Share

BAB 22. Titik Nadir

Meski tidak ingin, tetap saja pemintaan nyonya besar Leonardo terputar dalam pikirannya. Sebuah kesalahan yang menjadi titik awal segalanya. Jika saja saat itu wanita sempurna itu tidak menikah, dan memiliki keturunan, tentu Meta tidak perlu ada di sana, terjebak bersama seorang psikopat, yang kapan saja bisa menghabisi nyawanya.

Meta menahan napas saat Edward mengikis jarak. Mata hitam pekat itu menatapnya begitu tajam, dan penuh peringatan.

“Kamu sudah melewati batas, dan aku tidak akan diam saja,” lontarnya, Meta mundur beberapa langkah hingga punggungnya menyentuh dinding. Dia kehilangan ruang untuk bergerak. Edward memenjarakannya di antara tangan dan tubuh pria itu.

“Mau membuat pembelaan?”

“Apa itu akan mengubah sesuatu? Kamu tetap akan menghukumku meski aku menjelaskaan kebenarannya, lalu apa bedanya?” sahut Meta, Edward tersenyum miring. Posisi Meta yang berada dalam kukungannya, membuat dia bisa melihat betapa mulusnya wajah itu. Dia mengelus wajah Meta, merasakan lembutn
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status