“Apa porsi untuk mom cukup, Dad?”Segala sesuatu sudah Pandora siapkan. Chris hanya perlu menyelesaikan sesuap makan malam dan membawakan bubur ikan salmon cincang buatan Pandora pada Aquela yang sama sekali tidak membiarkan pintu kamar ditempatinya terbuka lebar.Mendengar Kingston terluka Aquela menunjukkan sikap berlebihan pada Chris. Kalang kabut menuntut untuk segera pulang sehingga saat itu rencana kembali ke Cambridge telah mereka sepakati secara mendadak sekaligus mengejutkan Pandora.Dia harus merelakan ayahnya bersiap – siap pergi besok pagi meskipun masih menginginkan Chris berlama – lama di mansion Kingston. Pilihan ibunya sukar ditolak. Dan Pandora tetap memikirkan risiko buruk kemungkinan bisa kembali terjadi. Kepada siapa saja termasuk ayahnya yang kini sedang memperhatikan dua mangkok bubur di atas meja.“Ibumu tidak akan makan banyak saat sedang sakit. Tapi King, apa kau yakin calon suamimu sanggup menghabiskan semangkok penuh, Panda?” tanya Chris menerawang jauh. Buk
Bergelung dengan selimut tebal tak cukup membuat Pandora nyaman. Secara bergiliran dia mengubah posisi tidur. Kadang – kadang menghadap Aceli di sampingnya. Kemudian membelakangi gadis kecil Kingston sambil memikirkan bagaimana kondisi pria itu setelah malam yang larut menawarkan embusan angin untuk mengetuk kaca jendela.Tidak ada yang salah dari keputusan Pandora saat beranjak bangun, membuka pintu di samping jendela. Dia butuh udara sekadar menyejukkan perasaan yang dipenuhi kecamuk bingung. Sepanjang waktu memikirkan pria yang tidak dicintainya sesuatu yang aneh. Sedikitpun tak terbesit cara mengenyahkan Kingston dari benaknya. Sekarang Pandora harus menemukan pria itu sedang menyangga lengan di sudut balkon, sesekali meneguk minuman keras dengan tatapan menerawang ke depan.Satu langkah Pandora mendekat setelah memberanikan diri dan menentramkan debaran jantung yang bergolak lantang. Hati – hati dia melirik Kingston. Berdiri saling bersisihan, cukup memberanikan diri berada di sa
“Tapi di sini terlalu dingin,” bantah Pandora sejak Kingston mengambil sedikit jarak untuk membebaskannya. Suhu yang sedang dihadapi melebihi bekunya udara di musim dingin. Dia memilih duduk memeluk lutut yang saling menekuk. Memperhatikan pemandangan cantik di depan—puncak sebuah gunung samar – samar mengintip keluar saat cahaya safir melebar ke segala arah.Pandora mengusap telapak tangan sekadar membuat kehangatan. Berkali – kali melakukan hal yang sama—menempelkan kedua tangan di wajah sambil menegadah ke arah Kingston. Sebelah tangan Pandora terulur menggaet jemari Kingston. Meminta pria itu duduk di sampingnya. Pelan – pelan untuk saling memahami. Arus dan keheningan akan membawa mereka pada perkenalan yang utuh.“Kau belum menjawabku. Ini di mana?”Di suatu tempat yang akan sering Pandora kunjungi di masa depan, tetapi Kingston hanya diam berpaling—mengamati wajah Pandora lekat – lekat.“Tidurlah.”Suara dalam itu mengatakan hal demikian dengan cara yang lembut. Pandora hampir
“Bangun, Pandora.”Suara sayup – sayup dan usapan ringan silih berganti menyapa kulit wajah Pandora. Dia mengerjap pelan. Seseorang secara sengaja telah merayu mata hijau lumutnya untuk memancarkan warna yang cantik di pagi hari.Sedikit percikan membuat Pandora terkejut. Dia menahan napas menemukan Kingston berada sangat dekat di hadapannya. Pria itu terlihat segar dan berbeda—tidak seperti kali pertama menunjukkan reaksi terhadap jaguar yang cidera. Pandora tidak mendengar sedikitpun kabar tentang peliharaan Kingston. Tetapi dia lebih dulu mengingat Aceli. Segera berpaling ke samping—hanya sebentar karena selanjutnya Pandora menelusuri wajah Kingston lekat – lekat.“Di mana Aceli?”“Dia bangun lebih awal darimu. Mungkin sudah bertemu ayahmu di depan.”“Ayahku?”“Astaga ... ayahku.”Ledakan ingatan jatuh berserak membuat Pandora secara spontan ingin bangun, yang kemudian tersentak mengingat Kingston separuh menindihnya. Kedua lengan pria itu berada di sisi wajah Pandora. Keringat men
Aliran darah Pandora rasanya seperti dipaksa berhenti mengalir. Dia terdesak mengejar Aceli, bukan untuk dikejutkan kemunculan Kingston secara mendadak. Pria itu harusnya sudah meninggalkan area mansion. Pandora sangat yakin deru mobil Kingston sungguh telah menjauh, tetapi suara dalam itu baru saja menjelaskan dengan tegas Kingston menjulang tepat di belakang tubuh Pandora.Merinding. Sekadar berpaling Pandora sama sekali tidak berani melakukannya. Dia tak ingin lengah. Tak ingin Kingston meledakkan amarah—menghukum, atau segala jenis hal yang tidak termasuk dalam pengampunan. Namun bukankah keputusan Pandora tidak murni sebuah kesalahan.Aceli ....Di mana gadis kecil itu. Dia butuh Aceli untuk membuktikan pada Kingston bahwa semua yang terjadi hanyalah ketidaksengajaan. Pandora tidak bermaksud. Sekarang bagaimana dia akan membuat Kingston percaya sementara keberadaan pria yang bersangkutan sudah menawarkan satu ruang itu berlumuran ketegangan.“Aku bertanya padamu, Gadis nakal kesa
Kendati sudah membuat sepasang paman dan keponakan itu menunggu. Pandora keluar dengan penampilan terbaiknya. Dress musim panas. Hanya itu yang dia punya—layak dipakai keluar rumah. Apa lagi dengar – dengar Aceli mendesak Kingston untuk mendatangi mall di pusat kota. Dia tak mungkin hanya mengenakan pakaian tidur, yang akan memancing orang – orang menilai ... sangat jomplang saat mereka jalan bersisihan.Harusnya tak ada yang salah dari dress musim panas di tubuh Pandora. Tetapi semakin dekat dia melangkah. Keningnya bertaut penuh tanda tanya mencuak tentang Kingston yang menunggu di atas motor besar.“Halo, Kakak Panda.”Wajah Aceli menyembul keluar di antara lengan Kingston yang membentang pada stang. Gadis kecil itu sangat siap dengan helm kecil membungkus kepalanya. Senyum yang begitu sumringah. Apakah motor juga salah satu permintaan Aceli? Tidak salah lagi.“Pakai.”Pandora menatap nanar penutup kepala khusus untuknya. Ragu untuk menerima, karena dia tak yakin akan leluasa bersa
Dua hari setelah kejadian di mall tempo waktu lalu semua berakhir baik – baik saja. Kalaupun Pandora harus menghadapi beberapa hal tak diinginkan, itu terkait masalah Kingston yang menyatakan sisi keberatannya atas tuntutan Aceli terhadap rencana berpergian yang sudah dijanjikan. Gadis kecil itu menginginkan Pandora, tetapi Kingston menolak sangat tegas. Perjalanan berdua, ungkap Kingston kali itu. Lalu pergi meninggalkan mansion, seolah perdebatan sengit berakhir hanya cukup sampai di situ. Kingston tidak peduli suara Aceli melengking lantang. Karena setelah pergi, pria itu tidak akan mendengar apa pun. Kecuali meninggalkan kekacauan yang dipertaruhkan. Kekacauan yang lebih buruk ketika nyaris satu hari kemarin Aceli menolak untuk makan. Menolak bertemu pamannya. Menolak apa pun yang pria itu tawarkan sampai dia-lah yang memenangkan taruhan. Pandora yakin Kingston tidak sanggup menghadapi sikap Aceli, atau jika saat itu masih bersikeras, mungkin sudah memberi Aceli efek mengkhawatir
Sangat terlambat jika Pandora menginginkan ketenangan yang sama ada pada Aceli. Bukan hanya bekas cubitan Anna yang meninggalkan tanda kekerasan. Akan tetapi mata dan keseluruhan wajah mungil menggemaskan itu sudah memerah padam.Lengking teriakan Aceli sempat bersuar bebas. Dan pada saat itu. Saat rasa panik Anna semakin mendesak keluar. Dia dengan sengaja menarik Aceli dan membekap bibir yang terbuka lebar.“Apa yang kau lakukan, Ann! Lepaskan dia.”Tindakan Anna luar biasa mengejutkan. Bisa berakibat fatal apabila Pandora tetap membiarkan Aceli dalam keadaan seperti itu. Dia berusaha menarik Aceli bebas. Sementara perlototan Anna begitu cemas. Sepertinya tidak penting pemberontakan Aceli. Anna hanya peduli kalau – kalau tindakannya terendus oleh Kingston. Bagaimana Anna akan menjelaskan bahwa dia terlalu geram dan tidak bisa menahan diri menatap bentukan pipi yang baru saja dicapit kuat.“Lepas, Ann. Kau membuatnya takut.”Tidak semudah itu merenggut Aceli dari tangan Anna. Pandora