Reva sudah mulai merasa fresh. Tubuhnya sudah tak lelah karena ia sudah sempat tidur beberapa menit. Ia terbangun ternyata Roy masih tidur. "Jam berapa sih ini? Kok laper banget," gumam Reva. Ia kemudian melirik jam dinding dan ternyata sudah pukul enam. "Hah? Lama bener berarti aku tidur nih?" Reva merasa lapar melihat di meja makan ada roti saja. Padahal ia ingin makan nasi. Ia melihat ada telepon dan nomor restoran. Ia pun memesan dua nasi goreng spesial lengkap dengan jus wortel dan orange jus untuk Roy.Saat pelayan datang, Roy pun terbangun. "Kamu sudah bangun?" tanya Roy."Sudah, aku bangun tidur terus laper banget jadi aku pesan makanan deh" jawab Reva ia sudah bersiap untuk makan."Kamu makan saja dulu! Aku mau mandi dulu," sahut Roy. Ia memang tak nyaman kalau makan belum mandi. Padahal sejak tadi siang Roy juga bekerja di Sana. Melihat Reva tidur ia tak hendak membangunkan. Ia sudah meminta anak buahnya untuk mengatur semua pekerjaan. Hanya saja memang ada yang harus ia
"Iya, Bu. Motor bekas bukan baru. Kata ayah gaji saya untuk beli Motor saja agar bisa mempermudah saat bekerja dan juga mengurangi transportasi," jawab Lina."Wah bagus itu pemikiran kamu. Jadi kamu bisa baik motor, Lin?" "Bisa, Bu. Hanya saja kalau bukan milik saya sendiri saya nggak mau pinjem. Kalau ada saya pakai kalau nggak ya saya naik angkutan umum seperti kemarin,'' jawab Lina."Bener banget itu. Ya sudah sekarang kamu bekerja yang rajin, ya! Mungkin saja nanti kamu bisa beli rumah sendiri," sahut Reva memberikan semangat untuk Lina."Terima kasih, Bu." Lina pun bergegas masuk ke dalam toko untuk mulai bekerja hari ini.Siang harinya Reva pulang. Ia ingin merebahkan diri di atas kasurnya. Tubuhnya memang tidak seperti saat hamil. Ia jadi lebih sering lelah. Memang ia juga tak merasa mual atau yang lain. Tetapi tetap saja ia merasa kalau dirinya lemas.Tok tok tok.Baru saja ia hendak tiduran bi Ira mengetuk pintu. "Masuk, Bi!""Non, ada tamu yang kemarin datang," ucap Bi Ira.
Reva menganggap Ivan juga baik. Cara bicara nya pun santun. Tetapi dia juga cukup tampan. Kalau saja Mega mau sih akan lebih bangga kalau Mega punya suami yang tampan. Meskipun pekerjaan nya adalah office boy. Pekerjaan itu juga tidak lah buruk. Banyak orang menganggap kalau sudah pendidikan tinggi akan merasa gengsi untuk melakukan pekerjaan yang ia merasa bukan levelnya padahal ia juga harus menyambung hidup. Minimal untuk makan saja. Makan juga harus punya uang kalau mau beli juga bisa mau masak sendiri juga tapi semuanya juga harus punya modal. Ya kalau anak orang kaya bisa dapat warisan atau uang terus mengalir. Bagaimana dan apa kabar kalau anak orang biasa? Tentu tidak bisa survive. Ivan datang dengan menunjukkan keseriusan nya pada Mega datang menemui Reva. Meskipun Ivan takut dengan status nya yang adalah seorang office boy. Tapi kalau dipikir kampus Mega dan tempat kerja Ivan cukup jauh. Kenapa harus Ivan mau bolak balik untuk bekerja sebagai office boy? Reva juga masih bel
"Kalau ibu memang tulus minta maaf, kami siap kok memaafkan. Hanya saja memang tak mudah untuk percaya kembali seperti dulu," ucap Roy.Mereka juga masih menjaga jarak. Begitu juga dengan Reva. Isi pertemuan mereka hanya lah Bu Wendah terus minta maaf dan mendoakan yang terbaik untuk Reva dan bayinya. Setelah waktu kunjung selesai pun akhirnya Reva bersalaman dengan ibu mertuanya. Reva merasa begitu hangat dan teduh. Selama menjadi menantu baru kali ini Reva merasa merasa dekat dengan ibu mertuanya. Kalau saja sejak pertemuan awal baik maka tentu saja tak akan perlu bu Wendah masuk ke dalam penjara. Tapi mau apa dikata karena ini semua juga sudah takdir atau menang keinginan bu Wendah sendiri.Reva kemudian pulang bersama dengan Roy. Tangan Reva pun sudah tak lagi membeku seperti tadi. Ia sudah tak merasa takut lagi dengan ibu mertuanya. "Roy, kasihan ibumu. Apakah tidak sebaiknya kamu cabut laporan untuk bisa membebaskan ibumu saja?" usul Reva. Ia benar-benar merasa tak tega denga
Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but
Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan
Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la
Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau