Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 134"Panas banget." Aksa menelungkupkan kepala di setir mobilnya. Rani tertawa melihat ulah, pria tampan, kaya dan pujaan banyak wanita. Lemes hanya gara-gara kena sinar matahari siang selama sepuluh menit."Malu sama gayamu, Sean. Menaklukan banyak wanita bisa, menaklukan matahari saja kau lemas," sindir Rani. "Untung ponselmu itu masih hidup, jadi bisa aku hubungi, kalau tidak kau pasti mati mencarinya. Selain nomor rekan bisnismu, pasti banyak juga nomor wanitamu," ejek Rani lagi."Sayang, kepalaku ini pusing dan terasa mau pingsan. Yakin masih mau membuatku kesal?" tanya Sean pelan. "Terserah, sini biar aku yang bawa mobilnya. Kita balik ke mansion biar kau bisa tiduran." Rani bersiap untuk turun, tapi Sean mencekal lengannya. "Mimpi, siapa juga yang mau balik." Sean mengunci mobil lalu melaju pergi. Rani mengomel panjang, karena Sean berkeras untuk membawanya pergi."Pelan-pelan, aku gak mau kejadian empat tahun yang lalu terulang lagi, Sean." Rani meminta karena merasa
Talak bab 135"Sayang, aku membawamu kemari bukan untuk kerja. Tapi untuk liburan, bisa gak sih berhenti dulu? Serahkan pekerjaan itu pada asistenmu," pinta Sean. Rani tak menghiraukan suaminya, yang tengah merengek seperti anak kecil. Sedangkan tadi dia yang sibuk bekerja, kini dia pula yang ribut. "Sebentar lagi, Sayang. Aku tinggal kirim email saja." Rani terpaksa membuka mulutnya, karena Sean mulai memasang wajah kesal."Sudah selesai. Ayo, mau kemana kau membawaku?" tanya Rani. "Ayo kita pergi sekarang." Sean mengulurkan tangannya. Rani menyambut tangan itu dengan senang hati."Sean, syukurlah aku temukan kau di sini." Rani dan Sean terkejut saat membuka pintu villa. Seorang gadis sudah berdiri di depan pintu. "Kau bereskan urusanmu, sepertinya aku mau tidur saja." Rani menepis tangan Sean kemudian memutar tubuhnya, kembali ke dalam villa. "Bukan kau yang harus pergi."Sean mengangkat tubuh istrinya yang tengah merajuk. Menggendongnya seperti seorang pengantin, membuat Olivia mer
Talak bab 136Rani mencium kening dan pipi Sean. Pria itu tertidur setelah membuat jantung sang istri berdenyut karena takut, perlahan Rani turun dari tempat tidur, lalu keluar melihat para tamu yang tak mereka undang. Mereka terlihat santai duduk di depan villa. Seolah sedang piknik, memang di depan ada kursi yang terletak di bawah pohon mangga. Mereka duduk sambil makan camilan. "Tante Stella bisa kita bicara berdua?" tanya Rani pelan dengan wajah datar. Dia tak merasa bersalah sama sekali, karena membiarkan para tamu itu di luar villa."Apa yang ingin kau bicarakan dengan Tante, Rani?" tanya Stella dengan wajah yang tak kalah datar. Rani tertawa melihat perubahan Stella, selama ini mereka tak pernah bicara berduaan. Selalu ada Sean di antara mereka, kali ini berhadapan langsung, akhirnya wanita ini menunjukkan wajah aslinya."Aku minta bawa mereka meninggalkan tempat ini. Jika tidak, aku takut kau akan menghadapi masalah besar. Asal tau saja Sean sebenarnya sudah tau, kalau wanita
Talak bab 137"Apa ini, Kak? Kenapa jadi begini?" tanya Wendi sembari meletakkan sebuah map ke hadapan Rani. Perlahan wanita itu mengambil dan membukanya, jelas Rani tau apa yang tertera di dalam map itu."Aku tak bermaksud menyembunyikan semua ini darimu. Semua ini menjadi bebanku juga, karena tak bisa bicara langsung padamu. Selain itu ada satu lagi rahasia besar, yang juga takut aku ungkapkan padamu." Rani mencoba mendekati Wendi yang terlihat pucat. Duduk memeluk lututnya, dia tau ini hal besar yang sulit Wendi terima. "Masih ada rahasia lain lagi. Kali ini apa lagi, Kak?" tanya Wendi frustasi. "Ini tentang ...ibumu," jawab Rani lirih.Mendengar kata ibu membuat Wendi gemetar. Rani buru-buru memeluk Wendi agar pria itu tenang, luka hati dan kekecewaan, membuat Wendi tak ingin mendengar tantang wanita keji itu. Wanita yang meninggalkannya, saat masih berusia belum genap satu tahun."Apa dia masih hidup? Bagaimana hidupnya sekarang?" tanya Wendi lirih. "Awalnya hidupnya terlalu baha
Talak bab 138"Sudah siap?" tanya Rani pada Wendi. Pria itu terlihat tak baik-baik saja, Rani terpaksa membawanya menemui orang yang selama ini Wendi cari selama hidupnya."Aku sudah siap, Kak. Hanya saja aku heran, kenapa kau membawaku ke tempat ini, setahuku ini properti milik Sean." Wendi menatap Rani namun wanita itu tak banyak bicara, hanya mengengam tangan Wendi dan membawanya masuk."Dimana dia?" tanya Rani singkat pada seorang pelayan yang Miko tugaskan merawat mama Sean. "Apa dia menjadi pelayan di sini?" tanya Wendi sinis. Dia melirik mama Sean yang duduk di kursi roda tanpa bergerak. Dia masih tak memperhatikan Rani yang menatap dirinya. Wanita itu mengeratkan genggaman tangannya, membuat Wendi beralih lalu menatap tangannya. "Ada apa?" tanyanya pada Rani. Bukannya menjawab, Rani hanya menunjuk ke arah wanita lumpuh di atas kursi roda. Wendi masih tak mengerti membuat Rani, terpaksa membuka mulutnya. "Citra Dwi Astuti, Dia merubah wajahnya menjadi Sagita Rahayu. Demi memb
Talak bab 139Rani berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya. Sejak tadi pekerjaannya sudah selesai, hanya saja dia memilih kembali ke kantornya saat melihat keadaan Sean yang terlihat aneh. "Apa dia melihat aku dan Wendi berciuman semalam? Jika iya, kenapa dia tak marah. Hanya saja wajahnya terlihat sedih." Rani terus memikirkan perubahan suaminya. Perubahan yang membuatnya sedih dan merasa kehilangan kehangatan sang suami.Merasa pusing Rani melangkah menuju ke jendela. Menempelkan keningnya lalu membenturkan ke kaca jendela, awalnya pelan hingga akhirnya lebih keras. Hingga dia terkejut saat merasa keningnya membentur benda lain. "Sayang!" Rani terkejut karena melihat keningnya membentur telapak tangan Sean. Dia tak mendengar, saat pria itu memasuki ruang kerjanya. "Apa yang kau lakukan, Sayang?" tanya Sean. Sembari mengusap kening sang istri."Aku tak melakukan apa-apa. Hanya merasa sedikit pusing." Rani melangkah menuju ke sofa. Dia duduk lalu memijit keningnya lagi, dia tak ingi
Talak bab 140"Kenapa mereka berdua ada di sini?" tanya Sean, saat melihat Wendi dan Marco telah duduk di taman belakang. "Aku ada urusan dengan mereka, apa kau merasa keberatan, Sayang?" Rani melingkarkan tangannya ke leher Sean. Membuat pria itu tak berkutik, namun pria itu terlihat memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pusing.Dengan kesal menghampiri kedua pria yang membuatnya sakit kepala. Satu pria mengharapkan janda istrinya, satu lagi berani menikmati bibir Rani. Bagaimana bisa wanita kejam itu, masih bisa membuatnya berhadapan dengan keduanya."Jangan memasang wajah masam begitu. Beri mereka senyum manismu, agar mereka tak merasa tertekan saat berada di tempat kita," pinta Rani di samping Sean. Sebelum pria itu melangkah menuju ke arah Marco dan Wendi. "Apa kalian benar-benar tak memikirkan wanita lain? Hingga malam Minggu pun, masih sibuk kerja dan menganggu ketenangan istriku," tanya Sean sinis.Wendi dan Marco saling tatap lalu tak membuka mulutnya. Mereka tau Sean hanya
Talak bab 141."Sean, sedang apa kau di situ? Ini masih malam, kau bisa tidur sebentar sebelum pergi ke kantor." Saat menyapa Sean, tangan Rani bergerak cepat menekan keypad laptopnya. Gerakannya cepat namun halus. Sean bisa melihat gerakan itu, membuat hatinya masam. Dia menduga sang istri tak ingin dia tau apa yang dia lakukan. "Aku membawa susu hangat dan roti bakar, bisa mengganjal perutmu sebelum waktu sarapan." Sean meletakkan nampan berisi susu dan roti di hadapan Rani. Wanita itu tersenyum, lalu meraih gelas untuk meminum susu buatan sang suami. "Terima kasih," ucap Rani pelan. "Sama-sama, itu aku minta seorang pelayan membuatkannya." Sean mengatakan dengan ringan. Namun cukup membuat Rani tersedak, lalu berlari ke toilet untuk memuntahkan apa yang baru saja dia minum.Sean menatap Rani yang baru keluar dari kamar mandi, dengan wajah tegang. Selama ini dia terlalu waspada pada semua orang di mansion, siapa sangka Sean akan meminta pelayan membuatkannya susu."Lain kali tidak