“Kamu suami terlalu perhitungan kepadaku, menyesal kepadaku, dan tak pernah membahagiakan istri!” bentak Mila, tepat dihadapan Tio dengan perasaan yang sangat kesal.Tio mengepalkan tangannya tak kuasa menahan emosi, mendengar perkataan Mila berhasil membuat emosi di ujung tanduk.“Apa yang kau katakan?!” Tanya Tio, dengan tatapan nyalangnya.Mila berdecih, dia sama sekali tidak merasa takut dengan tatapan yang di layangkan oleh Tio kepada dirinya.“Kenapa? Mau marah, jelas itu sudah benar Tio!” Balas Mila. “Kau selalu saja mengatakan jika aku, yang menghabiskan sertifikat rumah! Itu saja yang kamu selalu jadi alasan, disaat aku ingin marah kepadamu!”“Lalu? Apakah aku yang menjadi salahnya?” tanya Balik Tio, dengan tatapan heran sekaligus menahan emosi. Dia juga tidak bisa melampiaskan emosinya kepada wanita di hadapannya, yang masih berstatus sebagai istrinya.“Aku sama sekali tidak pernah merasakan uangnya, Mila!” Tio menunjuk wajah Mila dengan tangan terkepal. Mila mendorong pund
“Aduhh suami yang baik hati, tidak bekerja toh mas?” tanya ibu-ibu tetangga, yang tak sengaja lewat dan melihat Tio yang tengah menggendong Angga.Tio menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum dengan singkat. “Tidak, aku harus libur terlebih dahulu. Kasihan Angga tidak ada yang mengurusnya,” jawab Tio, membuat ibu tersebut hanya mengangukan kepalanya.“Kalau begitu saya permisi, ya. Titip salam sama Mbak Mila, jarang sekali saya lihat keluar,” ujarnya, sembari berjalan dengan sopan pergi dari hadapan Tio.Tio menatap Angga yang sudah tertidur tenang di dalam gendongannya, dia mencubit pelan degan gemas hidungnya yang indah. “Loh, Tio? Kamu belum berangkat kerja juga?” tanya teman Tio, menatap Tio yang masih memakai pakaian kemarin.Tio menghembuskan nafasnya, dia mendekati teman Tio pergi dari pekarangan rumahnya agar Nila tidak mendengar pembicaraan mereka berdua.“Aku sekarang belum bisa bekerja, Bim. Istriku sudah marah-marah dari kemarin, bahkan tidur saja aku diluar,” ujar Tio d
Tio tidak main-main dengan ucapannya, keesokan harinya dia bangun sangat pagi sekali. Bahkan Mila belum bangun, dia sudah pergi dari rumah Tio berjalan sendirian di jalanan, melihat orang yang sudah berlalu lalang untuk bekerja atau ke pasar. Tio akan berusaha Untuk mencari sebuah pekerjaan tambahan, dari kejauhan dia melihat sebuah ruko kecil. Dia pun tersenyum, dengan langkah cepat mendekati ruko tersebut “Permisi pak, apakah disini memerlukan seorang karyawan?” Tanya Tio dengan sopan, berharap dengan apa yang berada di alam pikirannya.“maaf mas, tapi kami sudah memiliki banyak karyawan,” jawab sang pemilik.Tio menganggukan kepalanya. “Baiklah kalau begitu, saya pernisi pak.” Tio pergi dari ruko tersebut, walau terlihat perasaan kecewa namun tidak membuat semangatnya pudar untuk mencari pekerjaan tambahan untuk dirinya sendiri.Tio kembali berjalan di pinggir, mencari pekerjaan yang layak dan cocok untuk dia kerjakan.Tio kembali mendatangi sebuah warung yang lebih besar, dia m
“ Alhamdulillah,” ujar Tio dengan syukur, melihat barang dagangannya yang sudah habis terjual. Jam masih belum terlalu sore, dia mengambil uang sepuluh ribu untuk mengisi perutnya.Dia juga akan membeli beberapa sendal, untuk di jual besok siang setelah pulang bekerja.****Tio pulang dengan raut wajah senangnya, namun raut wajahnya langsung berubah ketika dia memasuki rumah melihat tatapan Jika yang seperti biasanyaNamun pandangan Nila langsung tertuju kepada sendal yang dibawa oleh Tio.“Buat apa kamu beli sendal sebanyak itu? Buang-buang uang?” tanya Mila dengan nada sinisnya.Tio dengan senang menyondorkan beberapa helai uang kepada Mila. “Aku jualan sendal, Mila. Aku mengambil kerja setengah hari, dan menjual sendal di pinggir jalan. Hasilnya juga lumayan,” ujar Tio, degan raut senang ya menceritakan semuanya kepada Mila.Mila mengambil uang Tio degan kadar, dihitungnya uang tersebut namun tak membuat Mila merasa puas juga “Uang segini kamu bilang lumayan? Ini sangat kurang!”
Bertemu Reva Tio kini sedang bekerja pagi di tempat yang lama, degan semangat yang selalu membara membuat bos dan karyawan yang lain senang melihat kerja keras Tio.“Semakin hari, kamu terlihat semakin semangat bekerja,” celutuk Bima, sembari melirik Tio yang tebgah bekerja.“Harus, jika aku tidak seperti ini kasihan keluargaku dirumah,” jawab Tio.Bima memganggukan kepalanya Banga kepada Tio, dia tidak pernah menyerah sama sekali dalam bekerja demi keluarga kecilnya. Bima juga tahu, jika Tio melakukan dua pekerjaan sekaligus setiap hari, tanpa ada rasa lelah yang menghambat pekerjaannya.Walau penghasilan tidak menentu, tapi tidak membuat Tio untuk menyerah. Demi mencukupi kebutuhan hidup angota keluarganya.“Jam berapa kamu setiap hari berjualan sendal?” tanya Bima, ketika Tio menghentikan pekerjaannya.“12 siang, aku sudah mulai pergi dari sini. Jika dilihat dari jam kerja, sekitar jam satu,” jswab Tio dengan mantap.“Apakah aku boleh membantumu? Rasanya aku memiliki ahli dalam
Malu rasanya dia menatap wajah mantan istrinya tersebut, yang dia tinggalkan hanya demi seorang yang lebih cantik darinya. Namun Tio ternyata salah, kini Reva lebih cantik dan lebiuh menawan daripada Mila.Reva menganggukan kepalanya. “Coba ceritakan Tio, apa yang terjadi? Kau benar berubah 100 persen,” ujar Reva. “Aku malu, Mila. Malu,”, balas Tio membuat Reva langsung mengerutkan keningnya.“Kenapa harus malu bersamaku?” tanya Reva dengan cepat, menatap wajah Tio yang sama seklai tidak mau menatap wajah dirinya Terlihat mobil Roy sudah datang, namun Roy tidak akan kekuar mobil. Membiarkan Reva berbicara dengan Tio.“Aku benar malu Reva, hidupku sekarang jauh dari kata baik. Bahkan terkadang makan saja harus mengutang di warung,” ujar Tio membuat Reva kaget mendengarnya. Sebegitu kah parahnya Tio sekarang?“Lalu, kamu masiu bersama istrimu? Apakah dia tidak membantumu untuk bekerja?” tanya Reva, mengingat jika Tio masih memiliki istri.Tio menggeleng. “Asal kamu tau Reva, dia sama
“Tio, apakah ku boleh bertemu keluargamu?” tanya Reva, membuat Tio menatap wajahnya dengan tajam.“Ada apa Mila?” Tanya Tio dengan heran, jujur dalam hati dia sebenarnya malu jika Mila mengetahui kondisi keluarganya sekarang.Reva tersenyum, menatap wajah Tio. “Tidak apa, aku ingin bertemu dengan anakkmu. Sekaligus mungkin aku bisa membantumu sedikit,” jawab Reva meyakinkan Tio.Tio menghembuskan nafasnya dengan pelan. “Baiklah, mari aku antarkan kerumah,” ujar Tio mempersilahkan.“Naik mobil kami aja, jati kamu beritahu jalannya, ya?”**** Reva dan Roy berhenti di supermarket terdekat terlebih dahulu, Reva keluar sendirian dari mobil untuk membeli beberapa kebutuhanSementara Roy berada di dalam mobil bersama dengan Tio, mengobrol memecahkan keheningan dan kecangungan yang melanda mereka berdua.Reva membeli banyak perlengkapan untuk Tio, dia mencari perlengkapan bayi dan juga beberapa kebutuhan makanan pokok. Reva akan memberikan tersebut kepada Tio, dia yakin jika Tio membutuhkan
“Reva, kamu jangan kaget, melihat kondisi rumah saya yang sekarang seperti ini,” ujar Tio seolah membaca isi pikiran Reva.Reva tersenyum, sambil memganggukam kepalanya. “tidak apa, semuanya bisa berubah kapan saja Tio. Nanti kamu pasti akan kembali mendapatkan kebahagian kamu yang duku,” jawab Reva, berusaha meyakinkan kepada mereka.Roy menepuk pundak Tio, berusaha untuk menyemangati dirnya. Terlihat sekali jika Tio merasa seperti menyesal, namun ditutupi oleh keramahannya.“Perjuangan butuh proses yang lama, jangan jadikan kegiatan yang dulunya gampang kini anggap menjadi sama” balas Roy.Tio Menganggukan kepalnya, kedatangan mereka justru membuat semangatnya semakin bertambah besar. “Jika nanti Angga sudah akan bersekolah, jangan sungkan untuk menghubungiku, Tio. Nanti biar aku yang membiayai semua pendidikannya,” ujar Reva, menatap wajah Angga yang sangat lelap untuk tidur di dalam dekapan gendongannya.Tio menggelengkan kepalanya dengan cepat, sekaligus kaget dengan perkataan Re