Sejak hari Risty membantu Riska, mereka menjadi semakin dekat. Tapi itu tidak berlaku untuk Angga dan Fajar.
Mereka membiarkan Risty mendekati Riska karena Riska merasa berterima kasih padanya. Beda halnya dengan Angga dan Fajar yang sudah mengetahui motif Risty mendekati Riska."Kenapa dia menyebalkan sekali," ucap Fajar menatap Riska dan Risty yang berjalan di depan mereka.Angga sendiri menatap datar Risty dari belakang. Dari sekian banyak orang yang ingin menjodohkan anaknya dengan Angga, Risty ini yang paling parah kelakuannya."Hya! Kamu akan diam saja?" tanya Fajar.Jujur saja Fajar sudah sangat gerah dengan sikap Risty yang selalu berpura-pura baik dihadapan mereka."Aku sudah menolaknya. Biarkan saja selama dia tidak menyakiti Riska," jawab Angga acuh.Bukannya Angga tidak peduli. Tapi selama Risty tidak melukai Riska, Angga hanya akan berpura-pura tidak melihatnya."TersSepeninggalan Angga, kini giliran Fajar yang mengajak Riska bicara. Fajar sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Risty mengajak Riska bicara."Ugh! Lapar," ucap Riska sambil mengelus perutnya."Kamu lapar? Mau makan apa? Aku ambilin!" ucap Fajar."Apa ya? Kue atau apa gitu. Buat ganjal perut dulu," jawab Riska.Fajar lalu berdiri dari duduknya. Sebelum dia pergi untuk mengambilkan Riska makan, Fajar terlebih dahulu mewanti-wanti Randy untuk menjaga Riska dengan benar."Kayak anak kecil aja!" cibir Risty dalam hati."Iya! Iya! Udah sana! Keburu Riska semakin lapar," jawab Randy.Fajar sebenarnya tidak begitu yakin untuk meninggalkan Riska bersama Risty, tanpa ada dia atau pun Angga disisinya.Tapi Fajar berpikir masih ada Randy disana, jadi dia bisa sedikit tenang. Fajar berpikir, jika ada Randy disana, Risty juga tidak akan mungkin berani mac
Angga mencekik leher Risty sampai terjatuh ke lantai. Meskipun begitu, Angga sama sekali tidak berniat melepaskan cengkramannya di leher Risty.Randy semakin panik saat melihat Angga mencekik Risty. Walaupun Randy tidak menyukai Risty, tapi bukan berarti dia bisa diam begitu saja, saat melihat Angga mencekik lehernya."Sudah kubilang untuk menutup mulutnya!" umpat Randy.Randy mencoba melepaskan tangan Angga di leher Risty. Dia melihat Risty yang sudah terbatuk-batuk sambil memukul-mukul tangan Angga yang sedang mencekiknya."Angga lepas!" Randy yang mencoba melepaskan Angga, kembali di dorong Angga hingga menabrak meja. Bahkan semua minuman yang berada di atas meja tumpah ke lantai."Fajar! Hentikah Angga!" Teriak Randy."Apa kamu buta?" Fajar balas berteriak.Riska yang mendengar Fajar berteriak, menangis semakin kencang. "Maaf! Maaf! Aku benar-benar tidak bermaks
Malam harinya di apartemen Angga. Suasana romantis entah tercipta bagaimana.Malam ini entah mendapatkan keberanian dari mana, Riska memeluk, bahkan mencium Angga tidak mengenal waktu.Sepulang dari bulan madu, entah bagaimana Riska sangat menyukai jakun Angga. Menurutnya, itu terlihat sangat seksi.Riska tidak berhenti mencium, mengelus, bahkan menggigitnya. Angga yang heran, ingin menegur tapi kok sayang. Kalau tidak ditegur, kelakuan Riska yang seperti terobsesi dengan jakun Angga semakin menjadi.Contohnya seperti saat ini, Angga yang sedang duduk di sofa, sambil mengecek pekerjaannya yang sudah beberapa hari ini dia tinggal karena bulan madu. Riska tiba-tiba duduk di pangkuannya, dan tidak berhenti mencium jakun Angga.Angga agak merasa geli, tapi dia tetap membiarkan Riska melakukan apapun yang diinginkannya."Ris! Bentar, aku selesaikan pekerjaanku dulu!" ucap Angga.Bukannya berhenti d
Saat pagi hari, jika biasanya Riska yang selalu memasak saat mereka hanya berdua. Kali ini Riska sedang ingin memakan masakan Angga."Aku mau sarapan bubur dan telur mata sapi ya," ucap Riska saat meminta Angga memasak untuknya.Angga dibuat terkejut dengan permintaan Riska yang super nyelenehitu. Seumur hidupnya, tidak pernah sekalipun dia melihat Riska memakan bubur."Kamu yakin mau sarapan itu?" tanya Angga yang jelas merasa sangat ragu.Bukannya Angga tidak bisa memasak. Dia bisa memasak, tapi tidaklah ahli. Dia hanya bisa memasak masakan yang gampang-gampang saja, dan untuk rasanya, juga tidaklah buruk.Riska mengangguk antusias. "Telurnya dua ya," pinta Riska.Angga merasa kelakuan Riska semakin hari semakin nyeleneh saja. Biasanya Riska hanya akan sarapan nasi goreng atau roti selai. Karena pada dasarnya Riska itu tidak menyukai bubur yang katanya terlalu lembek teksturnya.
Selesai dengan mandi bersama, mereka menghabiskan waktu dengan berbaring di atas ranjang.Angga sedang membaca buku, sambil memeluk Riska yang tengah tiduran di atas dadanya. "Sudah siang! Kamu lapar?" Angga menaruh buku tentang bisnis yang sedang di bacanya.Riska hanya diam saja. Dia masih sibuk mengusap-usap tulang selangka Angga."Sayang! Kamu sudah lapar belum? Mau dimasakin apa siang ini?" tanya Angga lagi.Riska mendongak melihat Angga. Dia sebenarnya belum terlalu lapar, tapi ini memang sudah masuk waktunya makan siang. Daripada nanti dia harus mendengar omelan Angga karena menolak untuk makan tepat waktu, lebih baik dia menuruti Angga saja."Apa ya?" Riska terlihat seolah sedang berpikir keras.Riska bangun dari rebahannya, lalu dia menatap Angga dengan senyum polosnya."Bisa nggak, yang masak Fajar saja," ucap Riska.Angga mengernyit bingu
Fajar kini tengah berada di dapur, dia memasak dengan wajah cemberut. Bagaimana tidak cemberut, jika Riska hanya menyuruhnya memasak nasi goreng dan kentang goreng."Kalau cuma nasi goreng dan kentang goreng, kalian sendiri kan bisa," batin Fajar kesal.Riska juga berpesan padanya, jika nasi gorengnya, sosisnya harus banyak. Kentang gorengnya juga, Riska meminta agar dipotong memanjang.Sedangkan Randy tengah duduk santai di sofa, sambil menonton tv. Jangan tanyakan dimana keberadaan Angga dan Riska. Setelah menyuruh Fajar memasak dengan seenak jidatnya, Riska langsung mengajak Angga kembali ke kamar.Fajar tidak tahu harus berkata apa melihat kelakuan Riska. Rasa-rasanya, hanya dia saja yang menderita disini.Randy sesekali melirik ke arah dapur, dimana Fajar sedang memasak dengan wajah cemberutnya.Tadinya Randy meminta Fajar memasak untuknya sekalian. Tapi begitu dia selesai berkata, d
Fajar pada akhirnya harus mengalah. Dia harus kembali melihat bagaimana kemesraan Angga dan Riska yang membuatnya risih sendiri saat melihatnya.Randy sendiri juga menganggap lalu kelakuan sepupu dan istrinya itu. Mungkin karena dia juga sudah sering kali melakukan hal intim seperti itu, jadi Randy tidak ambil pusing.Angga sendiri juga dengan sabarnya menuruti apapun yang Riska lakukan padanya. Mereka memakan potongan kentang goreng dari mulut ke mulut.Angga sebenarnya juga merasa risih harus mempertontonkan kemesraan mereka kepada orang lain.Tapi apa mau dikata, Riska yang sedang dalam mode manja, mana mau mendengarkannya. Jika dia terus memaksa Riska untuk berhenti, yang ada Riska nanti akan menangis.Angga tidak masalah jika tidak ada orang lain. Bagaimanapun, dia menyukai sisi Riska yang manja kepadanya. Dia hanya merasa risih jika harus bermesraan di hadapan orang lain.Kecu
Seminggu berlalu, Riska kini tengah melamun dalam ruang kerja di butiknya.Saat ini, dia sedang malas untuk mendesain. Tidak ada inspirasi sama sekali. Dia mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan malas.Riska lalu mengambil ponselnya. Dia berniat untuk menghubungi Angga. Namun, sudah tiga kali dia memanggilnya, tidak dijawab sama sekali oleh Angga."Kemana sih Angga! Apa sibuk ya?" tanya Riska pada dirinya sendiri."Tapi aku kangen," gumam Riska.Riska saat ini sedang ingin makan es krim rasa vanilla. Tapi dia ingin Angga yang menyuapinya.Riska yang sangat ingin sekali Angga menyuapinya, langsung mengambil tasnya dan keluar dari butik. Dia bahkan mengabaikan teriakan Riri yang memanggilnya.Sesampainya di pinggir jalan, Riska lalu teringat dengan peringatan dari keluarganya, agar tidak pergi kemanapun sendirian.Riska menjadi bimbang, haruskah dia per