Kepulangan Angga dan Riska yang mendadak, membuat orang rumah terkejut. Tidak terkecuali Randy yang masih berada disana.
Mereka semua kini tengah berkumpul di ruang keluarga, kecuali Rahmat. Dia masih berada di perusahaan menggantikan Angga.
Randy yang duduk di sofa, bergerak dengan gelisah. Sejujurnya, dia masih belum berani untuk bertemu dengan sepupunya itu.
"Kenapa sudah pulang? Bukankah seharusnya masih ada tiga hari lagi? Hhmm!" tanya Rosyad.
Rosyad mengusap kepala Riska yang sekarang sedang memeluknya dengan erat.
Saat sudah sampai di rumah, Riska langsung menempel kepada Rosyad. Bahkan koper mereka masih tergeletak begitu saja di lantai.
Di atas ranjang, Angga memeluk Riska dengan erat. Lelah, sudah pasti. Tapi rasa lelah itu bisa terobati dengan memeluk Riska seperti ini.Mereka bahkan enggan, hanya sekedar turun untuk makan malam."Sudah puas tadi?" Bukan apa-apa, Angga hanya ingin memastikan tidak ada lagi rasa jengkel di hati Riska.Angga ingin kedepannya, setiap Riska bertemu dengan Randy, maka sikapnya bisa kembali seperti dulu lagi.Randy adalah sepupunya, jadi sudah pasti mereka akan sering bertemu satu sama lain di masa depan."Sebenarnya masih kesal sih. Gara-gara Kak Randy, Papa melihatku sebagai anak nakal. Tapi cukup puas juga, aku memukulnya dengan keras tadi."Riska bangun dari tidurnya, lalu duduk bersila. Dia menatap Angga yang masih tiduran, menjadikan kedua tangannya sebagai bantal."Kamu masih akan di rumah sampai tiga hari kedepan kan?" tanya Riska penasaran."Kenapa memangnya?" Padahal Angga sudah berpikir,
Angga dan Riska baru turun saat siang hari. Mereka melewatkan makan malam, dan juga sarapan pagi ini.Di rumah, hanya ada Kakek, Rosyad, Fajar dan Randy.Sofia sedang ikut Rahmat ke perusahaan. Katanya mau menemani Rahmat menghadiri perjamuan.Kakek dan Rosyad sedang bermain catur di taman belakang. Sedangkan Fajar dan Randy sedang bermain game di ruang keluarga."Mereka ini benar-benar keterlaluan. Aku sudah nunggu berjam-jam, tapi mereka belum bangun juga," gerutu Fajar sambil bermain game."Biarkan saja mereka. Aku malah bersyukur mereka masih tidur."Kepala Randy langsung dipukul Fajar menggunakan stick game. "Mereka bahkan belum makan dari semalam. Bagaimana bisa kamu merasa senang. Hah!"Randy balas memukul Fajar. "Kamu tidak tahu kan, kemarin kepalaku dipukul Riska. Mana kenceng banget lagi mukulnya."Fajar mencibir, "Kamu layak mendapatkannya."Mereka pada akhirnya malah berkel
Saat Angga berusia tujuh belas tahun, Rahmat membawanya untuk menghadiri perjamuan bisnis koleganya.Karena Angga adalah anak satu-satunya, jadi Rahmat sudah memperkenalkannya pada dunia bisnis sejak dini.Perjamuan bisnis itu diadakan oleh perusahaan keluarga Risty. Saat itulah Risty pertama kali bertemu dengan Angga.Risty yang juga merupakan anak tunggal di keluarganya, juga sudah diajari tentang bisnis di usia dini.Saat itu, ayah Risty memperkenalkan Risty kepada koleganya.Saat ayah Risty menyapa Rahmat, Risty melihat anak laki-laki yang tampan dan pendiam di samping orang yang disapa ayahnya.Dia hanya akan menjawab jika ditanya. Dia juga bersikap dingin dengan perempuan yang mendekatinya.Laki-laki itu adalah Angga. Risty yang menyukai Angga pada pandangan pertama, tidak bisa melepaskan pandangannya dari Angga.Sedangkan Angga sendiri juga t
Fajar yang kesal, melampiaskan rasa kesalnya kepada Risty.Bukannya menjawab Fajar, Risty malah melihat Angga yang sedang mengelap es krim di sudut bibir Riska."Siapa sih dia? Apa mungkin dia pacarnya Angga ya?" Hati Risty bertanya-tanya."Woi! Malah bengong." Fajar mendorong pundak Risty agak keras.Risty langsung tersadar dari lamunannya. "Maaf! Maaf! Perkenalkan, namaku Risty Amora," ucap Risty."Kamu kenal dia, Ga?" tanya Fajar sekali lagi kepada Angga.Angga kembali menggeleng, lalu melihat sekilas ke arah Risty. Setelah itu, Angga kembali memakan makanannya."Aku menyapa Angga karena kita pernah bertemu di perjamuan beberapa minggu lalu," jawab Risty."Oh! Berarti kamu itu hanya mengenal Angga, bukan saling kenal kan?" Fajar berdecak. "Biar aku tebak, kamu pasti jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Angga, lalu kamu berniat mengejarnya, b
Sejak hari Risty membantu Riska, mereka menjadi semakin dekat. Tapi itu tidak berlaku untuk Angga dan Fajar.Mereka membiarkan Risty mendekati Riska karena Riska merasa berterima kasih padanya. Beda halnya dengan Angga dan Fajar yang sudah mengetahui motif Risty mendekati Riska."Kenapa dia menyebalkan sekali," ucap Fajar menatap Riska dan Risty yang berjalan di depan mereka.Angga sendiri menatap datar Risty dari belakang. Dari sekian banyak orang yang ingin menjodohkan anaknya dengan Angga, Risty ini yang paling parah kelakuannya."Hya! Kamu akan diam saja?" tanya Fajar.Jujur saja Fajar sudah sangat gerah dengan sikap Risty yang selalu berpura-pura baik dihadapan mereka."Aku sudah menolaknya. Biarkan saja selama dia tidak menyakiti Riska," jawab Angga acuh.Bukannya Angga tidak peduli. Tapi selama Risty tidak melukai Riska, Angga hanya akan berpura-pura tidak melihatnya."Ters
Sepeninggalan Angga, kini giliran Fajar yang mengajak Riska bicara. Fajar sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Risty mengajak Riska bicara."Ugh! Lapar," ucap Riska sambil mengelus perutnya."Kamu lapar? Mau makan apa? Aku ambilin!" ucap Fajar."Apa ya? Kue atau apa gitu. Buat ganjal perut dulu," jawab Riska.Fajar lalu berdiri dari duduknya. Sebelum dia pergi untuk mengambilkan Riska makan, Fajar terlebih dahulu mewanti-wanti Randy untuk menjaga Riska dengan benar."Kayak anak kecil aja!" cibir Risty dalam hati."Iya! Iya! Udah sana! Keburu Riska semakin lapar," jawab Randy.Fajar sebenarnya tidak begitu yakin untuk meninggalkan Riska bersama Risty, tanpa ada dia atau pun Angga disisinya.Tapi Fajar berpikir masih ada Randy disana, jadi dia bisa sedikit tenang. Fajar berpikir, jika ada Randy disana, Risty juga tidak akan mungkin berani mac
Angga mencekik leher Risty sampai terjatuh ke lantai. Meskipun begitu, Angga sama sekali tidak berniat melepaskan cengkramannya di leher Risty.Randy semakin panik saat melihat Angga mencekik Risty. Walaupun Randy tidak menyukai Risty, tapi bukan berarti dia bisa diam begitu saja, saat melihat Angga mencekik lehernya."Sudah kubilang untuk menutup mulutnya!" umpat Randy.Randy mencoba melepaskan tangan Angga di leher Risty. Dia melihat Risty yang sudah terbatuk-batuk sambil memukul-mukul tangan Angga yang sedang mencekiknya."Angga lepas!" Randy yang mencoba melepaskan Angga, kembali di dorong Angga hingga menabrak meja. Bahkan semua minuman yang berada di atas meja tumpah ke lantai."Fajar! Hentikah Angga!" Teriak Randy."Apa kamu buta?" Fajar balas berteriak.Riska yang mendengar Fajar berteriak, menangis semakin kencang. "Maaf! Maaf! Aku benar-benar tidak bermaks
Malam harinya di apartemen Angga. Suasana romantis entah tercipta bagaimana.Malam ini entah mendapatkan keberanian dari mana, Riska memeluk, bahkan mencium Angga tidak mengenal waktu.Sepulang dari bulan madu, entah bagaimana Riska sangat menyukai jakun Angga. Menurutnya, itu terlihat sangat seksi.Riska tidak berhenti mencium, mengelus, bahkan menggigitnya. Angga yang heran, ingin menegur tapi kok sayang. Kalau tidak ditegur, kelakuan Riska yang seperti terobsesi dengan jakun Angga semakin menjadi.Contohnya seperti saat ini, Angga yang sedang duduk di sofa, sambil mengecek pekerjaannya yang sudah beberapa hari ini dia tinggal karena bulan madu. Riska tiba-tiba duduk di pangkuannya, dan tidak berhenti mencium jakun Angga.Angga agak merasa geli, tapi dia tetap membiarkan Riska melakukan apapun yang diinginkannya."Ris! Bentar, aku selesaikan pekerjaanku dulu!" ucap Angga.Bukannya berhenti d