Di sebuah area gelap yang berongga, tampak dua orang tengah berbicara satu sama lain dengan canggung. “Siapa yang akan mempercayaimu? Bukankah kau sendiri tahu bahwa ada begitu banyak orang di tempat ini?” “A-ah aku yakin bahwa telah merasakan sesuatu tepat di sana.” Sosok yang lain itu terus mengarahkan jarinya ke satu arah. Sosok yang berkata pertama kali hanya bisa menggelengkan kepalanya tak berharap. “Kau sungguh sudah tak tertolong, apakah kau ingin aku bilang pada orang di atas bahwa kau bermalas malasan?” Mendengar hal ini, sosok yang menunjuk itu menjadi gugup. “Aa—ahhh t-tapi.” “Tidak ada tapi-tapi, cepat lanjutkan tugasmu!” sosok itu berkata marah ke arah pemuda yang menunjuk itu. Melihat respon pihak lain yang begitu keras, sosok pemuda yang menunjuk itu hanya bisa pasrah saat berjalan dengan malas menuju ke satu arah. Sementar sosok pemuda yang menunjuk itu telah pergi, sosok yang memerintahkannya untuk pergi mulai melihat ke arah yang telah pemuda itu tunjuk seb
Di sebuah area yang tenang, seorang pemuda tegap tengah duduk dengan penasaran menatap ke arah beberapa hal yang ada di telapak tangannya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya yang baru saja berdamai dengan dirinya sendiri saat tak mampu mencari cara yang tepat untuk keluar dari masalahnya. Karena begitu tidak tahu apa yang harus dia lakukan, pemuda itu kemudian kembali menggunakan kubus yang telah diwariskan oleh bunglon kepadanya untuk membuat sebuah tempat yang aman. Setelah itu, pemuda tegap yang masih sedikit kesal itu mulai merencanakan untuk melihat semua barangan jarahannya. Surya yang masih saja menatap sejumlah cincin yang ada di telapak tangannya tampak bingung. “Ahhh hal mana dulu yang aku lihat?” tanya Surya masih saja berkonflik. Jelas bahwa pemuda itu tidak benar-benar ingin melihat ke dalam sekumpulan cincin itu sekarang. Namun karena tak ada lagi yang bisa dia lakukan, Surya pun mulai mengambil salah satu cincin yang ada di tangannya. Selain karena Surya ingin me
Sosok Surya tampil sedikit buruk saat melihat ke satu arah. Pemuda itu baru saja melakukan kegiatan menyenangkan saat dia menutup mata ketika memilih cincin yang akan dia lihat isinya. Namun Surya yang senang itu hanya bisa sedikit heran, ini semua karena hal yang didapati surya adalah kalung dengan batu biru di tengahnya. Meskipun tampilan dari kalung itu begitu glamor dan tampak mahal, Surya entah mengapa tampil begitu buruk sampai-sampai dia menghilangkan ekspresi bahagianya yang terpampang cerah di wajahnya pada saat sebelumnya. “Ahhh aku baru ingat bahwa benda ini berasal dari sosok itu.” Surya berkata dengan mengejek. Pemuda itu baru saja ingat bahwa kalung itu merupakan benda yang ditinggalkan oleh pemimpin dari dua orang yang surya telah lihat cincin penyimpanannya pada waktu sebelumnya. Surya sudah melihat isi dari kalung biru permata itu pada awalnya, Surya jelas kecewa dengan isi kalung itu, pemuda tegap itu berharap begitu banyak saat berpikir bahwa dia seharusnya men
Di sebuah area yang tertutup dengan sejumlah filamen berwarna kebiruan di sekitarnya, tampak ada seorang pemuda tegap tengah duduk terpaku di area tengah dari tempat aneh itu. Pemuda itu begitu fokus saat menatap buku sedikit tua yang ada di hadapannya. “Ahhh sekarang aku yakin hal ini lah yang disembunyikan sosok itu!” teriak Surya sedikit bahagia. Di saat itu, Surya begitu kagum dengan serangan yang dilancarkan oleh pemuda slengean pada waktu sebelumnya. Jika pemuda itu benar-benda menghantamkan kepalanya ke arah Surya, mungkin Surya telah lama tak bernafas sekarang. Surya sedikit ingin menggunakan jurus itu jika dia bisa. Lagipula Surya kekurangan jurus sekarang. “Serangan tanduk membabi bauta...” gumam Surya pelan saat melihat kata-kata yang ada di sampul buku lusuh itu. “Apakah aku mungkin menggunakan serangan itu menjadi seranganku?” tanya Surya penuh harap. Dengan ini pemuda berbadan tegap itu mulai membaca dengan tampilan yang khusyuk. Aksara di buku itu jelas dapat de
“Snifff.... Ahhhhh....” Di sebuah area yang lapang namun gelap, tampak seorang pemuda tegap tengah mencium satu hal dengan begitu penuh nafsu. Pemuda itu sama sekali tak membiarkan sedikitpun dari bau benda yang ada di ciumnya itu untuk pergi dan menyebar dengan sia-sia. “Ahhhhh ini begitu harum dan juga nyaman, tapi jelas bau ini lebih pekat dari bau yang sebelumnya,” kata pemuda tegap itu paham. Pemuda yang sedang sibuk menciumi hal balok logam yang sedikit rusak itu adalah Surya. pemuda itu telah terjebak di dalam gua ini cukup lama. Karena Surya sendiri menjadi buntu dan tak tahu harus melakukan apa, dia hanya bisa menghabiskan waktunya untuk melihat-lihat hal yang ada di dalam penyimpanan yang telah dia jarrah dari orang-orang sebelumnya. Mencium bau yang semakin kuat itu, Surya mulai membolak-balikkan balok logam yang ada di tangannya dengan begitu penasaran. “Aku jadi penasaran hal apa yang sebenarnya di sembunyikan di dalam...” kata Surya dengan sedikit bersemangat. Sur
“Grrr... Grr...” Suara getaran yang renyah tiba-tiba saja terdengar di tempat yang seharusnya kedap suara itu. Jelas bahwa Surya kini berada di dalam tempat vakum yang telah dia buat menggunakan kubus milik bunglon beberapa saat sebelumnya. “Apa lagi ini?” tanya Surya saat mencari tahu bunyi apa itu sebenarnya. Pemuda berbadan tegap itu kemudian mulai melihat ke seluruh sudut yang ada di tubuhnya. Setelah beberapa saat mencari, Surya akhirnya menemukan tempat mana yang bergetar itu. Hal itu berada tepat di kantung yang ada di baju miliknya. Surya yang melihat getaran halus itu hanya bisa menyipit dibuatnya. “Apakah perutku meronta-ronta ingin makan lagi? Tapi mengapa aku tak merasakan lapar?” tanya Surya bingung. “Grrr... grrr...” hal yang ada di perut Surya itu terus saja bergetar selama beberapa saat lagi. Karena Surya begitu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, pemuda tegap itu akhirnya meraih area perutnya itu dengan begitu waspada. “Grrr... Grrrr.” Dengan ini
Di dalam area yang tertutup oleh filamen berwarna biru, tampak sebuah pedang gelap tengah mengudara dengan tampilan yang bergetar. Pedang itu memang benda mati, namun hal panjang gelap itu terlihat begitu hidup saat gemetar ketakutan di udara. Pedang itu tampil begitu pengecut saat memundurkan tubuhnya seolah takut melihat ke satu arah. Arah yang menjadi hadapan pedang itu melihat adalah seorang pemuda tegap yang sedang berdiri di depannya. Pemuda itu terlihat begitu biasa, tak ada sedikitpun hal yang mencengangkan dari pemuda itu kecuali senyuman aneh yang terus saja menghiasi wajahnya. “Hahahahahahaha akhirnya!” teriak pemuda sebelumnya dengan tidak jelas. Pralaya yang melihat hal ini menjadi terkejut. pedang itu lagi-lagi tampil seperti makhluk hidup saat menunjukan gerak-gerik ragu. Pedang pralaya itu seolah berkata. “Ada apa dengan manusia aneh ini?” Sementara pedang gelap itu tengah gemetar seolah ketakutan, Surya yang menjadi alasan dari sikap pedang itu hanya bisa terus
“Hiyaaa!” teriak seorang pemuda saat meraih sebuah benda panjang gelap yang bergerak ke arah tangannya. Pedang yang sudah sedari tadi melesat dengan cepat ke arah pemuda itu berada hanya bisa terkejut dan mencoba untuk menghentikan dirinya. Namun sayang seribu sayang, pedang itu sama sekali tak bisa mewujudkan keinginannya itu karena di berada di udara. Tak ada satu hal pun yang bisa menahannya sekarang, bahkan untuk gaya gesek, udara begitu lemah untuk menahan. Dengan ini pedang itu hanya bisa pasrah dengan menyesal ketika masuk ke pelukan pemuda yang ada di hadapannya. Jelas bahwa pedang itu telah masuk ke dalam perangkap pihak lain. Pedang yang tertangkap itu hanya bisa bertanya-tanya, apa kebutuhan tuannya menjebaknya seperti itu. Sementara pralaya tengah dalam pemikiran yang rumit, Surya malah masih girang saat menangkap pengacau kecil yang selalu mengganggunya. Pemuda berbadan tegap itu baru saja menjebak pralaya dengan begitu tak masuk akal, Surya mengiming-imingi pedang