"Mas, kenapa melamun?" tanyanya menghenyakkanku.
"Emmh, enggak. Terima kasih ya dek, semoga kamu bisa menerima anakku ..."
"Iya, mas. Aku beres-beres dulu."
Aku mengangguk. Kutinggalkan dia di kamar bersama Reni dan tumpukan baju yang akan dimasukkan ke dalam lemari.
Aku bergegas membuka warung, sudah beberapa hari ini, tidak buka karena hal-hal yang tidak terduga. Beruntung yang dijual adalah sembako dan produk-produk kering lainnya untuk kebutuhan sehari-hari.
"Mas, baru buka, nih?" tanya ibu-ibu pembeli saat datang ke warung. "Katanya habis nikah ya, Mas? Kok gak ngundang-ngundang?" tanya ibu itu kembali.
"Iya Bu, pernikahannya sederhana saja, cuma digelar di tempat mempelai wanita," jawabku.
"Sama orang mana, Mas?"
"Beda kecamatan saja, Bu."
"Mana istrinya? Gak kelihatan ..."
"Lagi beres-beres Bu, di kamar."
"Oh iya iya, semoga langgeng ya mas, pernikahannya."
"Aamiin, iya Bu, terima kasih doanya
POV MutiaMenikah dengan seseorang yang tak kukenal sebelumnya, kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana rasanya. Takut, ragu, canggung, semuanya campur aduk jadi satu.Tapi mungkin ini jalan takdirku. Dan mungkin saja Mas Restu adalah jodoh yang dipilihkan Allah untukku dengan jalan yang tidak terduga.Setelah sempat beberapa hari kemarin hidupku benar-benar terguncang, menghadapi kenyataan yang ada di depanku. Kehilangan seseorang yang besok akan meminangku. Calon suamiku meninggal tepat dua hari sebelum hari H.Lalu, setelah menghadapi kenyataan bahwa ternyata Mas Roni-lah yang bersalah, tidak hati-hati dalam mengendarai motornya hingga ia terjatuh. Hatiku terkoyak begitu dalam.Apalagi keinginan ibu yang seakan memaksa kalau aku harus menikah dengan yang menabrak Mas Roni, itu tidak masuk akal bukan? Tapi aku bisa apa? Aku tak berani menolak. Keluarga Mas Roni telah banyak membantuku. Mereka sangat berjasa dalam hidupku. Mereka telah membawa
POV RestuPagi menjelang siang, aku kedatangan tamu yang tidak terduga. Andri dan istrinya datang berkunjung. Mereka membawa Affan juga. Sudah lama kami tak bertemu."Mas, maaf ya mas, aku gak bisa datang waktu acara pernikahanmu. Waktu itu istriku lagi ngidam parah, mual dan muntah-muntah terus tiap hari sampai dia harus bedrest total," ucap Andri mengungkapkan alasannya kenapa dia tak bisa datang saat acara pernikahanku digelar."Istrimu sedang hamil, Ndri?" tanyaku."Iya mas, sudah memasuki usia 4 bulanan," jawab Andri sembari memandang istrinya dengan penuh cinta. Aini hanya mengulum senyum sambil mengangguk."Alhamdulillah, mas ikut senang mendengarnya.""Iya mas, ini baru bisa diajak pergi-pergi. Dulu mau ditinggal juga kasihan.""Tidak apa-apa, mas senang kalau kalian sehat, itu saja sudah cukup.""Aku gak bisa ngasih apa-apa, Mas.
"Aku talak kamu! Aku talak kamu! Aku talak kamu!"Seketika langit terasa runtuh, seperti ada batu besar yang menghantam hatiku, bertubi-tubi. Rasanya sakiiiit, seperti ditusuk-tusuk sembilu. Apa salahku? Tiba-tiba ditalak seperti ini?Mataku terasa pedih dan panas, seketika air mata sudah berderai, jatuh bak anak sungai. Leherku seperti tercekat, lidahkupun terasa kelu. Aku sudah tak punya pijakan. Hancur. Hancur sehancur-hancurnya.Mas Andri, lelaki yang selama delapan tahun belakangan ini menemaniku, tiba-tiba menalakku tanpa alasan. Kami berbagi suka dan duka bersama, bahkan aku menerima keadaannya yang sulit mempunyai keturunan. Lalu kenapa dia tega menceraikanku?Aku duduk terkulai di lantai. Rasanya sudah tak punya tenaga untuk berdiri.Bruukk...Dia melemparkan tas ransel dan beberapa helai pakaian ke tubuhku. Dadanya masih terlihat naik turun menahan amarah. Tangannya terkepal, matanya nyalang merah dengan gigi berg
Aku berjalan dengan gontai, meninggalkan kerumunan warga. Mata-mata mereka mengikuti kemana langkahku pergi."Padahal kelihatannya alim ya, kok bisa gitu..." Masih kudengar selentingan-selentingan suara yang memojokkanku."Iya benar, dia kan jarang kemana-mana kok bisa selingkuh? Cuma salah paham kali," sahut yang lain ikut menimpali."Kalau cuma salah paham, gak mungkin Mas Andri sampai marah-marah begitu.""Mungkin emang benar, dia wanita murahan. Ih gak banget deh! Padahal penampilannya sederhana begitu, tapi kok bisa-bisanya selingkuh. Ngumbar video porno pula!""Emangnya bener itu videonya??""Iya, aku dah lihat lho video itu di Facebook, ih menjijikan! Gak tahu malu!" timpal yang lain masih terus memojokkanku."Siapa nama akunnya?""Cari aja Amira, akunnya masih baru sih, tapi isinya video telanjang begitu, iih..."Bisik-bisik itu masih terus terngiang di telingaku. Astaghfirullah hal'adzim... Vid
POV AndriSatu hari sebelumnya"Aku kangen sekali padamu, Mira," ucapku dengan lirih sembari memandang fotonya di galeri ponselku.Delapan tahun menikah, namun perasaanku padanya tidak berubah, masih seperti dulu. Aku mencintainya, bahkan saat ini rasa rinduku begitu membuncah. Rasanya sudah tak sabar ingin pulang dan melihat paras wajahnya yang ayu. Aku tersenyum membayangkan dia menyambutku dengan hangat. Dia yang manja akan bergelayut di lenganku. Lalu sampai kamar aku akan memeluknya dan menciumnya dengan mesra.Aku sudah bersiap-siap untuk pulang, dengan sebuah tas ransel di punggung. Seminggu sekali aku pasti pulang ke rumah, untuk menemui istri dan ibuku.Tiba-tiba sebuah pesan WA masuk dari Mbak Lani. Dia mengirimkan foto-foto istriku bersama seorang lelaki.[Maafkan aku ya Mas Andri, ini kelakuan istrimu di belakangmu. Dia berselingkuh sama si mas-mas yang ada di foto itu. Aku sering lihat mereka berdua bertemu. Tapi hanya fot
Aku berdiri dengan gelisah, mondar-mandir tak tenang di depan ranjangku."Bagaimana, Andri?" tanya ibu menghampiriku."Ternyata aku sudah salah menilainya, bu. Bodohnya aku tidak percaya pada istriku sendiri," sahutku penuh sesal.Ibu memandangku dengan tatapan iba. "Bagaimana ini? Diluar sudah mulai hujan... Kasihan Amira, pergi kemana dia? Dia tidak punya sanak saudara disini," sahut ibu, netranya nampak berkaca-kaca.Ucapan ibu justru membuatku makin menyesal."Aku harus bagaimana, Bu?" tanyaku. Aku mengembuskan nafas dengan kasar. "Aku sudah mengucapkan kata talak tiga kali, bu," sesalku lagi."Astaghfirullah hal'adzim, Andriii...""Andri nyesel, Bu.""Tidak ada gunanya kamu menyesal sekarang. Makanya kalau ada masalah itu selesaikan baik-baik dulu, bukan karena emosi kamu menjatuhkan talak segitu mudahnya. Kalau kayak sekarang gini gimana?""Apa aku masih bisa rujuk sama Mira, Bu?""Bisa, nanti kita tan
"Ndri... Ndri..., Buka pintunya, nak. Ibu ada kabar baik buat kamu," panggil ibu dari luar kamar.Aku menatap jam yang bertengger di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.Aku membuka pintu, ibu menyambutku dengan senyuman."Ada apa bu, pagi-pagi begini?" tanyaku dengan nada suara malas."Ndri, barusan ibu dari pasar, ibu lihat Amira, Ndri," ucap ibu. Beliau mengambil nafas dalam-dalam.Bola mataku langsung membulat. Aku sudah tak sabar ingin menjemput Amira."Dimana, Bu? Dimana ibu lihat Amira?" tanyaku dengan rasa penasaran yang sangat tinggi."Dia terlihat sangat sibuk bantu-bantu di warungnya Budhe Narti, sampai-sampai ibu panggil pun tidak menoleh," jawab ibu kemudian."Budhe Narti?""Iya budhenya si Bian, teman kamu itu lho," cerocos ibu lagi."Warungnya di sebelah mana, Bu?"Dekat pasar kok.""Andri akan kesana cari Amira, Bu," sahutku sembari menyambar jaket kesayangan
"Kemudian, setelah wanita itu dicerai tiga oleh sang suami maka sang suami tidak boleh kembali lagi ke mantan istri, tidak boleh rujuk lagi ke mantan istri kecuali mantan istri sudah menikah lagi dengan laki-laki lain." Ucapan Pak Ustadz tadi pagi masih saja terngiang-ngiang ditelingaku.Bayang wajah Amira kembali hadir menari-nari di kepalaku."Mas, nih aku bikin cemilan kue, coba nih dicicipinya dulu," ucapnya kemudian langsung menyuapiku kue itu dengan tangannya."Mas, aku punya tanaman baru, ayo lihat dulu," ajaknya sambil menggamit lenganku lalu menunjukkan tanaman-tanaman hias kesukaannya."Mas, terima kasih ya," jawabnya sambil tersenyum manis lalu merangkulku, setelah kuberikan sebagian gajiku padanya. Ya, hanya sebagian karena yang sebagian lagi aku pakai untuk biaya hidupku disana. Tapi dia tak pernah mengeluh tentang hal itu, Amira selalu menerimanya dan mengelola uang itu dengan baik."Mas, aku bikin nasi goreng lho, coba ni