"Kita–pergi–sekarang, Kayn?" tanya Verlyn sembari tersenyum.Kayn terdiam dan menoleh ke arah Sellina. "Sellina, aku.."Sellina menyentuh pipi Kayn. "Tidak apa-apa, Kayn. Aku bisa pulang, sendiri," ujar Sellina lembut.Kayn menggenggam tangan Sellina dan menggeleng. "Tidak, aku tidak akan melakukan kesalahan–yang–sama. Aku akan mengantarmu, dulu," ujar Kayn lalu menarik Sellina melangkah keluar dari ruangan bersama."Hey! Tunggu–aku, Kayn!" teriak Verlyn lalu segera mengikuti Kayn dari belakang.Kayn dan Sellina melangkah masuk ke dalam lift dan Verlyn juga ikut masuk ke dalam. "Kenapa kau, mengikutiku?!" tanya Kayn kesal."Kau tidak membaca pesannya dengan teliti, ya? Ibumu bilang bahwa kita–harus–pergi–bersama!" jawab Verlyn."Merepotkan, saja!" gumam Kayn pelan.Pintu lift tertutup dan mulai bergerak turun, membawa mereka ke lantai satu. Kayn terus menggenggam tangan Sellina, sedangkan Verlyn hanya menggenggam ponselnya saja."Kayn, aku bisa pulang sendiri, kok," ujar Sellina di se
Kayn melangkah keluar dari rumah menggunakan hoodie berwarna abu-abu dan celana jogger berwarna hitam.Verlyn menoleh ke arah Kayn dan tersenyum. "Kau sudah siap, Kayn?" tanya Verlyn.Kayn mengangguk dan Verlyn menoleh kembali ke arah Villian. "Kami berangkat dulu, Ibu!" ujar Verlyn."Iya, Nak. Hati-hati, ya," balas Villian sembari tersenyum.Verlyn mengangguk dan melangkah pergi bersama Kayn. "Aku yang akan mengemudi, sekarang!" ujar Verlyn bersemangat."Tidak, aku–saja," balas Kayn dingin."Ga–mau!" Verlyn langsung berlari ke arah mobil dan masuk ke dalam, membuat Kayn merasa kesal dan tidak bisa berbuat apa-apa."Memangnya kau sudah mahir mengendarai, mobil?" tanya Kayn.Verlyn melipat tangannya dan tersenyum. "Tentu saja! Aku sudah mahir mengendarai mobil sejak berusia enam–belas–tahun!" jawab Verlyn dengan bangga.Kayn memutar bola matanya. "Sesukamu, saja," balas Kayn dingin sembari membuka pintu mobil bagian belakang."Hei, kenapa kau duduk di, belakang?" tanya Verlyn heran.Ka
Verlyn melangkah keluar dari toko dan terkejut melihat Kayn duduk di kursi depan sebelah pengemudi. 'Loh? Ada yang, aneh..'Verlyn segera menghampiri Kayn yang sudah berada di dalam mobil. "Ga duduk di belakang lagi, Kayn?" tanya Verlyn."Tidak," jawab Kayn singkat.Verlyn tersenyum senang. "Baiklah! Tapi, kau mau aku yang, mengemudi?" tanya Verlyn lagi."Jangan banyak bertanya, kita–pulang–sekarang," jawab Kayn dingin."Ah.. Oke!" Verlyn segera masuk ke dalam mobil dan menyakan mesin."Apa kau, yakin?" tanya Verlyn ulang sembari melajukan mobilnya untuk masuk ke area jalan raya.Kayn tidak menjawab dan sibuk memainkan ponselnya. "Baiklah, jangan menyesal, ya!"Lima belas menit kemudian."Ibu, kami pulang!" teriak Verlyn sembari keluar dari mobil.Kayn ikut keluar dari mobil sembari memegangi kepalanya yang kembali pusing. "Seharusnya aku tidak membiarkanmu mengemudi, lagi!" ujar Kayn menyesal.Verlyn menoleh ke arah Kayn dan tersenyum. "Kau sendiri yang mau aku mengemudi, kan?" balas
"Hm.. Yang mana, ya?" tanya Verlyn pada dirinya sendiri.Verlyn merasa bingung ketika memilih gaun yang akan dikenakannya nanti untuk menghadiri acara pesta minum teh di rumah Villian hari ini."Oh–ya! Aku tanya Kayn, saja!" ujar Verlyn lalu segera mengambil ponselnya yang berada di kasur dan menelepon Kayn. Panggilan di terima."Kayn? Apa aku, mengganggu?" tanya Verlyn."Kau sedang mengganggu waktuku, tahu!" jawab Kayn kesal."Baiklah, kalau begitu tolong aku, sebentar," ujar Verlyn lalu menyalakan kamera di ponselnya untuk mengajak Kayn melakukan panggilan video."Kenapa kau menyalakan panggilan, video?!" tanya Kayn kesal dan langsung mematikan kamera ponselnya.Verlyn terkekeh melihat tingkah Kayn. "Kau malu, ya? Hahaha!" ejek Verlyn."Jika tidak ada hal penting, aku matikan, sekarang," ujar Kayn dingin."Oke-oke, maaf." Verlyn mengarahkan kameranya ke empat gaun panjang yang berwarna krem, coklat, hijau dan putih yang ada di kasurnya."Bantu aku memilih gaun mana yang cocok untuk
"Villian, kursi yang kosong di sebelahmu, itu.. Untuk, siapa?""Dia seseorang yang dekat, denganmu?""Apa jangan-jangan, dia–itu.."Villian menghela napas dan tersenyum mendapat banyak pertanyaan dari teman-temannya."Dia adalah orang–yang–sangat–spesial! Karena dia juga aku membuatkan pesta ini untuk memperkenalkan dirinya kepada, kalian!" jawab Villian senang."Seharusnya dia sudah, da–" Perkataan Villian terpotong."Ibu! Maaf aku, terlambat!" ujar Verlyn sembari melangkah menghampiri Villian ditemani oleh Kayn di sebelahnya.Villian beranjak dari kursinya dan melangkah mendekat lalu berpelukan dengan Verlyn. "Bagaimana perjalananmu kemari, Nak?" tanya Villian.Verlyn mengangguk senang. "Sangat–baik, Ibu!" jawab Verlyn."Syukurlah.." Villian menoleh ke arah Kayn yang masih berada di belakang Verlyn dan mengedipkan kedua matanya lebih lama.Kayn mengangguk. "Aku akan kembali ke perusahaan, sekarang," ujar Kayn lalu membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi, tapi Verlyn menahann
"Hati-hati, Nak! Cepatlah kembali, kesini!" ujar Villian sembari melambaikan tangannya ke arah Verlyn dan Kayn."Baik, Ibu! Kami pergi, dulu!" balas Verlyn sembari membalas lambaian tangan Villian.Mobil mulai melaju perlahan keluar gerbang dan pergi ke rumah Verlyn."Kenapa kau iya–kan permintaan, Ibu?!" tanya Kayn kesal.Verlyn melipat tangannya dan menoleh ke arah Kayn. "Memangnya tidak boleh aku–menginap di, rumahmu?" tanya Verlyn balik.Kayn tidak menjawab pertanyaan Verlyn dan terus fokus melihat ke arah jalan."Keluarga kita juga sudah dekat sejak aku–belum–lahir ke dunia, ini. Wajar kan jika Ibu mengajakku menginap untuk–pertama–kalinya?" lanjut Verlyn.Kayn memutar bola matanya. "Lakukan, sesukamu," jawab Kayn singkat.'Kalah debat ya, gitu,' batin Verlyn sembari tersenyum dan melihat pemandangan di luar.Di tengah perjalanan, Verlyn tiba-tiba merasa kedinginan dan menoleh ke arah Kayn. "Kayn, kau sudah matikan AC–nya, kan?" tanya Verlyn."Setiap malam aku tidak pernah menyal
'A–aku bisa gila kalau begini, terus!' batin Verlyn panik. "Kayn.. Kita–terlalu–dekat.." ujar Verlyn pelan sembari berusaha sedikit menjauh dari Kayn perlahan. "Jangan bergerak, Verlyn," balas Kayn. Verlyn langsung berhenti menjauh dari Kayn. "Me–memangnya kenapa, Kayn?" tanya Verlyn. "Tanganku berada tepat di gagang pintu, mobil. Jika aku bergerak sedikit saja, pintu ini bisa akan langsung terbuka dan kau akan terjatuh, keluar," jawab Kayn. "Masa kita akan di posisi seperti ini, terus? Jika Ayah dan Ibu lihat.." "Diamlah, Verlyn!" ujar Kayn lalu semakin mendekat ke arah Verlyn dan memeluknya dengan erat. 'Secepat, ini?' batin Verlyn. Verlyn langsung memejamkan matanya. "A–aku belum siap, Kayn!" teriak Verlyn lalu tiba-tiba pintu mobil sebelah Verlyn terbuka. "Ah!" Kayn menarik tubuh Verlyn dengan cepat ke pelukannya sebelum hampir terjatuh keluar lalu menutup kembali pintu mobil. 'Apa aku, terjatuh?! Tapi aku merasa hangat dan nyaman di pelukan seseorang..' batin Verlyn sem
"Hah?" Verlyn terdiam setelah mendengar pertanyaan Kayn sedangkan Kayn menatap serius ke arah Verlyn. "Uhh.. Boleh kau ulang perkataanmu, itu?" pinta Verlyn. Kayn menghela napas. "Sampai kapan kau akan terus menerus mendekatiku seperti, ini?" tanya Kayn. Verlyn berpikir sejenak. "Mungkin, sampai kau menaruh perasaan, kepadaku?" jawab Verlyn sembari tersenyum. "Jangan berpikir konyol, Verlyn. Sampai kapanpun, aku akan terus bersama Sellina," ujar Kayn. "Pft.. Kau percaya diri sekali, Kayn," balas Verlyn sembari terkekeh. Kayn menatap Verlyn dingin. "Memangnya, kenapa? Aku sudah bersama Sellina selama dua tahun lebih, dan–kau?" Verlyn tersenyum dan melipat tangannya. "Kau seyakin itu hanya karena sudah menjalin hubungan dengan Sellina selama, dua tahun?" "Memang benar, kan? Jika hubungan terjalin sudah lumayan lama, itu berarti akan bertahan sampai akhir," ujar Kayn. "Hahaha! Kau polos sekali ternyata, Kayn.." Verlyn mengusap air matanya yang keluar akibat tertawa. 'Apa-apaan,