Di sebuah gua berongga yang ada di dalam alam kecil, seorang pemuda tegap tengah mendongak ke atas dengan tampilan yang begitu kesusahan. Sosok pemuda itu seolah mengintip sesuatu yang ada di atasnya dengan begitu penasaran. “Arghhhh sial, aku sudah lelah berkeliling!” keluh Surya saat berhenti untuk mendongak. Pemuda yang lemas itu tidak lain adalah Surya, dia baru saja selesai untuk mengelilingi area gua gelap yang berongga itu. Pemuda itu pada awalnya begitu yakin bahwa dia bisa menemukan jalan keluar dari tempat ini, namun setelah beberapa saat berjalan menyusuri, Surya sama sekali tak bisa menemukan bahkan setitik cahaya. Dengan ini Surya hanya bisa berpikir untuk kembali melalui tempat dia terjatuh pertama kali. Meskipun Surya pada awalnya tak berharap banyak karena dia merasakan bahwa dia telah terjatuh cukup jauh, Surya sama sekali tak menyangka bahwa jarak anata dua dan juga lubang tempatnya terjatuh begitu jauh. Bahkan Surya sama sekali tidak bisa melihat lubang itu da
“Aaaaa...” Suara membuka mulut terdengar saat Surya mulai menggerakan daging buaya mentah yang ada di tangannya untuk masuk ke dalam mulutnya. Pemuda itu begitu takut saat mengarahkan daging mentah itu ke dalam mulutnya, dia bahkan menutup mata dengan cara yang bergetar saat melakukan kegiatan itu. Surya jelas sangat tidak sudi untuk makan hal itu, namun saat dia berpikir bahwa perutnya telah begitu ganas meminta makan, Surya hanya bisa menyetujuinya. Pemuda itu bahkan sekarang menjadi rindu saat dia berubah menjadi harimau dan tak memakan apa-apa selain minum air karena tak ingin makan daging mentah. Meskipun ingin, Surya sama sekali tidak bisa. jelas bahwa energinya sudah benar-benar habis, bagaimana bisa Surya pulih dengan cepat jika dia hanya mengandalkan tubuhnya untuk memulihkan energinya dengan sendirinya. Jelas itu akan membutuhkan waktu yang lama! Surya sudah jelas-jelas muak berada di tempat yang mengerikan ini. Dengan ini Surya pasrah terhadap dirinya sendiri saat b
Di sebuah gua yang gelap, tampak seorang pemuda tengah menunduk dengan girang saat memperhatikan sebuah benda kubus di tanganya. “Ahahahah kau yakin benda ini akan berhasil!” Surya menebak dengan begitu semangat. Dengan ini pemuda tegap yang tampil buruk beberapa lalu mulai berjalan dengan ringan menuju ke satu arah. Pemuda itu kini tak lagi tertekan seperti sebelumnya, dia bisa bernafas begitu lega seolah tak ada hal buruk yang akan menimpanya. Setelah beberapa saat berjalan, Surya pun akhirnya sampai di tengah-tengah dari area yang telah lama ditempatinya. Area itu masih sama saja seperti area lain yang ada di gua di sekitarnya. namun meskipun begitu, hanya ada sedikit rongga yang berdekatan sehingga surya lebih leluasa di dalamnya. Setelah Surya sampai di tempat itu, pemuda itu dengan semangat meletakan benda kubus yang telah lama dibawanya dengan tampilan yang begitu berbinar. Pemuda itu meletakan benda kubus itu dengan penuh perhitungan seolah tengah meletakan anaknya dan b
“Huft begitu bosannya...” keluh seorang pemuda berambut coklat saat menggendong sebuah benda yang memiliki ukuran dua kali kepala orang dewasa menggunakan kedua tangannya. “Hey cepatlah jangan bermalas-malasan, kita akan segera tambah kuat beberapa waktu lagi.” Sela sosok berambut hijau yang juga membawa benda sama menceramahi sosok yang ada di dekatnya. “Ahhh untuk apa kita begitu bersemangat menaruh mayat-mayat ini. kita akan bisa menyelesaikan ini kapan saja, bukankah pekerjaan kita ini begitu sederhana, tak usah terburu-buru dan membuatnya rumit." sosok berambut coklat tampak kesal saat berkata dengan malas. Mendengar hal ini, sosok berambut hijau hanya bisa mengeluh dengan tak berharap. “Karena hal itu lah kita harus semangat, apakah kau ingin terus menjadi seperti ini sementara yang lain bisa naik jabatan?” Sosok rambut coklat yang mendengarkan hal ini masih saja menjawab dengan malas. “Ahhh apanya yang naik jabatan, sudah bisa makan, minum, berjudi dan bermain dengan perem
Di sebuah area gelap yang berongga, tampak dua orang tengah berbicara satu sama lain dengan canggung. “Siapa yang akan mempercayaimu? Bukankah kau sendiri tahu bahwa ada begitu banyak orang di tempat ini?” “A-ah aku yakin bahwa telah merasakan sesuatu tepat di sana.” Sosok yang lain itu terus mengarahkan jarinya ke satu arah. Sosok yang berkata pertama kali hanya bisa menggelengkan kepalanya tak berharap. “Kau sungguh sudah tak tertolong, apakah kau ingin aku bilang pada orang di atas bahwa kau bermalas malasan?” Mendengar hal ini, sosok yang menunjuk itu menjadi gugup. “Aa—ahhh t-tapi.” “Tidak ada tapi-tapi, cepat lanjutkan tugasmu!” sosok itu berkata marah ke arah pemuda yang menunjuk itu. Melihat respon pihak lain yang begitu keras, sosok pemuda yang menunjuk itu hanya bisa pasrah saat berjalan dengan malas menuju ke satu arah. Sementar sosok pemuda yang menunjuk itu telah pergi, sosok yang memerintahkannya untuk pergi mulai melihat ke arah yang telah pemuda itu tunjuk seb
Di sebuah area yang tenang, seorang pemuda tegap tengah duduk dengan penasaran menatap ke arah beberapa hal yang ada di telapak tangannya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya yang baru saja berdamai dengan dirinya sendiri saat tak mampu mencari cara yang tepat untuk keluar dari masalahnya. Karena begitu tidak tahu apa yang harus dia lakukan, pemuda itu kemudian kembali menggunakan kubus yang telah diwariskan oleh bunglon kepadanya untuk membuat sebuah tempat yang aman. Setelah itu, pemuda tegap yang masih sedikit kesal itu mulai merencanakan untuk melihat semua barangan jarahannya. Surya yang masih saja menatap sejumlah cincin yang ada di telapak tangannya tampak bingung. “Ahhh hal mana dulu yang aku lihat?” tanya Surya masih saja berkonflik. Jelas bahwa pemuda itu tidak benar-benar ingin melihat ke dalam sekumpulan cincin itu sekarang. Namun karena tak ada lagi yang bisa dia lakukan, Surya pun mulai mengambil salah satu cincin yang ada di tangannya. Selain karena Surya ingin me
Sosok Surya tampil sedikit buruk saat melihat ke satu arah. Pemuda itu baru saja melakukan kegiatan menyenangkan saat dia menutup mata ketika memilih cincin yang akan dia lihat isinya. Namun Surya yang senang itu hanya bisa sedikit heran, ini semua karena hal yang didapati surya adalah kalung dengan batu biru di tengahnya. Meskipun tampilan dari kalung itu begitu glamor dan tampak mahal, Surya entah mengapa tampil begitu buruk sampai-sampai dia menghilangkan ekspresi bahagianya yang terpampang cerah di wajahnya pada saat sebelumnya. “Ahhh aku baru ingat bahwa benda ini berasal dari sosok itu.” Surya berkata dengan mengejek. Pemuda itu baru saja ingat bahwa kalung itu merupakan benda yang ditinggalkan oleh pemimpin dari dua orang yang surya telah lihat cincin penyimpanannya pada waktu sebelumnya. Surya sudah melihat isi dari kalung biru permata itu pada awalnya, Surya jelas kecewa dengan isi kalung itu, pemuda tegap itu berharap begitu banyak saat berpikir bahwa dia seharusnya men
Di sebuah area yang tertutup dengan sejumlah filamen berwarna kebiruan di sekitarnya, tampak ada seorang pemuda tegap tengah duduk terpaku di area tengah dari tempat aneh itu. Pemuda itu begitu fokus saat menatap buku sedikit tua yang ada di hadapannya. “Ahhh sekarang aku yakin hal ini lah yang disembunyikan sosok itu!” teriak Surya sedikit bahagia. Di saat itu, Surya begitu kagum dengan serangan yang dilancarkan oleh pemuda slengean pada waktu sebelumnya. Jika pemuda itu benar-benda menghantamkan kepalanya ke arah Surya, mungkin Surya telah lama tak bernafas sekarang. Surya sedikit ingin menggunakan jurus itu jika dia bisa. Lagipula Surya kekurangan jurus sekarang. “Serangan tanduk membabi bauta...” gumam Surya pelan saat melihat kata-kata yang ada di sampul buku lusuh itu. “Apakah aku mungkin menggunakan serangan itu menjadi seranganku?” tanya Surya penuh harap. Dengan ini pemuda berbadan tegap itu mulai membaca dengan tampilan yang khusyuk. Aksara di buku itu jelas dapat de