“Ah, aku bakal kangen banget sama kamu." Shua memeluk Rinai dengan erat. "Hati-hati ya. Kalau udah sampai di Jogja, kabarin aku."
"Iya, pasti kok. Makasih ya udah mau nampung aku selama di Jakarta." Rinai balas memeluk Shua dengan lebih erat.
Shua terkekeh. "Daripada buang-buang uang di hotel, kan mendingan kamu nginep di sini."
"Kan bisa nginep di tempatku," celetuk Ksatria yang berdiri di samping Rinai, menyaksikan sejak tadi bagaimana keduanya seperti enggan berpisah di hari kepulangan Rinai ke Jogja.
Shua mendelilk pada Ksatria. “Aku nggak yakin kalian bakal tidur beneran kalau Rinai nginep di sana lagi.”
<Ksatria tersenyum saat merasakan ada sesuatu yang tiba-tiba menempel di bahunya. Tanpa menoleh, ia sudah tahu kalau yang baru saja menyentuh bahunya adalah Rinai.Lebih tepatnya kepala Rinai.Mereka sudah duduk berjam-jam dan mengobrol selama itu, sampai kemudian Rinai yang berhenti bicara lima menit lalu, kini sudah terkulai di bahu Ksatria dengan mata terpejam.Ksatria menaikkan selimut yang sudah membentang menyelimuti tubuh Rinai. Beruntung ia memilih kereta dengan dua kursi berdampingan begini.Tadinya Ksatria ingin memilih kereta yang fasilitasnya lebih nyaman. Tetapi, kursinya yang formasinya satu-satu itu membuat Ksatria menguru
Bukan Ksatria Baja Hitam: Udah sampai apart, Yang. I miss you!Rinai Prawara: Ganti baju terus tidur gih.Rinai Prawara: Miss you too.Rinai tersenyum seraya membaca kembali pesan yang ia kirim kepada Ksatria siang tadi ketika lelaki itu sudah sampai di Jakarta.Hari sudah sore dan beranjak malam, tapi Rinai masih berada di toko karena masih mengerjakan sisa pekerjaannya… sambil memikirkan Ksatria.Meski Rinai hanya sebentar berada di Jakarta, tapi waktu yang singkat itu membuatnya memikirkan banyak
Ksatria memijat pelipisnya dengan perlahan, sebelum kemudian ia menjatuhkan kepalanya ke atas lipatan tangannya. Ia masih punya waktu setengah jam lagi dan harus memutuskan dengan cepat, ingin tidur atau makan di sisa waktu istirahatnya.“Makan,” gumamnya. “Makan lima menit, sisanya merem,” lanjutnya lagi.Dengan tak berselera, Ksatria bangkit dari kursi kerjanya dan mengambil kotak makanan delivery yang sebelumnya diantar oleh office boy kantor.Pekerjaan Ksatria sedang banyak-banyaknya pasca libur panjang di akhir pekan kemarin. Sudah tiga hari ini Ksatria lembur dan di apartemen pun, ia masih menghabiskan waktunya untuk bekerja.
“Jadi gimana? Aku perlu ke Jakarta nggak?”Ksatria tertawa, tawaran itu terdengar menggiurkan dan menggoda di telinganya—si lelaki yang kalau kata Nara sialan, haus sentuhan Rinai. Dirawat oleh pasangan saat sakit adalah semacam blessing in disguise.“Nggak gimana-gimana, Yang.” Walau begitu, Ksatria mencoba untuk menjawab dengan jujur. “Aku nggak sakit parah, kamu nggak usah maksain ke Jakarta, oke? Belum seminggu juga sejak kamu balik ke sini kok.”“Beneran?”“Bener, Yang.” Ksatria mencoba meyakinkan Rinai seraya duduk bersandar di lengan sofanya. Tatapannya te
“Lagi tidur Ksatria-nya, Nai.” Leona menengok ke arah pintu kamar Ksatria yang terbuka setengah.Dari ruang tengah, Leona bisa melihat lampu tidur yang menyala di sisi ranjang dan Ksatria yang tertidur pulas.“Oh, syukurlah. Udah mendingan ya kondisinya, Tante?”“Udah sih, meskipun kayaknya masih kelihatan lemes. Tante ajak ke rumah sakit, dia malah nggak mau.”Rinai tertawa kecil di seberang panggilan tersebut. Leona terlampau khawatir dan Rinai bisa membayangkan, seperti apa penolakan Ksatria ketika tadi Leona menawarkannya untuk pergi ke rumah sakit.“Mang
Ksatria Auriga Abimayu: Mama nginep di sini.Ksatria Auriga Abimayu: Kamu tidur gih. Udah malem.Rinai Bukan Merek Kompor: Lho, kata Tante Leona kamu udah tidur.Ksatria Auriga Abimayu: Kebangun terus nguping kalian teleponan, hehehe.Rinai Bukan Merek Kompor: Astaga….Ksatria Auriga Abimayu: Udah, sana tidur. I love you, Yang.Rinai Bukan Merek Kompor: I love you too.
Ksatria memasuki The Clouds yang terlihat ramai seperti biasanya. Kalau diingat-ingat, sudah agak lama sejak terakhir kali kunjungannya ke sini yang murni untuk duduk-duduk dan minum sedikit.Akhir-akhir ini Ksatria lebih sering datang ke The Clouds karena urusan pekerjaan. Ia dan sahabatnya kalau sedang bosan memang lebih suka mengadakan meeting mengenai Red House dan The Clouds di sini.Kalau sedang tak ingin pulang kemalaman, baru biasanya di restoran Yogas atau rumah Badai.“Mana yang lain?” tanya Ksatria begitu memasuki ruang VIP yang biasa mereka tempati dan hanya ada Nara di sana.“Belum sampai.”
“Aku udah rapi belum?” Rinai bertanya dengan ragu. Perempuan itu menoleh ke belakangnya, memastikan latar rak buku di ruangan kecil yang difungsikan ayahnya sebagai ruang baca, sudah cukup rapi.“Udah, Sayang. Udah cantik, rapi, siap dipeluk.”Rinai mendecakkan lidahnya. “Yang terakhir kayaknya nggak relevan deh.”Ksatria tertawa, tapi tawanya segera terputus karena seseorang yang merupakan perwakilan dari HRD dan Fiona masuk ke ruang meeting tersebut.Tak lama setelah sebulan yang lalu Rinai mengusulkan pada Ksatria untuk mencari asisten baru, akhirnya Ksatria menjalankan usulan tersebut dibantu oleh