Share

Bab 156

Bab 156

Telinga Amina bagai disambar geledek mendengarnya. “M-maksud Ibu apa?” badannya gemetar menjawabnya. Ia merinding. Bayangan – bayangan menakutkan muncul dibenaknya.

Hesti menyadari kesalahannya. Ia telah keceplosan bicara. Hasrat yang disimpannya dalam – dalam keluar tanpa bisa ia cegah. Untuk menutupi kegugupannya, kemudian ia pindah duduk di sofa panjang. “Tolong kamu duduk di sini,” Ia menepuk sofa di sebelahnya.

“Saya duduk di sini saja. Bu,” jawab Amina dengan perasaan tak nyaman.

“Kamu kenapa takut sama saya? Saya tidak akan apa – apain kamu?” Nada suara Hesti terdengar gusar.

Amina menjadi tidak enak. Dia lalu pindah duduk di samping Hesti.

“Saya mau bercerita denganmu,” kata Hesti lembut.

Amina diam dan menunggu kelanjutannya.

Sebelum bercerita, Hesti tampak menarik napas dalam – dalam. “Saya dulu seperti kamu, hamil dengan kekasih saya, tapi keluarganya tidak setuju. Karena ekonomi keluarga saya dibawah mereka. Mantan saya menikah dengan pilihan orang tuanya. Sedangka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status