Share

Bab 62

Bab 62

Ibu Amina berdiri di depan toko kelontongnya. Kepalanya mendongak ke atas menatap langit. Hujan sedari subuh belum reda, halamannya yang lebih rendah dari jalan dipenuhi oleh air setinggi mata kaki.

Perempuan setengah baya itu duduk di amben. Matanya berkeliling melihat tokonya dengan maysgul. Berulang kali ia terlihat menarik napas panjang. Sebulan ini tokonya sepi sekali dan nyaris tak ada pemasukan.

Suaminya yang melihat istrinya sedih, duduk di sampingnya. “Sudahlah Bu, jangan terlalu dipikirkan. Bismillah saja hari ini ada pembeli yang datang,” bujuknya menghibur.

“Iya semoga saja Pak,” ucap Ibu Amina lesu. “Ajeng gimana? Apa dia mau kau suapi.”

“Mau Bu, tapi sedikit sekali.”

Ibu Amina menarik napas panjang lagi. “Hatiku tambah sedih kalau begini. Mikirin Ajeng dan Amina. Apa ini salahku ya Pak?”

“Gak usah nyalahin diri sendiri, ini sudah ujian yang harus kita jalani. Kita berdoa saja semoga Allah menguatkan kita.” Bapak Amina menyulut rokoknya.

Kemudian, Ibu Amina dikeju
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status