“Ya, kalian bicaralah berdua nanti. Cepat selesaikan sarapannya. Kalau bisa sekalian saja kalian bicara tentang konsep pertunangan kalian nanti,” ucap Ilham cepat. Sebuah garis tipis melengkung menghiasi wajah tuanya sekarang.MENARIK!Ethan meletakkan garpu dan pisaunya di atas piring lalu menyeka bibirnya. Pria itu tetap mengabaikan ketiga orang yang berada satu meja makan dengannya. Ilham pun menatap tajam ke arah Ethan dan hampir menggebrak meja saking kesalnya dengan kelakuan putranya itu.“Kalau mau bicara, bicara sekarang. Aku sibuk. Apa kau tahu kalau datang kesini hanya membuang-buang waktuku yang berharga,” ucap Ethan sinis.Celia tersenyum semanis mungkin meskipun diperlakukan dengan buruk. Dia akan membuat perhitungan dengan semua keluarga Wibisana setelah dirinya menjadi menantu mereka nantinya. Tidak sulit melakukannya selama Gregory bersedia menjadi senjata Celia.“Aku hanya ingin bertanya, siapa wanita yang bersamamu di salon waktu itu,” ucap Celia tersenyum licik.Dia
“Semakin cepat Tuan menyelesaikan pekerjaan disini, semakin cepat kita kembali. Sopir, kita ke Grand Hotel,” titah Adam lalu kembali menatap lurus ke depan.Ethan mendengus kesal, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia ingin sekali menelpon Megan, tetapi ketika melihat ponselnya lowbat, Ethan hanya bisa menendang kursi yang diduduki Adam. Asisten pribadinya itu bahkan tidak menoleh dan bertanya kenapa Ethan kesal. Dalam hatinya ingin sekali mengirim Ethan ke Afrika agar anacondanya itu bertemu dengan saudaranya.Setengah jam kemudian, Ethan dan Adam tiba di Grand Hotel. Mereka langsung masuk ke lobby hotel dan terus berjalan menuju restoran. Ada private room di samping restoran itu yang sering di booking untuk meeting para pengusaha. Adam menunjukkan pintu kedua setelah mereka masuk ke restoran. Keduanya mendekat ke pintu itu lalu masuk ke dalam sana.Beberapa saat setelah Ethan dan Adam masuk ke private room itu, Michela Wibisana muncul di restoran. Dia tidak sendirian, melainkan ber
“Ya, masuk!” titah Michela sedikit kesal. Kesenangannya bersama Alvin terus diganggu.Ethan mendorong pintu terbuka lalu masuk ke dalam bersama Adam. Mereka berdua lalu duduk di hadapan Michela dan Alvin. Adam menatap tajam ke arah Alvin yang tetap tenang duduk di samping Michela. Dia melirik ke arah Ethan yang terlihat tenang. Aneh, pikirnya. Seolah Ethan sudah tahu ada hubungan apa pria di hadapan mereka dengan mamanya.“Kita lanjutkan yang tadi. Kau harus menjawab pertanyaan mama, nak,” ucap Michela tanpa basa-basi.“Aku mau tanya dulu, wanita mana yang mama maksud?” Ethan ingin berhati-hati kalau bicara tentang Megan.Michela mengalihkan pandangannya kepada Adam lalu menatap tajam ke arah pria itu. “Kemarin kau memesan nasi kotak dan beberapa set menu untuk stand makanan. Itu untuk siapa, Adam?”Ethan menoleh menatap Adam dengan pandangan menyalahkan. Bagaimana bisa pria itu memesan nasi kotak dan makanan di restoran Michela. Kali ini Adam tidak bisa berkutik lagi. Restoran Michel
Terkesan dengan masakan ayam kecap yang dibawa Megan, petugas pencicip itu pun memberikan beberapa menu makanan yang biasa dihidangkan saat pesta di Kastil Emperor. Mereka juga meminta agar Megan mengirimkan menu kreasi sendiri yang lain daripada biasanya.Berbekal menu makanan dan satu kesempatan untuk memberikan sampel makanan, Megan pulang kembali bersama Moji dan Boni. Ketika mobil mereka melewati pintu gerbang Kastil Emperor, Moji melihat mobil hitam dari arah yang berlawanan. Moji pun mengarahkan mobil menepi untuk memberi jalan lebih dulu kepada mobil hitam itu.Mereka tidak bisa melihat Gregory ada di dalam mobil itu. Ketika Gregory melirik ke dalam mobil Moji, dia melihat wajah Megan yang sekilas sangat mirip dengan Alexandra. Gregory cepat berpaling melihat ke arah mobil Moji, tetapi dia teringat kalau adiknya itu sudah meninggal.“Sepertinya aku harus berkunjung ke kuburanmu, Ale. Sudah lama aku tidak kesana,” batin Gregory sendu.Mobil yang membawa Megan, tiba kembali di d
Di hari kejadian nahas itu, Ethan sedang dalam perjalanan menuju kantornya dari bandara. Sehari sebelumnya, pria itu menjalani kegiatan meeting dengan beberapa rekan bisnisnya di Negara A. Dia baru saja tiba kembali ke Negara K dan sudah harus bekerja lagi tanpa sempat beristirahat.Di dalam perjalanan, mobil yang membawa Ethan, tiba-tiba dipepet oleh mobil Alexandra. Sopir yang melihatnya, segera menambah kecepatan dan mencoba menghindari Alexandra. Tetapi wanita psiko itu tidak mau melepaskan Ethan begitu saja. Dimanapun Ethan berada, Alexandra selalu membuntutinya seperti parasit. Dia tidak pernah mau mengerti kalau Ethan sama sekali tidak tertarik padanya.Mobil Ethan terus mengebut menghindari kejaran Alexandra sampai mereka tiba di sebuah jembatan. Ketika mobil Ethan berhasil melewati jembatan itu, sebuah truk tiba-tiba saja mengerem mendadak. Alexandra yang tidak siap, tidak bisa mengendalikan laju mobilnya dan berakhir dengan sebuah kecelakaan.Adam yang pada saat kejadian sud
Benar saja, Celia mulai berpindah duduk menghadap ke Gregory. Wanita itu mendorong Gregory agar bersandar dengan nyaman di sofa lalu mulai menciummi leher pria itu. Gregory menikmati setiap sentuhan Celia yang sangat mahir. Tidak perlu diajari lagi, semuanya sudah sangat memuaskan Gregory.“Celia, kamu baru datang, nggak capek?” tanya Gregory penuh perhatian.“Greg, aku capek sih. Kamu juga capek ya. Mau tidur aja?” Celia menatap dalam mata Gregory.Wanita itu tidak mau bermain hati jika sudah bersangkutan dengan pria yang bukan tujuannya. Tetapi Celia hanya akan membuat semua pria itu bertekuk lutut dan mengikuti kemauannya. Melakukan apapun yang dia inginkan dan bersedia berkorban untuk seorang Celia Wisesa. Tidak sulit melakukannya selama Celia memiliki tubuh yang sempurna.“Kita lakukan sekali ya. Habis itu aku harus pergi ke kantor. Kau bisa disini seharian. Lakukan apapun yang kau mau. Hmmm … ya?” Tawaran Gregory sangat tidak bisa ditolak Celia. Tetap tinggal di apartemen Gregor
Gregory tersenyum smirk lalu mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. Dia mencoba menghubungi Marco yang sudah pergi sejak Gregory masuk ke dalam kamar apartemennya. Asisten pribadinya itu segera mengangkat telepon darinya.[“Ya, Tuan?”] tanya Marco yang masih berada di dalam lift.[“Marco, coba cek wanita yang bersama Ethan di salon langganan Celia. Pastikan mereka orang yang sama atau tidak. Lakukan dengan cepat,”] titah Gregory.[“Baik, Tuan. Saya tunggu Tuan di bawah. Kalau Tuan sudah selesai, tolong hubungi saya,”] ucap Marco masih dengan senyumannya yang khas.[“Aku akan turun sebentar lagi. Pastikan Celia nyaman disini.”] Gregory pun menutup telponnya lalu menatap Celia lagi.“Marco akan mengurus semuanya. Aku harus ke kantor. Telpon aku kalau kau butuh sesuatu ya,” ucap Gregory.Celia mengangguk lalu mengecup bibir Gregory, “Mau bermain sekali?”“Tergantung keahlianmu, sayang. Aku tak punya banyak waktu,” sahut Gregory lalu melumat bibir Celia.Dengan lihai, Celia menemp
“Apa kau sudah gila!” bentak Ethan setelah Adam berhasil mendorong kepalanya terlepas dari jepitan kursi mobil. Ethan menggerakkan leher dan kepalanya, untung saja lehernya tidak patah karena insiden itu.“Maaf, Tuan. Ada mobil yang melanggar lampu merah,” ucap Adam menenangkan Ethan yang misuh-misuh sendiri.“Tuh! Apa kubilang? Aku harus bertemu dengan Megan dulu, baru ke kantor! Kita tidak akan celaka kalau aku sudah berhasil menanamkan pasukan kecebongku ke dalam kolam istriku!” bentak Ethan kesal.Adam dan sopir saling pandang mendengar ucapan Ethan yang mulai gila, lalu sama-sama mengabaikan bos mereka itu. Apa hubungannya antara mereka hampir kecelakaan dengan aktifitas berkembang biak Ethan. Sopir mulai menjalankan mobil itu lagi sebelum suara klakson mobil di belakang mereka membuat Ethan semakin murka.Masih belum terima dengan kejadian yang menimpanya, Ethan menendang kursi yang diduduki Adam.“Adam! Jemput Megan pakai helikopter. Bawa ke ruang pribadiku!” titah Ethan seolah