Rani masih hidup, walau peluang itu sangat kecil. Petugas bilang ada ceceran darah, tapi sudah banyak tersiram air. Tak jelas itu darah manusia, atau darah hewan.Hanya saja sebuah hasil penyelidikan. Polisi mengatakan, penyebab kecelakaan itu adalah ledakan bom. Ada yang berencana membunuh mereka, entah itu Sean atau mungkin juga Rani.Mobil itu milik Sean, jadi polisi menyimpulkan target pembunuhan itu Sean. Karena Rani yang membawanya hari itu, maka dia yang menjadi korbannya. "Cek CCTV rumah sakit!"Tiba-tiba Sean berteriak. Setelah empat bulan dia menutup mulutnya, kini dia seolah kembali hidup seperti dulu. Kabar penyebab kecelakaan itu menyadarkannya, kalau ada dendam yang harus dia balaskan."Berhenti, sudah cukup. Tidak usah mencaritahu lagi, Rani sudah tenang di alamnya, tak perlu mengungkitn
Talak bab 113 Sean mengangkat kepalanya. Dia melihat Miko tersenyum, membawa sesuatu di tangannya. "Aku dengar kau kembali ke mansion. Jadi aku datang membawa pisang goreng. biasanya kita suka memakannya, saat sedang santai begini. Cepat berdiri. Buatkan dua teh manis, atau kopi juga boleh." Sean mengikuti saja. Saat Miko menarik tangannya, menuju ke ruang makan. "Rani belum pulang, dia pasti sedang bersama wendi. Mereka kalau sudah kumpul. Pasti melupakanku." Miko menatap Sean yang tengah membuat kopi. Kalau orang yang tak tau, pasti mengira dia sehat dan baik-baik saja. Kenyataannya, kehilangan sang istri membuatnya depresi.Dia teringat penyelidikannya, selama empat bulan ini. Hanya saja, tak ada informasi yang berharga. Wendi masih sibuk dengan dua perusahaannya. W&R dan WARANI Grup, sedangkan Marco sibuk dengan usaha barunya. Dia mulai merambah ke luar negeri, untuk bisnis kulinernya."Aku merindukannya, Mik. Apa dia tak ingat padaku? Ini sudah mau makan siang. Dia belum meng
Talak bab 114 "Jadi Tante Gita, lebih memilih terkurung di rumahnya. Daripada kembali ke tempat Joko?" tanya Miko setelah Sean kembali ke kantor. Kali ini dia berada di kantor miliknya, sedangkan perusahaan Rani, di serahkan pada Miko. Ada asistennya yang mengurusnya. Sesekali saja Miko datang memeriksanya, karena tugas utamanya tetap bersama Sean. Menjalankan perusahaan keluarganya. "Itu yang mama minta, aku tak perduli di mana dia berada. Selagi tidak menggangu, ataupun mengirimkan Bianca ke mansion," jawab Sean santai. Bagaimana penyelidikanmu? Ada informasi baru soal Wendi dan Marco?" tanya Sean lagi."Tidak ada, masih seperti biasanya. Dia ke perusahaan lalu kembali ke apartemen. Kadang dia pergi ke tepi jurang, tempat Rani kecelakaan. Rutinitas ya hanya itu saja, tapi semalam aku dapat laporan, kalau dia pergi ke rumah sakit." Sean menatap Miko tajam, karena penasaran dengan laporannya. "Dia mengalami kecelakaan kecil, menabrak tiang listrik di dekat apartemennya," ujar Miko