Pria berkaca mata hitam menganggukan kepalanya. “Roy sudah berjalan kemari, dan di perjalanan juga aku suda mempersiapkan sesuatu untuk dirinya,” jelas pria itu membuat Mike tertawa senang.“Aku akan melihat bagaimana perjuangan Roy, demi mendapatkan pujaan hatinya!” kekeh Mike.Lain halnya dengan Roy, yang kini sedang di perjalanan menuju alamat dimana Reva berada. Sejak tadi Roy tak henti berkomat Kamit, agar tidak terjadi sesuatu kepada Reva.Namun baru saja Roy mengambil jalan pintas, dari kejauhan terlihat beberapa pria berbaju hitam menghadang jalan tersebut.Roy berdecak dengan kesal, dia lalu memberhentikan mobilnya dan turun untuk melihat siapa pria tersebut.Roy terkekeh, melihat beberapa pria berbaju hitam sudah pasti Roy tahu siapa mereka.“Dimana bos kalian? Gak punya rencana sampai memakai umpan segala?” ejek Roy, berhasil membuat anak buah Mike menggeram kesal.Bugh!Roy yang belum siap menerima pukulan, sedikit terhuyung ke belakang. Roy pun membalas pukulan tersebut t
Reva menggeram kesal, ketika Mike terus berbicara tentang Roy. Entah kenapa Roy sangat tidak suka melihat Mike seperti merendahkan Roy.“Kenapa kau begitu dendam dengan Roy?” Sela Reva, di sela-sela ucapan Mike.Hahaha!Mike tertawa dengan kencang, tapi tertawa dengan perasaan yang berbeda. Entah kenapa Reva dan Mila merasa takut, dengan Mike yang tertawa “Aku dendam, karena Roy selalu saja menghancurkan semua rencanaku!” Mike memalingkan wajahnya, dia membalikkan badan memasukkan kedua tangannya ke kantong celananya.“Dan sekarang aku akan membalaskan semuanya!”Nafas Reva menggebu, dia sungguh ingin teriak sekarang. “Tapi kenapa kau justru menyekap diriku di sini? Aku bahkan tidak tahu apa masalah kalian!”“Udah, jangan di lawan!” bisik Mila, namun tak dihiraukan oleh Reva.Mendengar ucapan Reva, membuat Mike kembali membalikan badannya. Dia menatap Reva dengan tatapan yang tajam.Reva meneguk slavianya, ketika Mike terus menatap dirinya dengan tatapan yang sangat tajam.“Kau tahu
Reva melebarkan matanya, tidak percaya dengan aksi yang dilakukan oleh Roy. Membuang uang, hanya untuk menebus dirinya?Mike mengambil kartu tersebut. “Bukan ini saja Roy, sebuah syarat utama harus kau lengkapi.”Roy mengepalkan tangannya dengan kesal, sungguh Mike membuat dirinya naik darah. Dia kira setelah uang yang diberikan cukup banyak, akan membuat Mike diam namun sekarang dia membutuhkan sebuah syarat.Roy mendekat kepada Mike, dia menatap Mike dan Mike menatap dirinya juga.“Apa syaratnya?”“Berikan aku perizinan senjata ilegal, yang akan ku keluarkan nanti.”Roy diam membisu, ketika mendengar syarat yang diajukan oleh Mike. Sementara Mike menatap raut wajah Roy yang sangat tidak bisa ditebak bagaimana.“Kenapa diam? Kau tidak mau membantuku?” Mike berkata seolah dirnya merasa tersakiti, Roy sudah mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya sudah mengeras ingin sekali dia menghantam pria di hadapannya ini.“Kenapa kau begitu penting dengan senjata ilegal? Lalu jika aku memberikan
Reva justru kaget mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Roy, dia sangat yakin jika Roy terpaksa melakukan itu semua hanya demi dirinya.Prok!prok!prok!Mike bertepuk tangan dengan senang, dia mengulurkan tangannya kehadapan Roy. “Deal? Akan memberikanku surat izin?”Roy masih menimbang, namun melihat Reva menatap dirinya penuh harap dia menjabat tangan Mike.“Deal!”Roy dan Mike melepaskan jabatan tangannya. Mike menatap Mila yang masih menatap dirinya dengan kaget. “Mila, lepaskan dia!" Mila pun melepaskan tali yang mengikat di sekuruh tubuh Reva, Reva menghembuskan nafasnya dengan lega akhirnya tali itu bisa terlepas dari tubuhnya.Reva dengan cepat mendekati Roy, Mike masih menatap tajam kearah Roy. “Aku tunggu surat izinmu, dan jika kau mengingkari jangan harap kau bisa tenang lagi!" ujar Mike memberi peringatan kepada Roy.Roy menganggukan kepalanya dengan mantap. “Aku tidak pernah munafik dengan perkataanku sendiri, besok aku akan membawakan untukmu.” Ujar Roy sebelum Roy perg
“Iya aku tahu, tapi di balik itu semua pasti ada alasan yang ibumu tidak bisa dijelaskan.”Reva menghembuskan nafasnya. “Lalu sekarang aku harus bagaimana? Pulang ke kampung? Tidak mau aku, pasti ibu akan marah kepadaku,” ujar Reva dengan nada yang sedikit ketus di lontarkan.“Ibumu pasti jelas marah kepadamu, aku saja tadi marah bukan?” balas Roy, masih menatap Reva yang sama sekali tidak menatap dirinya. “Kau tidak mau pulang ke kampung? Jika kau mau aku yang akan mengantarkan mu.”Reva dengan cepat menatap Roy, lalu menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Jangan! Yang ada malah semakin membuat suasana ricuh,” ujar Reva. Jika benar Roy yang akan mengantarkan dirinya pulang, mungkin akan terjadi perang besar di rumahnya.“Lalu kau akan tinggal di sini?”Reva dengan polosnya menganggukan kepalanya, membuat Roy tersenyum singkat. “Baiklah, aku ikuti saja semua kemauanku,” ujar Roy.Roy pun menjalankan kembali mobilnya, perjalanan mereka cukup jauh. Karena letak rumah dan tempat penyekap
Setelah makan bersama di meja makan, kini mereka ada di halaman belakang rumah yang sangat sejuk dan asri.Reva bercerita dari awal ke kota, dan berakhir bagaimana disini.Bi Ira kaget, mendengar certa dari Reva. “Berati waktu bibi kepasar kamu datang kemari?” tanya Bi Ira, membuat Reva menganggukan kepalanya dengan ragu.“Mungkin, soalnya di rumah sangat sepi sekali. Halaman juga masih kotor waktu itu,” jawab Reva membuat Bi Ira menjadi ingat.“Pantas saja, waktu bibi Pulang dari pasar halaman sudah bersih gerbang terbuka dengan lebar. Bibi kira den Roy yang datang kemari, membersihkan halaman,” ujar Bi Ira.Roy terkekeh mendengar ucapan Bi Ira. “Yakali saya nyapu bi, lihat sapu saja saya malas mengambilnya,” sahut Roy membuat mereka tertawa.“Lalu bagaimana dengan yang menculik kamu? Apakah kalian sudah lapor polisi?” tanya Bu Ira.“Dia—““Sudah dong bi, tinggal polisi saja yang mengurus untuk mencari penculiknya.” Baru saja Reva hendak menyahut, Roy lebih dulu menjawab membuat Reva
Roy meminum minuman yang dia pesan, sebelum menajwab ucapan Mike. “Anggap itu bayaran jika kau tidak akan menganggu hidupku, apalagi Reva,” jawab Roy dengan sinis.Mike tersenyum miring, mendengar ucapan Roy. “Aku heran, kenapa kau begitu gampangnya memberikan uang untuk gadis yang sama sekali belum menjadi milikmu?” Tanya Mike berhasil membuat Roy menatapnya dengan sangat nyalang, seolah ingin memakannya.“Karena dia lebih berharga daripada uang, walaupun dia bukan milikku setidaknya aku pernah membebaskannya dari manusia sepertimu!” Prok! Prok! Prok!Mike bertepuk tangan, mendengar ucaoan dari Roy. Sementara Roy memutar bola matanya dengan malas.“Kau jenius.”Roy tak menanggapi lagi, dia meminum kopi yang dia pesan dan melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Tidak ada yang dibicarakan lagi 'kan? Aku tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu denganmu.” Mike memganggukan kepalanya, dia mempersilahkan Roy untuk pergi. Meliha Roy yang sudah pergi dari hadapan Mike, memb
Sudah satu Minggu Reva tinggal di rumah singgah Roy, dia sungguh senang berada di rumah tersebut.Dalam satu Minggu juga, dirinya tidak menghidupkan ponselnya. Karena dia sudah tahu, jika keluarganya tengah mengawatirkan dirnya.“Selamat pagi, Bi Ira,” sapa Reva, sembari berjalan menuruni tangga. Melihat Bi Ira yang tengah membersihkan rumahnya.“Selamat pagi juga, Neng Reva. Udah ceria aja pagi-pagi ini,” ujar Bi Ira, melihat raut wajah ceria Reva.Entah kenapa suasana hati Reva sangat senang sekali, apa yang membuat dirinya tidak tahu. Mood dia sedang sangat baik-baik saja.“Seneng aja Bi Ira, mau Reva bantuin gak?” tawar Reva, menatap lingkungan rumah yang sudah sangat bersih.Bi Ira menggelengkan kepalanya, sambil kembali melanjutkan menyapu. “Tidak perlu, Neng sudah diam saja. Lakukan yang neng suka, ini mah pekerjaan Bi Ira,” ujar Bi Ira. Reva mendengus kesal. “Aku sama sekali tidak pernah membantu Bi Ira selama disini.” Ya saat seminggu dia berada di rumah singgah. Namun sam