Share

113. Pralaya Berulah Lagi

Malam hari yang gelap cukup ricuh Ketika sejumlah besar bebatuan mulai jatuh dari tebing bukit. Sementara itu dinginya malam kian menjadi dingin akibat tumpukan mayat yang tertimbun reruntuhan batuan.

Cicak yang melihat hal ini hanya bisa menyesal.

“Sial! Kenapa aku tidak memikirkan hal ini.” sosok itu hanya bisa merasa malu Ketika begitu ceroboh mengharapkan sesuatu.

Kini dia hanya bisa menghela nafas tidak puas.

Saat Cicak tengah menempel di sebuah batu, getaran mulai dia rasakan menjalar di udara.

Merasakan sesuatu yang tidak beres, Cicak mulai bergerak dengan lentur ke arah sisi batu lainnya.

“Ting duar!”

Suara nyaring terdengar di ikuti dengan suara besar. Sebuah pedang berwarna hitam menghantam batu yang ditempati Cicak sebelumnya dengan sangat kuat.

Cicak yang masih menempel di bagian lain batu hanya bisa meloncat ke belakang untuk menghindar dari dampak benturan.

Dengan begitu Cicak mulai melihat ke arah sosok penyerang.

“B-bagaiman kau bisa tau aku di sini?” tanya Ci
Ampas tahu

Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status