Saat pagi hari, jika biasanya Riska yang selalu memasak saat mereka hanya berdua. Kali ini Riska sedang ingin memakan masakan Angga.
"Aku mau sarapan bubur dan telur mata sapi ya," ucap Riska saat meminta Angga memasak untuknya.Angga dibuat terkejut dengan permintaan Riska yang super nyelenehitu. Seumur hidupnya, tidak pernah sekalipun dia melihat Riska memakan bubur."Kamu yakin mau sarapan itu?" tanya Angga yang jelas merasa sangat ragu.Bukannya Angga tidak bisa memasak. Dia bisa memasak, tapi tidaklah ahli. Dia hanya bisa memasak masakan yang gampang-gampang saja, dan untuk rasanya, juga tidaklah buruk.Riska mengangguk antusias. "Telurnya dua ya," pinta Riska.Angga merasa kelakuan Riska semakin hari semakin nyeleneh saja. Biasanya Riska hanya akan sarapan nasi goreng atau roti selai. Karena pada dasarnya Riska itu tidak menyukai bubur yang katanya terlalu lembek teksturnya.Selesai dengan mandi bersama, mereka menghabiskan waktu dengan berbaring di atas ranjang.Angga sedang membaca buku, sambil memeluk Riska yang tengah tiduran di atas dadanya. "Sudah siang! Kamu lapar?" Angga menaruh buku tentang bisnis yang sedang di bacanya.Riska hanya diam saja. Dia masih sibuk mengusap-usap tulang selangka Angga."Sayang! Kamu sudah lapar belum? Mau dimasakin apa siang ini?" tanya Angga lagi.Riska mendongak melihat Angga. Dia sebenarnya belum terlalu lapar, tapi ini memang sudah masuk waktunya makan siang. Daripada nanti dia harus mendengar omelan Angga karena menolak untuk makan tepat waktu, lebih baik dia menuruti Angga saja."Apa ya?" Riska terlihat seolah sedang berpikir keras.Riska bangun dari rebahannya, lalu dia menatap Angga dengan senyum polosnya."Bisa nggak, yang masak Fajar saja," ucap Riska.Angga mengernyit bingu
Fajar kini tengah berada di dapur, dia memasak dengan wajah cemberut. Bagaimana tidak cemberut, jika Riska hanya menyuruhnya memasak nasi goreng dan kentang goreng."Kalau cuma nasi goreng dan kentang goreng, kalian sendiri kan bisa," batin Fajar kesal.Riska juga berpesan padanya, jika nasi gorengnya, sosisnya harus banyak. Kentang gorengnya juga, Riska meminta agar dipotong memanjang.Sedangkan Randy tengah duduk santai di sofa, sambil menonton tv. Jangan tanyakan dimana keberadaan Angga dan Riska. Setelah menyuruh Fajar memasak dengan seenak jidatnya, Riska langsung mengajak Angga kembali ke kamar.Fajar tidak tahu harus berkata apa melihat kelakuan Riska. Rasa-rasanya, hanya dia saja yang menderita disini.Randy sesekali melirik ke arah dapur, dimana Fajar sedang memasak dengan wajah cemberutnya.Tadinya Randy meminta Fajar memasak untuknya sekalian. Tapi begitu dia selesai berkata, d
Fajar pada akhirnya harus mengalah. Dia harus kembali melihat bagaimana kemesraan Angga dan Riska yang membuatnya risih sendiri saat melihatnya.Randy sendiri juga menganggap lalu kelakuan sepupu dan istrinya itu. Mungkin karena dia juga sudah sering kali melakukan hal intim seperti itu, jadi Randy tidak ambil pusing.Angga sendiri juga dengan sabarnya menuruti apapun yang Riska lakukan padanya. Mereka memakan potongan kentang goreng dari mulut ke mulut.Angga sebenarnya juga merasa risih harus mempertontonkan kemesraan mereka kepada orang lain.Tapi apa mau dikata, Riska yang sedang dalam mode manja, mana mau mendengarkannya. Jika dia terus memaksa Riska untuk berhenti, yang ada Riska nanti akan menangis.Angga tidak masalah jika tidak ada orang lain. Bagaimanapun, dia menyukai sisi Riska yang manja kepadanya. Dia hanya merasa risih jika harus bermesraan di hadapan orang lain.Kecu
Seminggu berlalu, Riska kini tengah melamun dalam ruang kerja di butiknya.Saat ini, dia sedang malas untuk mendesain. Tidak ada inspirasi sama sekali. Dia mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan malas.Riska lalu mengambil ponselnya. Dia berniat untuk menghubungi Angga. Namun, sudah tiga kali dia memanggilnya, tidak dijawab sama sekali oleh Angga."Kemana sih Angga! Apa sibuk ya?" tanya Riska pada dirinya sendiri."Tapi aku kangen," gumam Riska.Riska saat ini sedang ingin makan es krim rasa vanilla. Tapi dia ingin Angga yang menyuapinya.Riska yang sangat ingin sekali Angga menyuapinya, langsung mengambil tasnya dan keluar dari butik. Dia bahkan mengabaikan teriakan Riri yang memanggilnya.Sesampainya di pinggir jalan, Riska lalu teringat dengan peringatan dari keluarganya, agar tidak pergi kemanapun sendirian.Riska menjadi bimbang, haruskah dia per
Riska berjalan menuju ke ruangan Angga di lantai atas. Karena setelah menikah, dia sering berkunjung ke kantor Angga, jadi hampir semua karyawan disana mengenalnya dengan baik. Apalagi Riska juga bukan tipe orang yang sombong.Sesampainya di lantai ruangan Angga berada, Riska melihat jika ada seorang laki-laki yang berada di meja sekretaris.Sebelumnya Angga juga sudah bilang padanya. Jika selain Dimas, Angga juga hendak mencari Sekretaris lagi. Angga mengatakan padanya, jika dia akan mencari Sekretaris laki-laki saja."Aku tidak mau kejadian dulu terulang kembali. Aku tidak akan memberikan celah di rumah tangga kita," ucap Angga waktu itu.Riska tidak menyangka jika Angga benar-benar mencari Sekretaris laki-laki. P
Seperti kebiasaan Riska beberapa hari terakhir ini yang sangat menyukai berdekatan dengan Angga. Kini, dia sedang berada di pangkuan Angga dan memeluknya dengan erat."Kamu tadi diantar siapa?" tanya Angga sambil mengusap punggung Riska."Untung saja aku tadi nggak jadi kesini sendiri," ucap Riska dalam hati."Aku tadi minta dianterin Fajar, habisnya kamu aku telepon nggak diangkat-angkat," jawab Riska."Maaf ya! Tadi ponselnya aku silent. Soalnya aku lagi ada meeting. Kamu kesini mau makan siang bareng aku kan? Mau makan apa?"Riska sangat menyukai saat Angga begitu perhatian padanya. Riska benar-benar merasa sangat spesial saat Angga memperhatika
Angga mencium Riska dengan gemas. "Siapa yang ngajarin? Hhmm?" tanya Angga setelah dia melepaskan ciumannya."Aku melihat di drama korea seperti itu. Aku kan jadi penasaran," jawab Riska.Angga tidak tahu harus bersyukur atau menyesal membiarkan Riska menonton drama korea.Apa Angga harus merasa bersyukur, karena Riska semakin berani melakukan tindakan di tempat pertama. Atau dia harus merasa menyesal, karena sekarang, otak Riska menjadi tercemar dengan meniru adegan-adegan dalam drama.Tapi mau bersyukur atau menyesal, Angga sebagai laki-laki, tentunya perasaan senang lebih mendominasi, ketika pasangannya menjadi lebih ekspresif."Apa saja yang sudah kamu
Tiga hari berlalu. Akhirnya hari keberangkatan Angga ke kota B tiba juga.Riska menjadi semakin manja bukan main, bahkan kedua orangtua mereka sampai harus turun tangan untuk mencoba menenangkan Riska yang tidak mau ditinggal Angga."Riska! Lepas dulu ya! Angga juga bukannya tidak akan kembali lagi," bujuk Rosyad.Mereka semua ikut mengantar Angga ke bandara, termasuk juga Fajar. Riksa yang merasa akan ditinggal Angga, sama sekali tidak mau melepaskan pelukannya."Papa jahat! Papa mau misahin aku dan Angga!" Riska menangis dengan keras karena Rosyad mencoba untuk melepaskan pelukan Riska pada Angga."Mana ada Papa mau misahin kalian!" Rosyad tidak terima di