Keesokan harinya ternyata pagi-pagi sekali Bi Ira sudah mencarikan gambas untuk Reva. Dan tak usah ke pasar di tukang jual sayur biasa mangkat pagi hari masih ada gambas. Reva tak tahu kalau Bi Ira membuat sayur gambas pagi ini. Saat hendak sarapan bersama Roy, ia melihat aroma sayur gambas mulai ter ium di indera penciumannya. "Wah, sudah ada, Bi, sayur gambasnya," celetuk Reva."Iya, Non. Sesuai pesanan, Non, nih," sahut Bi Ira sambil masih menyiapkan minuman di meja makan."Kamu lagi kepengen sayur itu, Rev?" tanya Roy yang baru saja duduk di meja makan."Iya, aku kangen masakan ibuku. Ibuku kan suka masak sayur gambas di warung. Jadi aku pengen makan itu," jawab Reva."Ya kamu makan! Dihabiskan loh, kasihan Bi Ira sudah masak susah-susah," titah Roy kemudian mengambil lauk yang lain."Kamu juga makan dong! Masa iya cuma aku yang makan sayur tapi kamu enggak. Kan makan makanan sehat," jawab Reva. Ia ingin kalau Roy harus belajar makan sayur agar tidak melulu ikan dan protein saja.
Reva baru kali ini bertemu dengan kakaknya Roy yang menurut Bi Ira bekerja sebagai guru. Lelaki itu mirip dengan Roy. Ia bernama Rio. Ia bekerja sebagai guru di salah satu sekolah internasional yang cukup terkenal. Sedangkan istrinya bersama Lia yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus buah hati merasa yang bernama Niko. Niko masih sekitar usia empat tahun. Wajahnya juga mirip sama Rio."Kamu Reva, ya?" ucap Lia saat Reva mulai mendekat."Iya, kak. Aku Reva. Senang bertemu dengan kakak," jawab Reva. Ia melihat wajah kakak iparnya itu dengan balutan hijab. Ia bahkan hanya memakai tak pernah pakai hijab."Syukurlah kita bisa bertemu sekarang. Saat aku dengar Roy menikah kita tidak tahu karena kalian menikah juga diam-diam,'' ucap Lia.Reva merasa kalau Arumi bisa menerima keberadaan nya di sana."Iya, kak. Aku juga hanya mendengar kak Arumi dari Bi Ira," jawab Lia."Oh, Bi Ira ikut kalian, ya? Bagus lah, Bi Ira memang pekerja keras dan juga baik." Lia kemudian mengikuti Niko
"Tapi aku nggak sampai keguguran. Aku memang diberikan minuman waktu itu. Tapi aku juga nggak minum. Waktu itu tanpa sepengetahuan ibu aku buang di wastafel. Dan aku minta sama Mas Rio untuk tinggal terpisah sama mereka. Dan Mas Rio setuju," jawab Lia.Reva tak menyangka ternyata ibu mertuanya memang sangat jahat. Kalau saja bertemu dengan Lia sebelum Bu Wendah memberikan jamu tentu ia tak akan minum pemberian Bu Wendah tidak kehilangan janinnya. Tapi takdir berkata lain dan yang terjadi tidak seperti apa yang ia inginkan. "Beruntung sekali Kak Lia. Tapi aku benar-benar kehilangan bayiku. Bahkan setelah beberapa bulan aku belum bisa hamil lagi." Reva sangat sedih mengingat setelah kehilangan calon anaknya."Sabar ya, Reva! Tapi kamu bisa kok ambil hati ibu. Tapi yah tentu kamu harus merogoh kocek agak lebih," sahut Lia."Maksud kak Lia?" tanya Reva. Kenapa dirinya harus merogoh kocek lebih."Iya, ibu itu suka barang-barang branded. Aku memang anak orang kaya yang apapun bisa ambil. Buk
"Tika, saya sudah lelah sama kamu. Saya susah mencoba bersabar sama kamu. Tetapi kamu masih saja berbuat curang bahkan sampai hari ini," ucap Reva."Masud Bu Reva apa?" tanya Tika."Maksud ku adalah kenapa kamu ambil uang toko?" balas Reva."Siapa yang bilang, Bu? Pasti Lina yang ingin menfitnah saya, ya?" tuduh Tika."Kamu duduk saja di sini dan liat apa yang ada di layar komputer itu!'' titah Reva. Ia sudah lelah banyak bicara pada Tika.Tika melihat dan mendengar sendiri rangkuman video yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Dan juga ia melihat apa yang ia lakukan dan katakan pada Lina dan Mila saat berada di ruang produksi.Tika melirik ke sudut ruang ia tak melihat adanya kamera. Tetapi kenapa bisa ada rekaman tersebut."Kamu masih mau mengelak?" tanya Reva."Maaf, Bu. Tapi tolong jangan laporkan saya! Saya melakukan itu juga ada alasan." Tika masih saja belum mau mengaku. Entah alasan apa lagi yang akan ia berikan pada Reva."Untuk apa, Tika? Kamu tidak tahu kalau kalung yang kamu
"Saat kamu ketemu pertama kali melihat aku bagaimana?" tanya Roy.Reva mengingat saat dirinya pertama kali bertemu dengan Roy yang ketika Roy memang bersikap dingin dan begitu arogan. "Nyebelin.""Tapi sekarang cinta, 'kan?" goda Roy sambil mencubit lembut pipi istrinya itu."Iya sih. Tapi aku beneran ingat saat kamu sok merintah begini dan begitu karena kamu atasan. Apa memang kamu seperti itu sama bawahan kamu?" tanya Reva.Roy hanya menggeleng. "Aku bukan tipe cowok yang begitu. Karena aku melihat kamu langsung klik ya aku akan mencari tahu tentang kamu. Dan ternyata kita berjodoh.""Aku harap kita akan terus seperti ini, ya? Aku pernah memikirkan kalau misal aku meninggal lebih dahulu apakah kamu akan menikah lagi?" tanya Reva. Ia memang tak bisa melawan takdir. Siapa yang hidup tentu akan mati. Begitu lah garis takdirnya. "Aku memikirkan kalau menikah satu kali dan tak memikirkan lagi untuk menikah,'' jawab Roy mantap.''Asal kamu tahu, aku dulu juga berfikir begitu. Hidup satu
Reva terbangun tepat pukul tujuh pagi. Ia tak menyadari ketika Roy sudah tak ada di sampingnya lagi. Tetapi Roy masih berada di kamar dan sedang bersiap-siap kerja."Kamu sudah mau berangkat?" tanya Reva."Iya, aku harus ke luar kota hari ini. Aku tak bisa makan di rumah, ya? Karena aku harus berangkat sekarang juga." Roy masih membetulkan jasnya. "Oh gitu. Iya, kamu hati-hati di jalan, ya?'' sahut Reva. Ia kemudian memeluk Roy dari belakang. Mencium harumnya sampo yang dipakai oleh Roy."Kenapa? Kamu mau ikut?" tanya Roy."Enggak lah. Aku cuma mau peluk kamu saja kok." Reva masih mendakap tubuh suaminya. Ia terlalu cinta sama suaminya dan sebenarnya nggak mau jauh-jauh darinya. Tapi ia sadar Roy bekerja juga untuk dirinya. "Kamu kenapa?" tanya Roy."Aku nggak apa-apa kok. Ya sudah, kamu hati-hati di jalan. Terima kasih buat sate tadi malam, aku sudah makan kok,'' ujar Reva."Iya. Ya sudah kalau begitu aku berangkat dulu, ya?'' pamit Roy kemudian mengecup kening Reva dan juga bibirn
"Nggak lama. Karena aku juga ingin bekerja di rumah tanpa harus keluar. Jadi aku belajar membuat kue," jawab Reva. Ia tak mau mengatakan kalau sebenarnya ingin bekerja di kantor tapi dilarang sama Roy. Ia tak ingin banyak bicara pada Mila tentang kehidupan nya sekarang. "Oh, begitu ya?" sahut Mila.Setelah semuanya selesai Reva mengajak Mila untuk pulang dengan naik taksi online. Meskipun jarak toko dengan rumahnya dekat tapi barang bawaan cukup banyak dan berat. Jadi lebih baik Reva menyewa taksi online saja.Saat hendak masuk ke dalam mobil, dari arah yang tak terduga seseorang tiba-tiba mendekat dan langsung menusuk perut Reva dengan pisau. Reva langsung terkapar di sana dengan darah sangat banyak keluar dari perutnya. Samar ia melihat langit. Tetapi ia kemudian menutup matanya.Mila yang sudah ada di dalam mobil kemudian berteriak histeris begitu juga dengan supir taksi online tersebut. "Tolong! Tolong!" Mila berteriak.Beberapa anak buah Roy yang mengawasi Reva juga mendekat.
"Ya Tuhan. Kenapa bisa terjadi?" Bi Ira terkejut dan tak menyangka Reva akan mengalami celaka lagi."Astagfirullah. Kasihan sekali bu Reva. Orangnya baik tetapi banyak saja yang mencoba mencelakainya," ucap Lina. Ia juga tak menyangka kalau ternyata terjadi musibah pada Reva.Tepat pukul tiga sore Mila akhirnya sampai di ruang produksi lagi. "Tante, bagaimana kondisi Bu Reva?" tanya Lina.Bi Ira juga menunggu jawaban Mila karena sejak tadi juga menemani Lina di sana.Lina masih mengatur nafasnya. "Kondisi Bu Reva masih kritis. Keluar banyak darah dari perutnya. Kasihan banget Bu Reva. Pak Roy juga sudah selesai transfusi darah dan cocok. Tapi masih menunggu Kondisi Bu Reva stabil. Dan Pak Roy juga marah-marah sama anak buahnya. Di rumah sakit tadi sangat genting sekali."Lina terdiam sesaat. "Ya Tuhan, tega sekali sih orang yang telah mencelakai Bu Reva. Padahal juga tidak pernah Bu Reva berbuat jahat sama orang."Mila hanya terdiam. Ia hanya meletakkan tas di atas nakas yang telah d