Air mata Verlyn berlinang seketika, setelah mendengar perkataan Caroline dan mengangguk senang. "Iya, Ibu! Terima kasih!" balas Verlyn sembari tersenyum lalu saling berpelukan dengan Caroline. Kaze ikut merasa senang dan terharu melihat hubungan Verlyn dan Caroline bisa menjadi dekat kembali. Verlyn dan Caroline melepas pelukan mereka masing-masing dan saling tersenyum satu sama lain. "Verlyn, Caroline, ayo kita masuk sekarang untuk makan siang," ujar Kaze. Verlyn menoleh dan menatap tajam Kaze. "Ayah merusak suasananya!" Mereka semua terdiam sejenak dan tiba-tiba Verlyn dan Caroline tertawa bersama, membuat Kaze kebingungan. "Verlyn benar, kau merusak suasananya manisnya, Kaze. Haha," ujar Caroline sembari tertawa. Kaze hanya menghela napas dan menggeleng pelan sembari tersenyum. "Sudahlah, ayo kita makan siang, sekarang," ajak Kayn. Verlyn dan Caroline mengangguk lalu melangkah bersama Kaze untuk masuk ke dalam rumah dan makan siang bersama-sama dengan Ace, Selvan
'Me–mereka tidak dengar, kan?!' batin Verlyn panik.Selvania dan Caroline melangkah masuk ke dalam kamar dan duduk di kasur sembari menatap tajam ke arah VerlynSelvania mendekat ke arahnya. "Verlyn, tadi kau bilang.."Verlyn langsung menutup matanya dan menundukkan kepalanya pasrah.'Ya.. pasti mereka mendengar perkataanku tadi, kan..' batin Verlyn.Selvania langsung memegang bahu Verlyn dan menggoyangkannya pelan."Kau bilang akan melakukan hal yang penting, tapi apa, ini?!" tanya Selvania.Verlyn mengangkat kepalanya dan menatap Selvania bingung. "M–maksud Kak Selvania.."Selvania menghela napas dan melepaskan pegangannya dari bahu Verlyn."Kakak masih tidak bisa percaya.." ujar Selvania pelan.Caroline yang duduk di sebelah Selvania mengangguk setuju dan menoleh ke arah Verlyn yang sedang menatap heran ke arah mereka berdua."Kau sudah besar ya, Verlyn.." ucap Caroline sembari tersenyum lembut.Verlyn hanya tersenyum. 'Mereka ini kenapa, sih?!' batin Verlyn bingung."Kakak masih b
"Aku–merasa–sangat–senang, setelah mengetahui bahwa ada orang terkenal yang mengajakku bekerja sama, dengannya! Dan kau tahu, Kayn? Dia.."Sellina terus bercerita kepada Kayn melalui telepon dengan perasaan senang, sedangkan Kayn hanya terdiam dan tidak mendengarkan dengan seksama cerita Sellina karena terus teringat kepada Verlyn dan banyak pertanyaan di kepalanya.'Kenapa dia tidak ingin menceritakannya, kepadaku? Apa hubungan dengan pengawalnya itu sudah–sangat–dekat?' batin Kayn sembari melamun."Kayn, kau mendengarkanku bicara atau tidak, sih?" tanya Sellina dengan nada kesal.Kayn tersadar lalu dengan cepat mendekatkan ponsel ke telinganya. "Aku mendengarnya, Sellina.." jawab Kayn lembut."Mengapa nadamu bicara terdengar biasa saja? Dan kau seperti tidak merasa sedih dan kecewa ketika aku memberitahumu bahwa aku akan jauh darimu selama–enam–bulan! Enam bulan itu tidak sebentar, Kayn..""Bukan begitu, Sellinaku.. Aku merasa sangat sedih setelah tahu mengenai kabar tentang perjala
Verlyn membuka kelopak matanya perlahan dan terkejut setelah melihat langit sudah cerah dan ponselnya berada di bantal sebelahnya dengan kondisi mati. "Jangan-jangan.." Verlyn bangun dan melihat jam weker di atas nakas sebelahnya, waktu menunjukkan pukul 07.13 AM. "Aku ketiduran saat asik berbincang dengan Kayn di telepon, semalam!" ujar Verlyn panik lalu segera beranjak dari kasurnya. "Duh! Daya ponselku habis, lagi!" lanjutnya lalu segera mengisi daya ponselnya Saat ingin mengambil handuk yang tergantung di sebelah lemarinya, pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang. Verlyn menoleh ke arah sumber suara dan menghela napas berusaha tenang. 'Te–nang–lah, Verlyn..' batin Verlyn lalu mengangguk pelan. "Masuklah.." ujar Verlyn. Pintu kamarnya terbuka dan Deisy perlahan melangkah masuk ke dalam lalu menoleh ke arah Verlyn yang sedang berdiam diri di sebelah lemari sembari menatap dirinya. "Oh, Deisy! Ada apa?" tanya Verlyn sembari tersenyum. "Nona, Nyonya meminta Anda turun
Verlyn masih berdiam diri di depan pria besar itu dan menatap kesal ke arahnya. "Kau tidak tahu siapa, aku?" tanya Verlyn dingin sembari melipat tangannya. Pria itu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya. Hal itu membuat Verlyn hampir kehilangan kesabarannya dan menghela napas panjang untuk meredakan emosinya. 'Jika aku tidak dalam situasi sedang datang bulan, aku tidak akan merasa sekea ini pada, seseorang..' batin Verlyn. Saat Verlyn masih terdiam sembari melipat tangannya, seseorang menyebut sebuah nama dari kejauhan. "Zein!" panggil seorang pria berambut hijau muda dengan bola mata berwarna coklat tua sedang berlari ke arah mereka berdua dan mengatur napasnya setelah sampai di dekat mereka. Verlyn memperhatikan pria itu dari atas sampai bawah lalu berpikir sejenak. 'Menggunakan jas berwarna coklat tua, ya.. Pasti dia adalah kepala tim penanggung jawab keamanan perusahaan, Fiseloe Zersonan..' Pria bernama Fiseloe itu mengatur napasnya perlahan lalu membungkukkan b
Verlyn terpaksa mengukir senyuman di wajahnya setelah Kaze memperkenalkan Varsel kepadanya lalu membungkukkan badannya sedikit ke arah Varsel."Senang bertemu dengan Anda, Nyonya Varsel! Perkenalkan, nama saya Verlyn Carlveria Alreo.." ujar Verlyn sopan.'Wajahnya–terlihat–menyeramkan! Seperti, seorang dosen killer!' batin Verlyn sedikit takut.Verlyn kembali mengangkat kepalanya dan melihat Varsel yang terdiam sesaat setelah Verlyn memperkenalkan dirinya dan berjalan mendekat."Kau adalah.. Verlyn?" tanya Varsel.Verlyn menelan ludah dan mengangguk cepat. "Iya, Nyonya Varsel.." jawab Verlyn pelan."Hm.." Varsel berpikir sejenak sembari menyentuh dagu dan menatap tajam ke arah Verlyn yang membuatnya langsung menundukkan kepalanya.'Apa aku sudah membuat–kesalahan?!' batin Verlyn panik.Suasana di sana sunyi sesaat sebelum Varsel tiba-tiba memeluk Verlyn lalu menyentuh kedua pipinya."Kaze, apa ini benar putrimu ?! Dia sangat cantik!" puji Varsel sembari tersenyum lebar.'Eh?'Verlyn m
"Hm.." Varsel berpikir sejenak setelah mendengar jawaban singkat dari Verlyn sembari menyentuh dagunya. Verlyn melihat sikap Varsel yang langsung terdiam setelah mendengar jawaban darinya dan menelan ludah. 'Apa aku sudah memberikan jawaban yang, benar?' batin Verlyn. Varsel menghela napas dan mengangguk pelan sembari menyeruput minumannya. "Walapun buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, alasanmu dan Kaze untuk menjadi seorang CEO di perusahaan Kizen itu, sangat–sangat–berbeda.." Verlyn menatap heran ke arah Varsel dan memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. "Apa maksud dari perkataan Anda itu, Nyonya Varsel?" Varsel tersenyum. "Aku sedikit terkejut setelah mendengar alasanmu ingin menjadi seorang CEO. Wajar saja jika seorang CEO itu serakah, bukan?" jawab Varsel santai. Verlyn menatap tajam ke arah Nyonya Varsel. 'Kenapa aku merasa, dia sedang bertele-tele, ya..' Varsel melipat tangannya lalu menyandarkan punggungnya ke sofa sembari menyilangkan kakinya. "Apa kau t
"Singkat, padat dan jelas–kan, Verlyn?" tanya Varsel.Verlyn tidak menjawab pertanyaan Varsel dan masih terdiam setelah mendengar cerita soal Kaze darinya.'Alasan Ayah menjadi seorang penerus dan CEO sama singkatnya dengan alasan, milikku. Hanya berbeda makna, saja..' batin Verlyn."Verlyn?" panggil Varsel.Verlyn tersadar dari lamunannya dan langsung menoleh."I–iya, Nyonya Varsel? Maaf, saya terlalu berlarut dalam pikiran saya.." jawab Verlyn pelan.Varsel tersenyum lalu mengangguk dan menyeruput sedikit minumannya."Tidak apa-apa, aku mengerti. Kau sudah tahu kan, sekarang? Alasan milikmu dan milik Kaze itu sama tapi, berbeda makna.."Verlyn mengangguk cepat. "Iya, Nyonya Varsel. Tapi, bagaimana kelanjutan cerita Anda, tadi? Apa para petinggi memilih untuk memihak Ayah setelah mendengar alasannya atau malah, sebaliknya?" tanya Verlyn penasaran."Hm.. kalau soal–itu.." Varsel berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya.Dia melirik ke arah Verlyn yang sedang menatapnya dengan penuh